BCPNS. 04

Ki Paruming tampak senyam-senyum mendengar Wulan Ayu menyebut nama Kerajaan Mandalika masih sebuah kerajaan kecil.

"Ada apa dengan Kerajaan Mandalika, Ki? Apa ada yang salah?" Wulan Ayu agak heran.

"Dulu Kerajaan Mandalika memang sebuah kerajaan yang kecil, tapi sekarang sudah berubah menjadi sebuah kerajaan yang besar desa ini juga masuk kedalam wilayah kerajaan Mandalika. Kerajaan Galuh Permata pun sudah bekerjasama dengan Kerajaan Mandalika," Ki Paruming menjelaskan.

"Oh....," Wulan Ayu segera mengangguk-anggukan kepala pura-pura baru mengetahui.

"Memang belum begitu lama kerajaan Mandalika dan kerajaan Galuh Permata bekerjasama sehingga orang masih menganggap kedua kerajaan ini masih kerajaan yang saling berbelakangan."

"Kenapa mereka bisa bekerjasama, Ki" tanya Wulan Ayu pura-pura tidak tahu.

"Ceritanya begini, Nak. Pewaris satu-satunya kerajaan Mandalika yang dikabarkan menghilang rupanya telah kembali dan menjadi kekasih dari putri Kerajaan Galuh permata.

Kabar itu telah menyebar di tengah-tengah orang-orang kedua kerajaan, kedua raja kedua kerajaan pun memutuskan untuk menyatukan dan bersahabat karena putri dan putra mereka adalah sepasang kekasih.

Namun tiga tahun yang lalu terdengar kabar bahwa telah terjadi musibah di puncak Gunung Kerinci."

"Gunung Kerinci," gumam Wulan Ayu.

"Ya, memangnya Anak Wulan tidak pernah mendengar cerita tentang..."

"Sudah, sudah..., Ki," potong Wulan Ayu cepat, ia tidak ingin lagi mendengar cerita tentang kejadian tiga tahun lalu tersebut.

Cerita yang begitu mengerikan. Cerita itu memang tersebar luas, semua orang pasti telah mengetahuinya.

"Lalu, siapa yang menjadi raja di Kerajaan Mandalika, Ki?"

"Adik Pangeran

Anggala, Pangeran Mayu Kencana. Dia sangat bijak dan aku juga mendengar kabar bahwa Pendekar Naga sakti juga sudah kembali ke kerajaan Mandaika."

Mendengar penjelasan Ki Paruming, Wulan Ayu tersentak kaget. Kalau bukan saja Wulan Ayu pastilah sudah terlonjak. Gadis itu terlanjur oleh perasaan yang telah meledak di dalam dada pada Anggala.

Wulan Ayu pelan begitu terpukul dan tidak terdengar suaranya Wulan Ayu benar-benar tidak menyangka kalau Anggala ternyata kembali ke Kerajaan Mandalika.

Berbagai macam perasaan segera berkecamuk di dalam dada gadis itu. Ia jadi sanksi apakah Anggala masih mengenali dirinya? Apa mungkin malah akan mencampakkan nya dalam perasaannya Anggala yang sekarang, bukanlah Anggala yang dikenalnya dulu, tapi pemuda itu telah kehilangan ingatannya akibat pertarungan besar yang terjadi di puncak Gunung Kerinci beberapa waktu lalu.

Wulan Ayu langsung berpamitan pada Ki Paruming yang telah memberikan keterangan sangat berharga sekali.

Tanpa membuang waktu lagi Wulan Ayu mengebah kudanya kembali menuju hutan jati jarak.

"Nak Wulan, itu bukan jalan menuju Kerajaan Mandalika!" seru Aki Paruming memberitahu, namun Wulan Ayu tidak peduli suara teriakan itu lagi, ia terus memacu kudanya dengan cepat bagaikan kilat. Hatinya kini benar-benar diliputi berbagai macam pikiran yang begitu berat perjalanannya mencari kekasihnya yang sangat dicintainya terasa sesak dan tanpa terasa titik-titik air bening mengalir membasahi pipi gadis itu.

"Hei....! Berhenti!" tiba-tiba terdengar suara teriakan lantang, Wulan Ayu langsung menarik kekang kudanya. Kuda putih itu meringkik keras sambil mengangkat kedua kaki depannya. Wulan Ayu segera melompat turun dari kudanya.

Seketika itu juga dari segerbilan orang-orang keluar dari semak belukar di sekitarnya. Orang-orang itu berjumlah sekitar enam orang bersenjata golok tampak sabuk kepala tengkorak melilit di pinggang mereka masing-masing.

Seperti dikomando saja mereka langsung bergerak mengurung, "Kalian memang binatang-binatang keparat. Ayo maju biar ku robek perut kalian semua!" geram Wulan Ayu.

Rasa putus asa dan kekecewaan lantas meluap begitu menyadari bahwa enam orang anggota Partai Tengkorak Merah itu mengepung nya.

Rasa kecewa yang terlalu besar di hatinya segera disalurkan menjadi kemarahan yang tidak bisa dibendung lagi.

"Mampus kalian semua!" teriak Wulan Ayu segera menerjang dengan jurus-jurus andalannya, bahkan tidak tanggung-tanggung lagi dia langsung menghunus pedang pusaka nya seketika itu juga kata cahaya putih keperakan keluar dari mata pedangnya.

Wulan Ayu langsung membabat habis orang yang masih terperangah melihat pamor pedang yang begitu dahsyat, dapat diduga enam orang pengeroyoknya tadi langsung menggelepar dengan dada dan leher terbelah.

Darah segar mengucur membasahi tanah dan perumputan, "Pergilah kalian semua ke neraka. Kalian semua orang tidak pantas untuk hidup di dunia ini!" kata Wulan Ayu mengeram, gadis itu segera menyarungkan pedang elang perak kedalam warangka nya kembali.

Sejenak ia masih berdiri tegak di antara enam mayat yang sudah meninggal, malang-melintang tidak bergerak itu. Mendadak naluri Wulan Ayu masih merasakan ada orang lain sedang mengintainya dari tempat tersembunyi matanya yang tajam memandang ke sekeliling.

"Siapa pun kau, keluarlah...!" teriak Wulan Ayu. Namun tidak ada siapa pun di sekitarnya. Sedangkan telinganya terlatih segera menangkap tarikan nafas halus. namun terdengar cukup jelas.

"Keluarlah kalian manusia keparat jangan bersembunyi. Lawan aku!" teriak Wulan Ayu keras dan begitu lantang suara yang dibarengi dengan pengerahan tenaga dalam yang begitu tinggi itu menggema dan menerobos lebatnya hutan.

Tampak burung-burung yang langsung beterbangan karena terkejut mendengar suara itu, "Kalau kalian memang orang-orang Partai Tengkorak Merah, keluarlah hadapi Aku Perawan Rimba Tengkorak!" seru Wulan Ayu lebih keras lagi.

Wulan Ayu benar-benar tidak dapat lagi mengendalikan amarahnya, ia melampiaskan kekecewaan nya pada Partai Tengkorak Merah dengan amarah yang meluap-luap beberapa kali dia berteriak dan menantang, tapi tidak ada sahutan sama sekali gadis itu segera tertunduk lesu tanpa terasa air mata kembali membasahi pipinya yang putih halus itu.

Untuk beberapa saat Wulan Ayu hanya menangis dan menangis padahal sebenarnya dia tidak tahu apa sebenarnya yang ia tangisi cintanya yang besar kepada Anggala kini seakan musnah. Ia merasa seakan tidak pantas dicintai oleh seorang raja yang begitu besar Namanya. Pencariannya yang begitu berat yang mengarungi rimba persilatan yang tidak kecil.

Perasaan itu kini bagai musnah seketika. ia masih saja terduduk berlutut dan kepala lemah terkulai ke bawah berkali-kali bibirnya merintih lirih menyebut nama Anggala sampai-sampai dia tidak menyadari sama sekali. Kalau ada seseorang yang mendekatinya perlahan-lahan orang terus berdiri tegak di belakangnya.

Wulan Ayu baru menyadari kedatangan Parmin, "Kak Wulan Ayu," sapa Parmin lembut.

Wulan Ayu tersentak kaget, bergegas ia menghapus air matanya dan langsung berbalik ke arah belakang, tampak Parmin berdiri tegak mematung tidak mengerti.

Parmin yang tidak mengerti itu segera berlutut dan menatap dalam ke arah bola mata gadis di depannya, "Kak Wulan menangis?" kata Parmin bertanya.

"Oh...., tidak, tidak. Mengapa kau ada disini?" Wulan Ayu segera menyembunyikan kesedihannya.

Parmin tidak segera menjawab kepalanya langsung tertunduk lemas beberapa saat keadaan menjadi sepi tidak ada yang mengeluarkan suara sedikit pun Parmin.

"Ada apa, apa sebenarnya terjadi?" tanya Wulan Ayu jadi tidak enak perasaannya.

"Mereka datang lagi, Kak. Dan mereka telah membantai habis..," suara Parmin tersekat di tenggorokan. Betapa terkejutnya Wulan Ayu mendengar berita itu tanpa bertanya apa-apa lagi ia langsung bangkit dan melompat ke punggung kudanya dan dengan begitu cepat sang Bidadari Pencabut Nyawa yang tidak pernah menyebutkan gelarnya di depan Parmin itu. Bagaikan kesetanan ia mengebah kuda putih miliknya.

"Kak Wulan Ayu... Tunggu!" teriak Parmin, tapi Wulan Ayu tidak mendengar lagi ia sudah begitu jauh melarikan kudanya dan menerabas lebatnya hutan Jati Jarak itu.

Sementara itu Parmin segera menengok ke kanan dan ke kiri beberapa kali lalu tanpa membuang-buang waktu lagi, Parmin pun langsung meninggalkan tempat itu.

Wulan Ayu segera turun dari kudanya begitu sampai tempat pengasingan para penduduk, matanya terbelalak lebar menyaksikan mayat-mayat bergelimpangan di sekitar tempat itu. Tak ada seorangpun yang masih hidup semuanya tewas dengan luka lebar di tubuhnya.

Wulan Ayu menggelengkan kepalanya darahnya langsung mendidih menyaksikan pembantaian kejam yang tidak berperikemanusiaan itu. Hal itu jelas menambah kekecewaan dalam hatinya ia telah bersusah payah melindungi dan menuntun mereka agar selalu sabar dalam menghadapi semua cobaan.

Tiba-tiba mengharuskan ia menyaksikan kesia-siaan kembali segala jerih payahnya gagal, tidak peduli wanita anak-anak maupun orang tua semuanya tewas dengan mengenaskan tidak bisa dibayangkan lagi. Berapa kadar dendamnya yang meluap-luap di dalam dadanya.

Wulan Ayu segera menerobos masuk ke dalam gua untuk mengetahui lebih lanjut pembantaian dilakukan Partai Tengkorak Merah itu mendadak matanya semakin mendelik begitu dia melihat mayat-mayat yang bertumpuk di dalam goa itu.

Semua bahan-bahan makanan maupun barang-barang yang telah diperolehnya dengan susah payah ludes.

.

.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

seru banget thor

2023-04-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!