Mason hanya menjelaskan secara singkat tentang apa yang terjadi di pusat kota tanpa sepengetahuan Bellatrix.
Kedua orang itu berlari dalam wujud serigala mereka agar sampai di tujuan lebih cepat.
Setibanya di lokasi yang Mason arahkan, terlihat keramaian yang cukup menegangkan. Terutama hadirnya satu sosok tamu tak diundang yang membuat emosi Bellatrix muncul dengan sendirinya.
"Orion!" Dalam sepersekian detik, Bellatrix kembali ke wujud manusianya, lalu menghampiri sang Alpha yang sedang berhadapan dengan kelompok pack dari Blue Moon.
Kedatangan Bellatrix sontak mengalihkan atensi kedua kubu yang bersitegang.
"Bella-"
Harvey, si tamu tak diundang itu, sekejap merubah ekspresi dinginnya menjadi antusias begitu melihat kedatangan sang pujaan hati.
Seolah tuli, Bellatrix tak mengindahkan sapaan Harvey padanya. Fokus Bellatrix hanya tertuju pada Orion, dia ingin memastikan tak ada bekas luka ataupun kekacauan dari baku hantam di sekujur tubuh Alpha-nya.
Senyum diwajah Harvey seketika memudar. Tangannya yang mengambang di udara perlahan menggenggam secara erat, emosi mulai menyelimuti akal sehatnya lantaran sakit hati karena diacuhkan secara terang-terangan oleh Bellatrix.
"Mason!" Bukannya senang atas kedatangan Bellatrix, Orion justru murka terhadap Mason, satu-satunya oknum yang berani melanggar larangan darinya.
Mason langsung menyembunyikan dirinya dibalik punggung Rex yang diam menunggu aba-aba dari sang Pemimpin.
"Tidak. Jangan salahkan dia! Aku yang memaksanya buka suara karena aku tidak menemukanmu di manapun!" Bellatrix tak akan membiarkan Orion memarahi Mason.
Dasarnya Orion tak mungkin marah terhadap kekasihnya. Pria itu mendengus keras, dia tak suka berada di situasi yang sulit diprediksi seperti saat ini.
Orang yang tengah dia hadapi sekarang bukanlah sekawanan musuh yang bisa dia 'singkirkan' sesuka hati. Orion tak pernah merasakan ketakutan yang begitu besar bahkan ketika berada di medan perang sekalipun. Namun segalanya terasa sulit dan menakutkan ketika dirinya berada di antara sepasang anak muda yang pernah saling mencintai satu sama lain.
Orion tidak tahu apakah hati Bellatrix masih menyimpan rasa suka dan cinta terhadap Harvey Finley atau tidak, Orion juga tak berani menanyakan hal itu secara langsung kepada orang yang bersangkutan, lantaran takut menerima jawaban yang tidak sesuai ekspektasinya.
Dibalik ekspresinya yang dingin dan mengintimidasi, diam-diam banyak hal yang membuat hati Orion resah dan takut, apalagi jika itu ada sangkut pautnya dengan Bellatrix.
"Orion...lebih baik kita pergi saja sekarang..."
Orion tak berbicara banyak soal pertemuannya yang tak terduga dengan putera dari keluarga Finley itu, tetapi sekalipun Orion bungkam, Bellatrix tahu ini adalah gilirannya untuk menjadi penengah di antara kedua orang itu.
Yah, hitung-hitung sebagai langkah antisipasi terjadinya perkelahian berdarah di sana. Pasalnya, Bellatrix pernah mendengar rumor bahwa Klan Blue Moon sangat membenci Klan Blood Moon.
"Bella, aku datang ke mari karena ingin bertemu denganmu! Kebetulan sekali kamu ada di tempat ini juga, bisakah kita mengobrol sebentar?" Harvey yang tak ingin kehilangan kesempatan emasnya buru-buru mengajak Bellatrix pergi dengannya.
Orion sudah memasang muka galak yang tak bersahabat. Salah-salah, bisa timbul keributan besar di sana. Bellatrix harus menghindari kemungkinan terburuk itu, apapun caranya.
"Maaf, tapi saya rasa sudah tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan, tuan muda Finley. Kita juga tidak memiliki janji bertemu terlebih dahulu, jadi maaf, saya akan menolak ajakan anda."
Bellatrix menolak secara tegas. Dari sorot matanya yang tajam, Harvey dapat melihat kesungguhan yang tak bisa diganggu gugat.
Apa mau dikata, saking tidak sabarannya Harvey sampai lupa membuat janji terlebih dahulu supaya bisa berbincang secara empat mata dengan Bellatrix.
