BCPNS. 07

Suasana kedai Ki Salman tampak seperti biasa, boleh di bilang lagi tidak ada pengunjung. Anggala menbatkan kudanya di sebatang pohon kecil di samping warung dan langsung masuk ke dalam.

Belum lama Anggala duduk, Ki Salman datang menghampiri, "Sudah dengar berita baru lagi, Den?" tanya Ki Salman sambil meletakkan teh jahe yang biasa Anggala pesan.

"Berita apa, Ki?" tanya Anggala.

"Si Perawan Lembah Tengkorak telah beraksi lagi, dua puluh orang anggota Partai Tengkorak Merah habis dibantai ketika mereka membawa kereta upeti dari Desa Karang Hawu," Ki Salman berkata dengan nada gembira.

"Oh.... Ya?" Anggala tidak terkejut lagi mendengarnya karena sudah sering ia mendengar berita seperti itu setiap kali Ia datang ke kedai Ki Salman.

"Iya, Den. Bahkan kali ini tiga anggota tingkat dua juga ikut tewas."

"Hebat sekali dia," puji Anggala mengangguk-anggukan kepala.

"Sekarang ketua Partai Tengkorak Merah malah memberikan hadiah seribu keping uang emas untuk yang berhasil memenggal kepalanya," sambung Ki Salman.

Anggala sejenak tertegun mendengarnya, ia jadi ingat pengalaman yang pernah dialaminya dulu kepalanya dan kepala Wulan Ayu dihargai uang seribu keping emas oleh Fhatik dan Setan Merah Pencabut Nyawa yang sebagai ketua Partai Teratai Hitam.

Hal itu rupanya juga akan terjadi lagi pada si Perawan Rimba Tengkorak, Anggala jadi semakin penasaran siapa sebenarnya si Perawan Rimba Tengkorak itu?

Hadiah yang begitu besar tersebut pasti akan menarik minat tokoh-tokoh sakti golongan hitam, mengingat itu Anggala jadi merasa ia harus bergerak dan turun tangan untuk membantu Perawan Rimba Tengkorak itu.

Selera makan Pendekar Naga Sakti jadi hilang, ia segera membayar makanan yang tidak jadi dimakan nya itu, dan melangkah keluar dari kedai. Kemudian Pendekar Naga Sakti menuntun kudanya sambil berjalan pelan-pelan menuju hutan Jati Jarak.

Pikirannya terus terpusat pada si Perawan Lembah Tengkorak yang belum ia ketahui secara pasti siapa orangnya?

Tanpa terasa ia sudah begitu jauh masuk ke dalam hutan Jati Jarak, sejenak ia berhenti mengamati keadaan hutan yang sangat sepi dan lengang sekali itu.

Mendadak Anggala tersentak, telinga Pendekar Naga Sakti yang sudah cukup terlatih dan tajam itu langsung menangkap suara pertarungan yang cukup jauh letaknya.

Tanpa buang-buang waktu lagi Ia langsung melompat ke punggung kudanya, dan mengubah kuda itu dengan sangat cepat ke arah sumber suara pertarungan itu. Dalam sekejap saja kuda hitam itu sudah lenyap di telan pepohonan yang lebat.

Dibagian sebelah barat hutan Jati Jarak, di sebuah Padang rumput yang cukup luas

tampak seorang perempuan muda berpakaian serba biru dengan caping hitam dengan kain penutup kepala berwarna hitam, sedang bertarung dengan sengitnya melawan tidak kurang dari sepuluh orang laki-laki.

Di lihat dari pedang yang dipegang gadis cantik itu, jelaslah kalau ia adalah Wulan Ayu yang saat ini dikenal sebagai Perawan Rimba Tengkorak. Pedang yang memancarkan sinar putih keperakan itu berkelebat cepat memporak-porandakan kepungan sepuluh orang yang semuanya menggunakan jubah kuning gading dengan gambar tengkorak di dada.

"Serang terus! Jangan biarkan dia hidup!" terdengar teriakan menggelegar memberi perintah.

"Hmm..., mereka semua cukup tangguh, aku harus segera mengeluarkan ajian 'Tapak Dewa untuk mengimbangi jurus 'Pedang

Kayangan'. ku," gumam Wulan Ayu seakan berbisik pada dirinya sendiri, cepat sekali gadis itu langsung merubah jurus-jurusnya.

Ia segera merapalkan ajian yang sangat diandalkan nya itu, dengan pedang elang perak seketika itu juga Wulan Ayu berkelebat sangat cepat bagai sebuah bayangan saja sedangkan pedangnya yang memancarkan cahaya berwarna merah menyala bagai besi terbakar.

Wulan Ayu berkelebat cepat membabat musuh-musuhnya cahaya merah membentuk mata pedang besar meluncur hingga suatu tariakan terdengar melengking tinggi bersama dengan ambruknya salah seorang lawannya dengan dada hitam bak terbakar.

Belum hilang suara jeritan tadi langsung disusul dengan satu petikan melengking tinggi, disusul lagi dengan du orang yang roboh sekaligus.

Wulan Ayu benar-benar mengamuk bagai singa betina yang kehilangan anak, ia tidak lagi memberikan kesempatan pada lawannya untuk balas menyerang.

Pedang pusaka yang ada di tangannya terus-menerus berkelebat cepat seirama

dengan gerak tubuhnya yang sulit diikuti oleh mata biasa, setiap ke kibasan dan sabetan

pedangnya berarti satu nyawa melayang.

Kalau pun sempat mengelak pasti sudah terluka oleh sambaran cahaya merah yang memancar dari pedang elang perak itu. Meskipun mereka rata-rata memiliki ilmu silat yang cukup tinggi, namun tidak kuasa membendung arus amarah dan tenaga yang meledak-ledak dari dalam dada Wulan Ayu. Yang lebih-lebih menggunakanilmu 'Tapak Dewa'. dan pedang elang perak yang digabungkan dengan ilmu 'Pedang Kayangan.

Maka dalam waktu yang tidak berapa lama Wulan Ayu telah merobohkan enam orang dari sepuluh orang yang mengeroyoknya.

Sementara dua orang yang masih hidup berhasil meloloskan diri dan kini tinggal dua orang lagi yang mampu bertahan meskipun tubuh mereka sudah berlumuran darah.

"Bangsat! Minggir kalian!" bentaknya, secepat kilat Wulan Ayu melesat dengan teriakan melengking tubuh gadis itu melesat dan bersalto beberapa kali di udara sambil mengibaskan pedangnya, tidak berapa lama kemudian pekikan kesakitan yang melengking tinggi terdengar menyayat hati, dengan disusulnya kedua tubuh orang yang tersisa ambruk ke tanah dalam keadaan tidak bernyawa.

Sejenak Wulan Ayu menarik nafas panjang dan berdiri beberapa saat di antara mayat-mayat yang bergelimpangan

"Huh, sial! Dua orang lolos lagi!"dengus Wulan Ayu pelan, tiba-tiba gadis itu mengangkat kepala sedang telinganya sedikit bergerak mendengar suara derap langkah kaki kuda yang semakin dekat menuju ke arahnya.

Tanpa pikir panjang lagi ia langsung melentingkan tubuhnya ke udara, dan bagaikan di sapu angin saja tubuhnya langsung lenyap dalam sekejap mata tepat.

Pada saat Wulan Ayu menghilang, seekor kuda hitam yang dikendalikan oleh seorang pemuda berbaju putih dengan jubah berwarna abu-abu tiba di tempat pertarungan itu. pemuda yang menunggang kuda tidak lain adalah Pendekar Naga Sakti.

Anggala langsung melompat turun dari punggung kudanya, tampak keningnya berkerut ketika meneliti luka-luka yang ada pada tubuh mayat yang bergelimpangan bermandikan darah itu.

"Wulan Ayu," desis Anggala. Pemuda itu langsung mengenali bekas-bekas luka sabetan dan tebasan pedang, serta pukulan dan tendangan yang membekas pada tubuh mayat-mayat itu.

Anggala bangkit berdiri matanya yang tajam segera mengawasi daerah sekitarnya, tak satupun makhluk yang tampak keadaan begitu sepi dan sunyi.

Kemudian Pendekar Naga Sakti itu berusaha mencari jejak jejak kaki di rerumputan, tapi yang ia dapatkan hanya jejak-jejak kaki dari bekas pertarungan tadi.

.

.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

semangat kawan

2023-04-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!