"Terima kasih. Jangan menyusahkan dirimu sendiri. Aku tidak perlu pembelaan oleh siapapun juga, hukuman mati tetap akan dijatuhkan kepadaku, Anggala," kata Dewi Naga Hitam pesimis.
"Aku banyak berhutang budi pada suamimu dan kupikir, inilah saat terbaik aku membalas sedikit budi baik pada Panglima Ula Ireng.Aku harap kau tidak akan menolak pembelaan ku nanti'kan?"
"Aku tidak tahu harus berkata apa padamu, Anggala."
"Sudahlah, memang sudah selayaknya kalau kita saling membantu."
Mendadak lamunan Anggala tentang pembicaraannya dengan Dewi Naga Hitam itu buyar karena tiba-tiba ia mendengar suara ribut ribut di bawah sana.
Segera tampak olehnya Wulan Ayu sudah sibuk bertarung melawan beberapa orang bersenjata di halaman depan markas Partai Tengkorak Merah. Sedangkan Dewi naga hitam yang berubah wujud menjadi manusia juga sibuk menghindari serangan-serangan dari beberapa orang yang memegang bambu kuning.
"Rajawali cepat turun!" perintah Anggala.
"Arrrkkkhhh.....!" sahut burung rajawali raksasa itu sambil meluncur deras ke arah bawah.
Pendekar Naga Sakti langsung melesat dan melompat turun meskipun burung raksasa tunggangannya itu belum sempat mendarat di tanah. Tanpa membuang-buang waktu lagi Anggala pun ngsung terjun dalam arena pertarungan.
Sedangkan burung rajawali raksasa itu juga tidak mau kalah dia langsung mengepakkan sayapnya menghajar orang orang dari Partai Tengkorak Merah itu, tampak beberapa kali ia mencengkram dan membanting setiap orang yang berhasil ditangkapnya.
Tentu saja Anggala yang sudah terjun dalam pertarungan jadi terdiam karena ia tidak mendapat lawan satu pun juga, semua lawannya sudah kocar-kacir diamuk burung raksasa yang kebal terhadap segala jenis senjata itu.
Bahkan Wulan Ayu dan Dewi Naga Hitam pun jadi menganggur, mereka malah jadi menonton pertarungan yang aneh dan tidak seimbang itu.
"Rajawali cukup!" teriak Anggala, begitu melihat lawannya sudah tergeletak di tanah.
"Graaarrrkkk....!"
Burung raksasa itu segera mengangguk-anggukkan kepalanya seakan ingin mengatakan bahwa ia masih sanggup untuk membunuh seribu orang lagi.
Namun Anggala sudah mendekati dan menepuk-nepuk lehernya yang menunduk kemudian ia berbisik pelan pada burung raksasa itu. Burung rajawali raksasa itu kembali mengepakkan sayapnya kemudian ia langsung terbang dan melambung tinggi ke udara sesaat kemudian Anggala mendekati Wulan Ayu dan Dewi Naga hitam yang masih tampak tertegun memandang burung raksasa yang sudah tinggi di angkasa itu.
"Sepertinya tempat ini sudah dikosongkan," kata Anggala sedikit setengah bergumam.
"Ya. Hanya mereka yang kami temukan, Kak," sahut Wulan Ayu.
"Kau tidak melihat si Tengkorak Hijau?" Dewi Naga Hitam bertanya.
"Tidak," sahut Anggala dan Wulan Ayu hampir berbarengan.
Anggala terdiam ketika melihat sahabatnya Itu tampak lesu, "Bahkan ketua partai nya pun juga tidak ada," kata Dewi naga hitam lemas.
"Kita cari dulu ke dalam atau kita langsung menghancurkan saja bangunan in" Anggala meminta pendapat.
"Aku pilih keduanya," sahut Wulan Ayu lebih dulu.
"Memang sebaiknya begitu," Dewi naga hitam menyetujui perkataan Wulan Ayu.
"Kita berbagi tugas, Dewi ke bangunan sebelah kiri dan Dinda ke bangunan sebelah kanan. Kakak ke bangunan yang ada di tengah," kata Anggala.
Wulan Ayu dan Dewi Naga Hitam hanya mengangguk sebelum melesat ke arah bangunan yang di tunjuk Anggala tadi.
Tidak lama kemudian mereka telah kembali melesat keluar dengan wajah kecewa, kerena tidak menemukan satu musuh pun.
"Bangunan itu kosong, Kak," kata Wulan Ayu.
"Ya, yang itu juga, Anggala," tambah Dewi Naga Hitam.
"Baiklah, Dinda hancurkan bangunan sebelah kiri dan Dewi naga hitam hancurkan bangunan yang ada di sebelah kanan. Sedangkan aku akan menghamcurkan bangunan yang paling besar itu," Anggala memberi tugas masing-masing lagi.
"Baik," sambut kedua wanita itu serempak dan tanpa menunggu waktu lagi ketiga orang itu langsung mengerahkan kesaktian mereka masing-masing untuk menghancurkan sasaran yang sudah di tentukan, tidak beberapa lama kemudian suara ledakan langsung terdengar saling sambut, debu-debu segera mengepul di barengi dengan percikkan bunga api dari bangunan-bangunan yang hancur akibat gempuran Aji kesaktian Ketiga orang itu.
Sampai-sampai seluruh permukaan bumi yang mereka pijak bergetar dengan hebatnya, bukan hanya saja bangunan-bangunan itu yang mereka anjurkan tapi dinding dinding yang melindungi tempat itu pun tidak luput dari sasaran.
Debu-ebu semakin tebal dan mengepul ke udara di lembah Bambu Kuning itu, kini tempat itu bagai terjadi kiamat, semua hancur berantakan. Batu-batu tebing pun ikut runtuh dan menimbun puing-puing bangunan yang menjadi markas utama Partai Tengkorak Merah itu.
"Cukup!" tiba-tiba terdengar suara bentakkan keras menggelegar seketika itu juga tiga orang yang sedang melaksanakan aksinya langsung berhenti Wulan Ayu dan Dewi Naga Hitam segera mendekati Anggala.
Tampak dari kepulan debu yang semakin memudar itu dua sosok tubuh tengah berdiri di atas meruntuhkan batu-batu yang mengubur puing-puing bangunan itu dan begitu kepulan debu itu semakin menipis terlihat jelas kalau mereka adalah Tengkorak Putih dan Tengkorak Hijau.
Pelan-pelan Anggala melangkahkan kakinya sekitar tiga tindak ke depan, sedangkan Tengkorak Putih pun segera melompat turun dari tumpukan batu di ikuti oleh Tengkorak Hijau. mereka Langsung berhadapan di alam jarak sekitar dua batang tombak.
Tatapan mata Anggala yang begitu tajam penuh kebencian pada Tengkorak Putih yang sebagai ketua besar Partai Tengkorak Merah tersebut.
Pendekar Naga Sakti itu memang belum pernah bertemu, namun begitu melihat siapa yang ada di hadapannya.
Anggala bisa mengingat Jika ia pernah bertemu sekali dengan setengah Tengkorak Putih, tapi waktu itu mereka belum sempat bertarung hal itu karena Anggala percaya pada kata-kata Tengkorak Putih sehingga hampir menimbulkan salah pengertian antara dirinya dan Resi Balung Gading.
"Apakah kalian datang hanya untuk menghancurkan hasil jerih payah ku?" tanya Tengkorak Putih penuh dengan nada dendam yang begitu membara. Pandangannya begitu menusuk ke relung hati. Tajam bak mata pisau yang siap menikam jantung.
"Terpaksa kami melakukan semua ini karena kau juga berniat buruk pada rakyat Mandalika dan Galuh Permata yang lebih memuakkan lagi kau telah menyengsarakan penduduk di desa di sekitar lereng Gunung Kuting ini. Yang terakhir kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu menghancurkan pedepokan Gunung Kuting!" kata Anggala berapi-api dengan tatapan tajam bak mata harimau memperhatikan mangsa.
"Ha ha ha....! Hebat! Tuduhanmu benar-benar hebat, Pendekar Naga Sakti. Bagaimana kau bisa mengetahui semua itu?" Tengkorak Putih tidak kaget lagi. Ia sudah menduga kalau semua itu pada akhirnya akan ketahuan juga.
"Kau tidak perlu tahu dari mana aku dapat mengetahuinya Tengkorak Putih!" sahut Anggala sengit tanpa mengendurkan pandangannya.
"Aku memang tidak perlu tahu...! Heaaaa.....!" Tengkorak Putih pun langsung saja menerjang ke arah Anggala dengan jurus-jurus tangan kosong, sedangkan Anggala melayani dengan jurus 'Sembilan Langkah Mata Angin'.
Pertarungan seru segera terjadi di bekas reruntuhan bangunan markas Partai Tengkorak Merah itu debu-debu berhamburan terkena sambaran angin dari gerakan mereka.
Sementara itu Wulan Ayu dan Dewi Naga Hitam hanya menonton saja sambil berjaga-jaga. tapi mata Dewi Naga Hitam tidak lepas menatap Tengkorak Hijau darahnya langsung mendidih melihat laki-laki tua pembunuh suaminya tersebut.
Pertarungan antara Anggala dengan Tengkorak Putih terus berlangsung cepat sehingga belum begitu lama mereka telah mengeluarkan jurus jurus maut andalannya masing-masing, sudah beberapa kali Pendekar Naga Sakti merubah jurus-jurusnya baik dari lima jurus rangkaian jurus Naga Sakti.
"Kau boleh jadi pendekar nomor satu di dunia persilatan, Anggala. Tapi aku Tengkorak Putih tidak mudah kau kalahkan!" ujar Tengkorak Putih sambil terus berusaha mendesak Pendekar Naga Sakti, namun pemuda yang di serangnya masih belum mampu di buat terdesak.
"Aku bukan pendekar nomor satu, Tengkorak Putih. Tapi aku rasa untuk mengalahkan bajingan tua seperti mu, aku masih mampu," sahut Anggala sambil menapaki setiap serangan Tengkorak Putih yang bertubi-tubi dan hampir tidak ada jeda.
"Nama besar Pendekar Naga Sakti memang bukan isapan jempol belaka, aku hampir menguras seluruh tenagaku. Tapi dia masih begitu tenang," umpat Tengkorak Putih dalam hati, hatinya yang ragu membuat serangannya seakan setengah-setengah.
.
.
Bersambung .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Bayu Putra
semangat update lg thor
2023-03-12
0