Harvey akan mengalah untuk kali ini saja. "Baiklah kalau begitu, aku akan segera mengajukan acara minum teh berdua denganmu. Tolong, beri aku sedikit waktu di sela kegiatanmu, Bella sayang..."
Grep
Bellatrix menggenggam satu tangan Orion yang sudah mengepal kuat, seakan-akan siap menghantam muka Harvey kapan saja.
Mereka masih berada di tempat umum dan disaksikan oleh banyak orang, sangat tidak etis bila salah satu dari mereka memulai perkelahian lebih dulu hanya karena satu wanita, yakni dirinya. Bellatrix tidak ingin mencoreng nama baik keluarga mereka bertiga hanya karena hal bodoh yang bernamakan 'cinta'.
"Asisten saya yang akan mengatur jadwalnya. Tetapi saya minta maaf, apabila jawabannya nanti tidak sesuai dengan harapan anda, karena kegiatan saya di sini sangat sibuk."
Itu terdengar seperti penolakan tegas yang dibalut dengan nada bicara yang lembut. Harvey tidak suka ini. Seolah Bellatrix benar-benar berniat membuangnya, hanya karena sudah ada pria lain yang menemani wanita itu.
'Tidak! Apapun yang terjadi, aku tetap harus bersama dengan Bella!' Harvey tidak akan menyerah begitu mudah. 'Maribelle memang Mate yang ditakdirkan untukku dari Dewi Bulan, tetapi kekasih yang paling kucintai hanyalah Bella seorang. Tidak akan kubiarkan pria manapun menggantikan posisiku di sisinya!'
Harvey dapat merasakan gejolak emosi yang berapi-api dalam dirinya ketika melihat tangan pria lain menyentuh tunangannya. Dia tidak suka melihat Bellatrix dekat dengan pria lain, meski dirinya sendiri telah melakukan 'mating' dengan Maribelle, namun hatinya tidak bisa beralih begitu mudah.
Harvey masih sangat mencintai Bellatrix.
Sosok wanita cantik yang selalu menyambutnya dengan hangat dan penuh kelembutan. Di saat wanita lain menatapnya dengan penuh n@fsu dan haus kekuasaan, hanya Bellatrix seorang yang benar-benar tulus menunjukkan perasaan suka dan cinta yang begitu besar kepadanya. Bodoh bila Harvey melepaskan wanita sesempurna itu dari genggamannya.
Akan tetapi untuk saat ini, Harvey harus menahan diri ketika melihat tunangannya pergi bersama pria lain.
"Bella.."
Langkah Bellatrix perlahan memelan ketika suara lembut Harvey memanggil namanya.
"Aku selalu mencintaimu..aku harap kau tidak melupakanku dimanapun kau berada.."
Hati Bellatrix sesak mendengarnya. Dengan langkah yang berat, Bellatrix terus berjalan meninggalkan Harvey yang bergeming di posisinya berdiri.
Orion dapat merasakan tangan Bellatrix gemetar hebat ketika menjauh dari hadapan Harvey.
'Pasti sulit baginya...andai aku datang lebih cepat, kau tidak akan merasakan penderitaan sebesar ini, sayang...' Orion jadi menyalahkan dirinya yang terlambat datang mencari Bellatrix sampai ke wilayah Utara.
Tapi mau bagaimana lagi? Orion juga tak menyangka apabila belahan jiwanya ternyata ada di wilayah Utara, yang mana menjadi wilayah yang sangat dia hindari sedari kecil.
"Kamu punya aku...aku yang akan menemanimu mulai detik ini, bukan dia." Orion menggenggam tangan gemetar Bellatrix, guna memberi dukungan emosional untuk sang belahan jiwa.
Ekspresi yang Bellatrix tunjukkan tampak begitu memilukan hati, Orion tidak tega melihat orang yang dia cintai terluka karena cinta lamanya yang harus kandas di tengah jalan.
"Kamu punya aku, dan aku punya kamu. Aku tidak akan memaksakan perasaanku kepadamu, sebelum kamu bisa melupakan laki-laki itu..Kita bisa jalani semuanya secara perlahan-lahan. Aku tahu ini tidak akan mudah, tapi aku akan selalu menemani dan mendukungmu.."
Orion akan membantu Bellatrix sembuh dari luka di hatinya terlebih dulu. Cinta memang tak bisa dipaksakan, Orion tahu itu, jadi dia rela menunggu sampai Bellatrix benar-benar membuka hati untuk nya.
Meski itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar, Orion tidak akan mengeluh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments