Manusia berkacamata terus menatap ponselnya, melakukan panggilan suara berulang-ulang namun tak kunjung mendapat jawaban.
Sudah hampir sepuluh menit mereka berdua masih berdiam didalam mobil. Ye Jun tampak tidak tenang, seolah berpikir keras ditandai dengan wajah nya yang masam.
"Aku akan bertanya pada induk semang tempat ini." Ye Jun menangkap kertas yang menempel di salah satu dinding perumahan bertingkat tersebut karena tersorot cahaya lampu. Kertas menempel itu tertera nomor kontak dan nama pemilik semi apartemen itu.
Cepat-cepat ia turun dari mobilnya, "Hey ... Tunggu dulu!" Jerit Bumi
"Aku tidak bisa menunggu lagi, Ini sudah hampir satu jam!" jawab Ye Jun tidak perduli
"Satu jam apanya? Ah ... Kau ini kenapa sampai seperti ini sih! Membuatku curiga saja." Bumi ikit keluar mobil, menutup pintu nya keras
"Ye Jun, diangkat!!!" jerit Bumi, Ye Jun pun menghentikan langkahnya
Suara malas dari seberang sana terdengar jelas,
"Ara kau sedang apa? Aku menelponmu sejak tadi!" ucap Bumi
"Tanyakan dia tidak di unit mana?!" Ye Jun tak sabar
Setelah beberapa saat mereka berdua beranjak, terlebih dahulu Ye Jun mengambil barang yang tadi ia beli di apotik.
Mereka tidak perlu menekan bel pintu, Ara sudah menyembul keluar begitu tau Bumi dan Ye Jun sudah berada disekitar tempat tinggalnya.
"Ada apa kalian kesini" tanya Ara dengan mata yang sesekali terpejam
"Wah ... Kau benar-benar demam, tubuhmu panas sekali!" Bumi menempelkan punggung tangannya ke jidat Ara
"Jangan sembarangan menyentuh ku!" Ara menyingkirkan tangan Bumi
"Kau tidak menyuruh kami masuk?" tanya Ye Jun
"Hm ... Masuk lah." Ara menggeser posisi berdirinya memberikan kedua laki-laki itu ruang untuk dapat masuk ke tempat tinggalnya saat ini.
"Ini!" Ye Jun memberikan bungkusan yang ia bawa, Ara mengambilnya membuka plastik itu dan mengernyitkan dahi
"Kau sudah makan? Minumlah obat penurun panas itu, aku meminta apoteker meresepkan obat untuk gejala sakit yang kau derita." ucap Ye Jun menatap manik coklat di sampingnya
"Hm ... Terimakasih, Pak." Ara membungkuk lalu kemudia ikut masuk ke dalam rumah tanpa menutup pintu.
"Hey ... Tutup pintunya, kau akan semakin demam membiarkan udara masuk!" ucap Bumi yang sudah duduk di meja oshin di temani cemilan berbungkus hijau.
"Kenapa kau memakan makanan ku?" tanya Ara, yang kini sudah menutup pintu itu
"Aku lapar, Ara . Seharusnya aku sudah menghabiskan beberapa daging kalau tidak kesini!" jawab Bumi santai,
"Sabar lah! Sebentar lagi makanan sampai aku sudah memesannya." Ye Jun duduk di salah satu kursi.
"Kau sudah makan?" tanyanya pada Ara, Ara yang sedang sedih melihat stok makanannya berkurang karena orang lain pun menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak selera makan, semuanya terasa pahit. Aduh ...." ucap Ara sambil memegang kepalanya yang berdenyut, kemudian tubuh langsing itu jatuh.
\=\=\=\=
Sahara mengerjapkan matanya, mengimbangi cahaya lampu yang langsung tertangkap indra penglihatannya.
Silau!
Ara mengangkat lengan kirinya, ada rasa sakit menusuk disana, Ara terkejut melihat jarum infus sudah melekat di lengan tersebut.
"Jangan banyak bergerak, nanti tanganmu berdarah." Suara seseorang mengejutkannya
"Kenapa aku disini?" tanya Ara menatap ruangan bernuansa putih coklat itu
"Tadi kau pingsan, suhu tubuhmu sangat panas. Kau demam tinggi, kami membawamu ke rumah sakit." jelas Ye Jun menyeruput kopinya
"Jangan mengkhawatirkan biayanya, ini sudah menjadi tanggung jawabku." ucap Ye Jun, menebak ke khawatiran di wajah Ara mungkin biayalah masalah yang membuat wajah MUA nya setidak nyaman itu.
Aroma kopi menusuk hidung, Ara menatap gelas yang masih mengepulkan asap tersebut.
"Bolehkah aku meminta kopi juga?" ucapnya menelan ludah
"Jangan gila! Kau mau lambungmu ikut sakit juga?"
"Tapi semuanya terasa pahit ...." Ara agak merengek
"Makan ini!" Ye Jun memberikan roti berselai coklat di atasnya.
"Nggak mau, Pahit!"
"Sudah manis!" Ye Jun menuangkan madu diatas selai coklatnya, menyodorkan roti tersebut dengan tatapan memaksa.
Disudut lain sepasang mata berbingkai menatap mereka, mengawasi setiap gerak dua anak manusia itu.
"Kenapa dia secemas itu?!?" ucapnya pelan, lalu melahap dengan payah makanan yang sudah dingin.
Malam itu, Ara, Ye Jun dan Bumi menginap di rumah sakit.
\=\=\=\=
Gadis berbalut piyama dengan jilbab instan hitam menatap langit-langit kamar.
Bau rumah sakit dimanapun berada akan terasa sama saja, bau obat-obatan.
"Kenapa aku harus berada disini" ucapnya dalam hati
Sahara sangat membenci tempat itu, tempat dimana dia mempunyai kenangan buruk tentangnya.
Ara melihat dua laki-laki yang tampak lelap di sudut kanan, bibirnya membentuk lengkungan kecil.
"Aku bahkan tidak terlalu mengenal kalian, tapi kalian sebaik ini padaku. Terimakasih!" ucapnya
Ye Jun yang ternyata masih belum lelap langsung bangun, membenarkan duduknya dan menatap Ara.
"Kau bilang apa? Apa ada yang kau inginkan?" tanyanya
"Kenapa dia terlihat secemas itu" ucap Ara dalam hati
"Tidak apa-apa! Aku hanya mengucapkan terimakasih pada kalian. Maaf sudah merepotkan dan membuat kalian cemas." ucap Ara
"Apa? Cemas?!" Ye Jun melipat tangannya di dada, menatap Ara dalam-dalam.
"Jangan berlebihan!" ucapnya kemudian
.
.
.
.
.
Terimakasih yang sudah rela memberikan jempol dan memasukkan novel ini ke salah satu faporit kalian, Sarange🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Ratih
ye Jun malu2 meong nih,,,,cemas mah cemas aja pake disangkal 😀
2023-05-03
1