Penentangan Harvey

"Be-Bella...akhirnya kita bisa bertemu juga.."

Harvey menyapa Bellatrix yang duduk di ruang tamu mansionnya dengan canggung.

Kunjungan Harvey kali ini tidak lain dan tidak bukan ingin membahas soal kelanjutan hubungannya dengan Bellatrix. Pertunangan mereka memang sudah terlanjur terjadi, meski pestanya berakhir dengan kekacauan.

Akan tetapi, semenjak Maribelle muncul, hari bahagia itu berubah menjadi sebuah malapetaka bagi Bellatrix.

Harvey telah menemukan belahan jiwanya, itu tandanya Bellatrix harus memikirkan ulang terkait status hubungannya dengan pria berambut keemasan itu.

"Duduklah dengan santai dan mari kita bicarakan hal ini secara serius."

Hati Harvey berdenyut nyeri mendengar suara datar tak bersahabat dari mulut Bellatrix. Tak ada tawa riang serta senyuman secerah mentari ketika Bellatrix menyambut kunjungannya.

Harvey sadar benar apa penyebab dibalik perubahan sikap tunangannya saat ini, namun hati kecilnya menolak dirinya diperlakukan dingin seperti halnya orang asing.

"Bella, ada yang ingin aku diskusikan denganmu. Tapi sebelumnya, aku ingin meminta maaf terlebih dahulu karena aku tidak langsung mengabarimu lewat surat sejak pesta pertunangan kita berakhir.." Harvey mengakui kesalahannya dan mau meminta maaf secara gentle.

Pada dasarnya Harvey bukan pria jahat nan berhati dingin. Pria itu adalah orang terlembut dan paling peka dari semua pria yang pernah Bellatrix kenal. Maka tidak mengherankan lagi apabila Harvey datang lalu meminta maaf padanya tanpa disuruh terlebih dulu.

Harvey baik..

Kebaikan serta kesabarannya itulah yang membuat Bellatrix jatuh semakin dalam ke dalam pesona pria itu.

Tak dipungkiri sakit hati akibat kehadiran Mate Harvey kembali menusuk-nusuk hatinya yang sedang rapuh. Bellatrix masih dan sangat mencintai Harvey. Entah butuh berapa lama bagi dirinya untuk melupakan dan merelakan pria itu menikah dengan wanita lain selain dirinya.

Namun nasehat yang Jared berikan membuat Bellatrix sadar bahwa ini semua adalah salah.

Bellatrix menarik nafas panjang, mencoba menahan denyutan sesak yang kembali menyerang hatinya setiap kali mulutnya hendak bersuara membalas ucapan Harvey.

"Tidak...tidak apa-apa. Aku juga butuh waktu untuk meluruskan segalanya..." terang Bellatrix. Kedua tangannya saling merémas kuat di atas pangkuan.

Semua gerak-gerik Bellatrix tak luput dari perhatian Harvey. Sejak kakinya masuk ke dalam ruang keluarga Garcia, fokus Harvey tak beralih sedikitpun dari si cantik berambut silver yang duduk di sofa panjang dalam sana.

Bellatrix tetaplah sama, masih cantik dan elegan meski lingkaran hitam sedikit terlihat di bawah pelupuk matanya.

"Aku...aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita, Harvey..."

Krak

Terdengar bunyi retakan dari dalam dirinya. Kedua mata Harvey melotot kaget mendengar penuturan Bellatrix yang tidak terduga.

"Apa...?"

Bellatrix menundukkan kepalanya. Ini sudah menjadi keputusannya. Dia ingin mengakhiri segalanya dengan Harvey sebelum terlambat.

Tanpa pikir ulang, Bellatrix kembali memperjelas ucapannya karena menyangka Harvey tidak mendengarnya secara jelas.

"Aku ingin mengakhiri hubungan kita, Harvey. Kau sudah memiliki Nona Igor di sisimu, jadi aku tidak berhak merebutnya dari dia. Aku ingin kau bahagia, Harvey.."

Perasaan Harvey semakin hancur melihat Bellatrix memaksakan senyum kepadanya. Selama mereka berpacaran, tak sekalipun Bellatrix menunjukkan ekspresi penuh kesakitan seperti sekarang.

Bola mata yang biasanya berbinar kristal, kini tampak kosong dan gelap, seolah tidak memiliki harapan lagi di dalamnya.

"Kau..apa yang kau bicarakan?!" Tapi fokus Harvey sekarang tertuju pada ucapan Bellatrix.

"Aku datang ke mari bukan ingin mendengar kalimat perpisahan darimu, sayang! Justru aku datang ke mari karena aku mempunyai ide yang lebih bagus ketimbang perpisahan!!" sahut Harvey tak sabar.

Penolakan Harvey sekejap membingungkan Bellatrix.

"Apa maksudmu, Harvey?! Kau sudah menemukan belahan jiwamu! Kita tidak bisa lagi meneruskan hubungan ini! Ini sama saja seperti kau berselingkuh di belakangnya!"

Harvey mengusak anakan rambutnya ke belakang. "Sayang, dengar. Aku tidak pernah akan memutuskanmu apapun situasinya. Kau dan aku, kita tetap akan melanjutkan hubungan ini sampai menikah bahkan sampai maut memisahkan kita. Dan untuk Maribelle...kita bisa menempatkannya di salah satu rumah milik keluargaku sehingga dia tidak bisa macam-macam terhadap kita."

Bellatrix tidak memahami jalan pikiran Harvey.

Mendengar penjelasan Harvey, emosi Bellatrix jadi semakin bercampur aduk. Namun amarah lebih mendominasi perasaannya.

"KAU GILA?!" Tanpa sadar Bellatrix meninggikan suaranya. "Kalian adalah pasangan yang ditakdirkan oleh Dewi Bulan! Aku tidak sudi kau jadikan istri kedua apalagi simpananmu! Aku tidak mau merusak reputasi keluargaku untuk yang kedua kalinya!"

Harvey mengusak rambutnya frustasi. Merasa Bellatrix tidak menangkap maksud dari ucapannya.

"Bukan seperti itu, sayang! Maksudku...aku tidak akan bersama dengan Maribelle apalagi menikah dengannya. Aku tetap akan menikahimu sebagai istri pertama dan sahku di depan hukum dan negara. Aku akan mengurung Maribelle di tempat tersembunyi agar tidak ada yang mengetahui eksistensinya, bagaimana menurutmu?"

Bellatrix menatap nanar Harvey yang mencetuskan ide gila itu.

Bellatrix menyandarkan punggungnya pada sofa lalu memegangi keningnya yang seketika dilanda pening. Persétan dengan tata krama, apa yang dikatakan oleh tunangannya barusan jauh lebih mengerikan ketimbang etikanya yang kurang sopan.

"Kau sudah hilang akal rupanya..." desah Bellatrix.

Seolah mendapat lampu hijau, Harvey semakin genjar meluapkan pendapatnya yang di luar nalar itu.

Semua rencana yang dibeberkan Harvey padanya membuat Bellatrix semakin tidak tahan dan bertanya-tanya, 'Sejak kapan Harvey jadi sebodoh dan sekejam ini?!'

Pasalnya apa yang Harvey usulkan sama sekali bukan sesuatu yang bagus dan cenderung keji.

'Bukankah itu artinya dia berencana menyingkirkan Nona Igor?! Apa Harvey sudah tidak waras?! Meski aku patah hati, bukan berarti aku harus nekat menghilangkan nyawa seseorang!!' Ide dari Harvey membuat bulu kuduk Bellatrix berdiri.

Sebagai salah satu murid penyihir agung yang menjunjung tinggi kesucian, jelas Bellatrix tidak bisa melakukan hal keji seperti yang direncanakan Harvey.

"Kau sudah hilang akal, Harvey. Jawabanku tetap tidak. Kau dan Nona Igor yang akan menikah, bukan denganku." Bellatrix menegaskan lagi.

Namun sebaliknya, Harvey menolak gagasan itu secara tegas.

"Tidak! Sekali tidak, tetap tidak!" ucap Harvey tegas. "Kau dan aku, kita adalah satu. Semua berkas sudah diserahkan pada uskup agung, kita tinggal datang dan meresmikan pernikahan kita. Kalau kau mau, kita bisa menikah detik ini juga."

Sekilas Bellatrix menangkap cahaya kemerahan dari kedua mata Harvey yang menatapnya tajam.

Rupanya Harvey benar-benar serius atas ucapannya. Jika Bellatrix terus menentang keputusan pria itu, bukan tak mungkin Harvey akan menyerangnya secara tiba-tiba.

Sebagai Omega, Bellatrix tidak bisa menantang kebijakan Alpha. Situasi ini benar-benar memojokkan Bellatrix.

Tak ada pilihan lain, untuk sementara Bellatrix akan menuruti perkataan Harvey demi keselamatan dirinya.

Meski Bellatrix sangat mencintai Harvey, bukan berarti dia mengizinkan pria itu menandainya secara sepihak. Bellatrix tetap akan menjaga dirinya agar tidak ditandai oleh Alpha lain selain Mate-nya sendiri.

Jika sewaktu-waktu hubungannya dengan Harvey kandas di tengah jalan, setidaknya Bellatrix tidak lagi terikat dengan Harvey selain Sumpah Suci yang membelenggu mereka.

Selagi Harvey disibukkan oleh Maribelle, Bellatrix akan menemui Tuan Milano untuk menemukan cara mematahkan segel Sumpah Suci di antara dirinya dan Harvey.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!