Tanpa terasa waktu berjalan cukup cepat bagi Bellatrix yang akhir-akhir ini lebih suka merenung dalam kamar sejak pesta pertunangannya yang berakhir kacau.
Terhitung sudah seminggu lamanya Bellatrix mengunci diri di mansion keluarganya dan menjauh dari aktivitas sosial di luar.
Bellatrix butuh waktu untuk memikirkan nasib hubungannya dengan Harvey, yang sudah menemukan pasangan separuh jiwanya. Sudah jelas kejadian di pesta pertunangan Bellatrix waktu itu menjadi topik panas di berbagai kalangan yang ada di wilayah Utara, sehingga Jared terpaksa menyuruh adiknya tinggal sementara waktu di mansion semata-mata menghindari omongan negatif dari orang-orang.
Lagipula memang Bellatrix membutuhkan waktu tenangnya supaya bisa berpikir jernih terkait keputusannya terhadap Harvey.
Sejak perpisahan mereka di hotel, Harvey sama sekali belum menghubungi Bellatrix barang sekali. Entah pria itu sibuk dengan Mate-nya atau hal lain, Bellatrix menolak memikirkannya jika ujung-ujungnya itu membuat hatinya semakin terluka.
Semua ini terlalu tiba-tiba dan Bellatrix belum sepenuhnya siap.
"Nona, bagaimana kalau kita berjalan-jalan di taman belakang? Nona butuh udara segar supaya pikiran Nona sedikit rileks." Pelayan kepercayaan Bella yang bernama Amelia memberi saran.
Nona mudanya memang lebih pendiam dan menutup diri dari siapapun sejak rumor tentang pertunangannya yang gagal gara-gara kehadiran belahan jiwa Harvey di tengah-tengah pesta. Maka dari itu, Amelia ingin menyemangati Bellatrix dengan berbagai cara.
Cuaca hari ini juga terlihat cerah, tak ada salahnya berjalan-jalan sejenak sambil menikmati udara segar. Jadi, tak ada alasan bagi Bellatrix menolak usulan dari pelayannya.
Tanpa banyak bicara, Bellatrix keluar dari kamar diikuti oleh Amelia di belakangnya.
Jared yang kebetulan melintas di dekat kamar adiknya diam-diam mendesah lega, setidaknya kondisi Bellatrix tidak seburuk waktu itu.
"Bella, mau jalan-jalan di taman?" Sebagai kakak yang baik, Jared tidak akan melewatkan waktu berharganya dengan sang adik.
Lantas Bellatrix mengangguk ringan mengiyakan, sementara Amelia membungkuk hormat lalu mundur beberapa langkah ke belakang agar tidak mengganggu privasi adik kakak di depannya.
Layaknya seorang gentlemen, Jared mengaitkan tangan Bellatrix pada lengan kanannya lalu berjalan menuruni tangga memutar menuju taman bunga yang ada di belakang mansion.
Jared senang melihat mental adiknya yang perlahan membaik meski belum sepenuhnya ceria seperti sedia kala. Jika bukan karena Maribelle Igor, mungkin Bellatrix akan tersenyum lebar dan berbahagia atas pertunangannya dengan Harvey.
Yah..tapi ini adalah konsekuensi yang harus Bellatrix terima akibat menyukai pria yang bukan jodohnya sendiri.
"Sejauh ini tidak ada kemajuan dalam hubungan Harvey dengan wanita itu. Ellen bilang, Harvey masih mengurung diri di kamar dan menolak keluar bila tidak ada kepentingan yang mendesak." Jared memberitahu Bellatrix terkait kondisi di kediaman Finley.
'Harvey...' Bellatrix tidak tahu harus berekspresi apa mendengar laporan kakaknya.
Jared mendesah panjang. Sepasang kekasih itu harus menanggung beban berat akibat hubungan yang tidak seharusnya mereka jalin. Tapi yang namanya cinta, siapa yang dapat memprediksikannya?
Tidak ada yang salah ketika sepasang anak adam dan hawa itu menjalin cinta di saat keduanya belum memiliki kekasih.
Namun semesta rupanya tidak merestui keduanya. Kini Jared hanya bisa berharap agar Bellatrix dapat menemukan titik terang dari persoalannya kali ini.
"Maafkan kakak jika kesannya memihak pada orang lain. Tapi ketahuilah Bella, jika sepasang Mate sudah bertemu, maka tidak ada yang bisa memisahkan mereka lagi. Itu sudah menjadi hukum alam yang tidak ada orang di muka bumi ini bisa mematahkannya."
Singkatnya, Jared ingin Bellatrix segera mengakhiri kisah cinta mereka secepatnya agar tidak menambah luka yang telah diterima sang adik.
"Itu juga untuk dirimu sendiri. Kakak tidak mau kamu semakin terluka karena persoalan ini...hidupmu jauh lebih berharga dibandingkan kerja sama antar Klan kita, Bella. Kakak ingin kamu menemukan kebahagiaanmu yang sesungguhnya." Jared mengusap lembut jemari Bellatrix yang memegangi lengan kanannya dengan erat.
Bellatrix tahu Jared tidak memiliki maksud jahat atas perkataannya sebab apa yang pria itu katakan memang sebuah fakta meski menyakitkan.
"Aku...sangat mencintainya, kak...Aku sangat mencintai Harvey..." Air mata Bellatrix jatuh untuk kesekian kalinya.
Ini lebih menyakitkan ketimbanh ditolak secara mentah-mentah di depan umum. Andai dulu Harvey menolaknya, mungkin Bellatrix tidak akan menaruh harapan lebih atas hubungan mereka.
Kini semuanya hancur berkeping-keping. Harvey sudah bukan miliknya lagi. Maribelle Igor adalah wanita pilihan yang telah ditetapkan oleh Dewi Bulan dan tak ada yang bisa mengubah fakta itu.
Semua ini begitu menyakitkan. Bellatrix tak bisa menahan air matanya yang kini mengalir deras dari kedua matanya.
Jared merangkul pundak sang adik yang gemetar. Hatinya ikut berdenyut sesak mendengar isakan kencang dari sang adik.
"Lebih baik sakit di awal daripada di akhir, Bella...Kakak yakin kamu bisa melewati persoalan ini dengan baik. Ini juga untuk dirimu sendiri, Bella. Kau bisa menyelamatkan dirimu sebelum jatuh ke dalam lubang yang salah."
Bellatrix mengangguk mengerti. Apa yang Jared katakan, dia dapat mendengarnya dengan seksama meski mulutnya tidak bisa menjawab.
Kakak beradik itu terus berpelukan sampai Bellatrix kembali tenang. Semua pelayan yang melihat kesedihan Bellatrix juga turut merasa sesak dan kecewa. Siapa sangka bila pasangan kekasih yang begitu manis dan saling perhatian satu sama lain akan berakhir tragis seperti ini?
Tak ada yang mau memiliki ending yang buruk.
Begitu juga dengan Bellatrix yang tidak ingin kehilangan cintanya namun takdir tidak merestui dirinya dan Harvey.
"Jika kamu sudah memutuskan, kamu bisa langsung menemui kakak dan kakak akan membantumu semampuku. Kamu tidak sendiri, ayah dan ibu juga sudah menyerahkan keputusan jatuh ke tanganmu. Pikirkanlah secara baik-baik, sebab ke depannya nanti bukan hanya kamu saja yang menderita, tetapi Harvey dan Nona Igor juga..."
"...setelah semua masalah ini selesai, kakak akan membawamu pergi ke suatu tempat. Kamu akan mendapatkan liburanmu di sana untuk menyembuhkan hatimu sementara waktu. Tak masalah bila kamu tidak mau kembali ke sini, kamu bebas melakukan apa yang kamu inginkan ke depannya nanti."
Ini adalah kompensasi yang diberikan oleh Tuan dan Nyonya Garcia untuk puteri kecil mereka yang menjadi korban dari keserakahan mereka atas kekuasaan.
Mereka sadar dorongan untuk menjalin hubungan dengan calon penerus Klan Blue Moon telah menjatuhkan puteri mereka ke dalam lubang neraka yang menyakitkan. Tak hanya menanggung malu, Bellatrix juga harus menanggung beban serta sakit hati lantaran cintanya yang tulus harus menerima kekecewaan.
Kini setelah melihat betapa terlukanya Bellatrix, Tuan dan Nyonya Garcia memutuskan untuk menyerah pada ide mereka yang ingin menjodohkan Bellatrix dengan Harvey.
"Maaf...aku sudah membuat keluarga kita malu dan menerima hujatan..." Bellatrix tak melupakan kesalahan besar yang dia perbuat.
Jared menggeleng tegas. Ini bukan hanya kesalahan Bellatrix saja, tapi semua anggota keluarga mereka.
"Andai kami tidak mendorongmu untuk lebih dekat dengan Harvey, mungkin kamu tidak akan menerima rasa sakit yang luar biasa seperti ini...maafkan kami, Bella..."
Bellatrix memeluk Jared dengan erat, menumpahkan sedikit emosinya yang bercampur aduk tanpa tahu bahwa ayahnya menyaksikan semua itu dari jendela ruang kerjanya di lantai dua.
"Maafkan ayah, Bella...Kini ayah serahkan semua keputusan di tanganmu. Jika memang perpisahan adalah pilihanmu, maka ayah akan mendukungmu sepenuhnya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments