BCPNS. 11

Malam yang mulai larut dan begitu pekat, hanya cahaya api unggun yang memberi cahaya dan penghangat di puncak bukit batu itu.

Dingin yang terasa menusuk kulit dan tulang tidak di rasakan oleh gadis cantik yang akhir-akhir ini di kenal dengan Perawan Lembah Tengkorak tersebut.

Langit tampak gelap hanya sedikit bintang yang menghiasi, langit pun seakan mengerti apa yang di rasakan oleh dua insan yang di landa rasa itu.

Wulan Ayu tampak terdiam seribu bahasa dan Dewi Naga Hitam masih duduk di depan api unggun menemaninya.

Hati kecilnya menjerit karena tidak mampu lagi memendam rasa cintanya pada Anggala, sementara dari sudut lainnya tidak ingin membuat Pendekar Naga Sakti malu di depan rakyatnya.

Entah kenapa ia merasa tidak pantas menjadi pendamping Anggala, "Sudah larut malam, Wulan. Tidurlah, kau masih harus menghadapi banyak rintangan ketua Partai Tengkorak Merah menghargai kepalamu dengan seribu keping uang emas dan aku sudah melihat banyak tokoh-tokoh sakti dari rimba persilatan telah berdatangan ke Hutan Jati Jarak Ini," kata Dewi Naga Hitam.

"Iya, aku sudah tahu," desah Wulan Ayu perlahan.

"Kau tidak akan mampu menghadapi mereka kecuali kau bergabung dengan Anggala. Tidurlah, aku akan menjagamu," terdengar pelan suara Dewi naga hitam.

"Terima kasih," ucap Wulan Ayu setengah berbisik.

******#################******

Wulan Ayu baru bangun ketika matahari sudah naik tinggi di ufuk timur, ia segera menimbun sisa-sisa kayu bakar dengan tanah kering berdebu, sejenak ia memggeliatkan tubuhnya kemudian matanya mengamati sebuah pohon di mana ular hitam menjaganya semalam. ular hitam itu sudah tidak ada lagi di sana.

Pelan-pelan Wulan Ayu melangkahkan kakinya mendekati bibir tebing batu, dari tempat itu ia berdiri tampak sebagian dari Hutan Jati Jarak yang luar biasa luasnya hingga melingkupi sebagian dari lereng Gunung Kuting di bagian barat dan utara.

Gadis itu segera berbalik dan melangkah menuju sebuah mata air yang muncul dari sela-sela batu air terus mengalir turun dan menyatu dengan sungai kecil di bawah sana di dekat mata air itu terdapat sebuah cekungan batu yang cukup besar dan penuh dengan air bening.

Tanpa ragu-ragu lagi Wulan Ayu segera melepas pakaiannya satu-persatu, kemudian dengan tubuh polos tanpa penutup sehelai benang pun gadis itu langsung menceburkan tubuhnya ke dalam cekungan batu itu.

Air jernih yang berada dalam cekungan batu itu sangat sejuk dan segar, Wulan Ayu membersihkan diri sambil bernyanyi dengan irama lagu Sendu.

"Indah sekali lagumu,"

"Oh, Wulan Ayu terkejut sekali mendengar suara yang begitu tiba-tiba datangnya buru-buru gadis itu langsung menyambar sepotong kain yang ada diantara tumpuan kakinya dan langsung melilitkan ke tubuhnya dia baru menarik nafas lega setelah melihat ular hitam melingkar di pinggir batu bercekung itu.

"Bikin kaget aja," dengus perlahan Wulan Ayu.

"Maaf, kalau ucapanku tadi membuatmu terkejut." ucap Dewi Naga Hitam.

"Kainku jadi basah nih, aku harus menunggunya sampai kering baru bisa keluar," kata Wulan Ayu, "Aku bisa bantu menjemur'kan?"

Wulan Ayu mengernyitkan keningnya, "Aku memang tidak bisa berbuat banyak dengan wujudku saat ini," ucap Dewi Naga Hitam itu seperti ini.

Menyadari itu Wulan Ayu segera naik dari cekungan batu itu lalu melepaskan kain yang begitu saja dan segera mengenakan pakaiannya kembali.

"Aku melihat dua kereta kuda sedang melintas di bagian timur Hutan Jati Jarak Ini," kata Dewi Naga Hitam.

"Orang-orang Partai Tengkorak Merah."

"Ya, kau akan merampasnya?"

"Tidak!"

"Kenapa?"

"Ini bukan waktunya mereka menarik upeti."

"Perubahan bisa saja terjadi secara tiba-tiba, Wulan. Siapa tahu mereka sengaja merubah waktunya setelah menyadari kalau kau sudah tahu saat-saat penarikan upeti."

"Mungkin saja, Dewi. Tapi aku yakin kereta itu bukan membawa hasil upeti, namun semua itu cuma jebakan untuk memancing supaya aku keluar."

"Kenapa kau begitu yakin?"

"Aku pernah terjebak sekali. Untunglah mereka dapat segera ku atasi."

Aku tidak menduga, ternyata kau punya perhitungan juga."

"Kak Anggala yang mengajarkan begitu," mendadak Wulan Ayu merenung diam, ia teringat saat-saat bersama Pendekar Naga Sakti begitu banyak pelajaran yang telah ia dapatkan dan semua sangat bermanfaat bagi pengembaraannya seorang diri.

"Apa yang kau lamunkan?" tegur Dewi Naga Hitam

"Ah, tidak Wulan Ayu terkejut juga, gadis itu kemudian segera melangkah mendekati bibir tebing batu itu.

"Aku akan segera membuktikan bahwa kereta kuda itu hanya jebakan. Ayo!" ajak Wulan Ayu Gadis itu langsung melesat cepat menuruni tebing batu itu, Sedangkan ular hitam jelmaan Dewi naga hitam segera merayap cepat Mengikuti dari belakang.

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Bayu Putra

Bayu Putra

Semangat suhu smg rutin update ny

2023-03-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!