BCPNS. 02

Paman Sempana tampak termenung dan tampak gelisah mendengar jawaban Parmin, bahwa pemuda itu tidak mendapatkan bahan makanan dari desa.

"Tidak ada Paman, semua ladang barang rusak, sedangkan lumbung padi telah kosong," kata Parmin lagi.

"Aku punya sedikit persediaan bahan makanan," kata Wulan Ayu memotong.

"Untuk dua atau tiga orang?"

"Mungkin kau punya makanan untuk tiga orang, Den Ayu. Tapi kami butuh untuk sekitar tiga puluh orang," kata Paman Sempana.

"Ada sekitar tiga puluh orang belum makan hari ini, kerena Parmin tidak mendapatkan makanan," lanjut paman Sempana lagi.

Wulan Ayu mengerutkan keningnya mereka semua orang-orang dewasa dan beberapa orang anak-anak dan wanita yang kelaparan di tempat persembunyiannya.

"Paman Sempana, Kenapa tidak mencari makan di hutan, saya lihat hutan cukup banyak menyediakan bahan makanan. Kalian semua bisa berburu'kan," kata Wulan Ayu.

"Kami tidak mungkin melakukan perburuan. mereka orang-orang Partai Tengkorak Merah sewaktu-waktu bisa membunuh siapa saja yang berkeliaran di hutan ini," jelas Paman Sempana.

"Kalau begitu aku akan membantu kalian mencari bahan makanan, dan untuk sementara aku kira bahan makanan yang aku bawa cukup banyak. Parmin kau bisa ambil bahan makanan yang di ada di punggung kudaku," kata Wulan Ayu, setelah berkata demikian gadis cantik itu langsung melompat cepat meninggalkan tempat itu hanya dalam sekejap mata bayangan yang sudah tidak terlihat lagi hal itu tentu saja membuat orang-orang yang berada di sana melongo.

Kebanyakan mereka tertegun dengan wajah pucat pasi.

"Parmin, coba lihat apa ada bahan makanan," perintah Paman Sempana.

Tanpa banyak komentar Parmin langsung menghampiri kuda putih yang tidak di jauh dari tempat itu. Tiba-tiba mata Parmin terbalik lebar melihat bahan makanan cukup banyak dalam buntalan itu.

"Paman...!" teriak Parmin. Paman Sempana merasa penasaran dan segera berlari menghampiri dengan diikuti yang lainnya. wajah mereka berubah cerah setelah melihat bahan makanan tergelar di kain yang dibuka oleh Parmin.

"Aku yakin, Tuhan telah mengirim dia untuk menolong kita, Paman," ucap Parmin.

"Bagaimana dengan makanan ini, Paman?"

"Berikan pada mereka, biar para wanita yang memasaknya untuk kita. Kau dan aku menunggu saja sini," kata Paman Sempana.

Parmin segera memberikan bahan makanan pada salah seseorang laki-laki berpakaian kumal. Tanpa menunggu perintah lagi orang-orang yang kelaparan itu langsung membawa makanan itu ke dalam goa untuk di masak.

"Apa kau lapar, Min?" tanya Paman Sempana. Parmin hanya menyengir mendengar pertanyaan Paman Sempana tersebut.

Memang dari kemarin perutnya memang belum kemasukan sebutir nasi pun hanya air sungai dan daun-daun muda yang mengganjal perutnya.

"Sebagai mu bekas murid Eyang Resi Wanapati kau harus tabah, Parmin," kata Paman Sempana.

"Aku mengerti Paman. Sayang, aku belum sempat menamatkan pelajaran jadi belum mampu melawan mereka," Parmin setengah bergumam seakan menyesali.

"Jangankan kau yang baru tiga tahun belajar, gurumu saja tidak mampu menghadapi mereka."

"Itu karena seorang murid yang berkhianat memberikan racun pada makanan eyang Guru."

"Bukan berkhianat, tapi Partai Tengkorak Merah bertengkorak memang sengaja mengirim orang kesana untuk melemahkan gurumu."

"Kalau saja waktu itu aku tau, langsung kubunuh saja orang itu."

"Percuma saja Parmin. Ah, sudahlah yang penting kau bisa lolos dari kepungan mereka."

"Ya, tapi karena kesalahanku Desa Giling Batu jadi hancur," ada penyesalan dalam nada suara Parmin.

"Jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri Parmin. Bukan hanya desa kita yang hancur tapi banyak desa lain yang hancur di pinggiran Gunung Kuting ini yang hancur karena kejahatan mereka," kata Paman Sempana.

Parmin hanya terdiam lesu, ia mengenjalkan tubuhnya pada sebatang pohon yang berlumut tebal. Sedangkan paman Sempana juga duduk di depan anak muda itu. Ada rasa iba saat melihat keponakan yang telah berubah jauh dibandingkan dengan ketika masih menuntut ilmu di pedepokan Resi Wanapati dapati, kini Parmin kelihatan kurus dan tidak berdaya apa-apa, kerena rasa bersalahnya terbesar memberi dan menerima tekanan batin dan semua ini akibat dari tangan-tangan kotor orang merusak ketentraman hidup manusia di dunia.

##########

Sudah tiga hari Wulan Ayu tinggal bersama orang-orang mengasingkan diri menghindari kekerasan. Mereka yang menamakan dirinya Partai Tengkorak Merah Setiap hari dia Mengumpulkan makanan, berburu binatang.

Wajah-wajah yang tadinya lesu kini sedikit demi sedikit menampakkan keceriaannya mereka tidak perlu lagi ketakutan kekurangan makanan karena Wulan Ayu telah mencukupinya, bahkan kini mereka mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup banyak.

Selama tiga hari itu pula Wulan Ayu selalu memantau keadaan di sekitar lereng gunung dan sudah berapa kali gadis itu harus bentrok dengan berapa orang yang menamakan Partai Tengkorak Merah, bahkan sudah dua kali dia merampas kereta yang membawa perbekalan bahan makanan.

Wulan Ayu juga mengajarkan beberapa jurus dasar ilmu olahkanurakan pada laki-laki yang masih kuat dan muda dibantu oleh Parmin yang sempat belajar di padepokan Resi Wanapati.

Apakah Kakak hari ini Mau berburu lagi?" tanya Parmin melihat ke arah Wulan Ayu sedang mempersiapkan kudanya.

"Tidak. Aku hanya membersihkan kuda saja," jawab Wulan Ayu sambil tersenyum, sambil menoleh kearah Parmin.

"O..., aku kira Kak Wulan mau pergi lagi," kata Parmin sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Memangnya kenapa kalau aku pergi?" Wulan Ayu tersenyum manis.

"Tidak apa-apa, aku hanya mau menyarankan sebaiknya Kakak istirahat aja hari ini, soalnya persediaan bahan makanan cukup banyak. Bahkan cukup untuk dua purnama mendatang."

Wulan Ayu kembali tersenyum, sebenarnya ia jengah dipanggil dengan sebutan kakak karena Parmin kelihatannya lebih tua dari dirinya, bahkan semua orang yang ada di dalam gua memanggil nya nya dengan kata den ayu, padahal sejak semula Wulan Ayu sudah melarang, tapi tetap saja mereka memanggilnya begitu.

"Kemarin aku menemukan tujuh orang hampir mati kelaparan dekat jurang," kata Parmin memberi tahu.

"Ya, aku sudah mendengar dari Paman Sampana. Mereka dari desa lain yang dekat dengan desamu'kan?" sahut Wulan Ayu.

"Iya, bahkan aku mengenal seorang diantara mereka itu."

"Bagaimana keadaannya sekarang?" tambah Wulan Ayu.

"Sudah sehat. Bahkan tadi pagi, sudah ikut latihan olah kanuragan bersama yang lain," jawab Parmim.

"Bagus, kita memang masih banyak membutuhkan tenaga untuk melawan Partai Tengkorak Merah."

"Ada berita Bagus lagi, Kak," kata Parmin lagi .

"Berita apa?" Wulan Ayu penasaran.

"Orang-orang tua dan wanita sedang mulai bercocok tanam katanya mereka malu hanya mengandalkanmu mencari bahan makanan."

Wulan Ayu tidak menahan tawanya lagi, suara tawanya renyah dan enak terdengar di telinga. Parmin tersenyum-senyum sendiri mendengarnya. Sedangkan matanya sedikit nakal merayapi wajah cantik di depannya. seumur hidup belum pernah ia melihat gadis cantik, apalagi bercakap-cakap.

Makanya setiap ada kesempatan Parmin selalu menyempatkan untuk bercakap-cakap dengan Wulan Ayu, hatinya sudah cukup senang hanya melihat senyuman manis dan mendengar suara merdu yang menghanyutkan itu.

" Ada apa, Parmin. Kenapa kau memandangku demikian?" tanya Wulan Ayu yang merasa tidak enak dipandang begitu.

"Oh, tidak ada apa-apa," jawab Parmin tergagap.

"Apa ada yang salah pada diriku," Wulan Ayu merentangkan tangan tangannya.

"Tidak...., tidak ada Kak, aku hanya...."

"Kenapa?" Wulan Ayu cepat memotong.

"Tidak ada apa-apa," Parmin mulai sedikit tenang. Wulan Ayu masih memandangi wajah Parmin yang mendadak jadi berubah merah, sedangkan Parmin terus merutuki dirinya sendiri dalam hati.

Secara jujur Wulan Ayu mengakui Parmin adalah pemuda yang cukup tampan meskipun tubuhnya kurus, hanya saja Wulan Ayu tidak bisa melupakan Anggala, ia tidak pernah merasa tertarik pada setiap pemuda yang ia jumpai.

Cintanya pada Anggala tidak akan pernah pudar sampai kapanpun dan dalam keadaan bagaimanapun. Wulan Ayu bertekat mencari Pendekar Naga Sakti sampai ketemu.

Wulan Ayu yakin Anggala sangat mencintainya dan tidak akan melupakannya.

"Aku akan jalan-jalan sebentar Parmin. Kau harus melatih mereka hari ini," kata Wulan Ayu mengusir kekakuan yang ada.

"Iya, iya, Kak," Parmin belum hilang gugupnya.

"Latih mereka dengan sungguh-sungguh. Kalau ada perlu cari aku dekat sungai."

"Iya, Kak."

Wulan Ayu melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu, sedangkan Parmin masih berdiri memandangi Wulan Ayu yang perlahan menjauh.

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

wulan ayu hadir ku untukmu

2023-04-04

0

Radiah Ayarin

Radiah Ayarin

mampir yg baru thor

2023-02-25

1

Radiah Ayarin

Radiah Ayarin

terbalik?? 🙄

2023-02-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!