Plak!
Bunyi tamparan menggema di sepanjang lorong hotel tempat diadakannya pesta pertunangan Bellatrix dan Harvey.
Wajah Bellatrix tampak memerah menahan amarah meski tangannya sudah lebih dulu bergerak cepat menampar sebelah pipi tunangannya.
"Kau! Lihat apa yang kau lakukan di depan banyak orang! Apa kau tidak memikirkan dampaknya pada keluarga kita?!"
Emosi yang sudah Bellatrix tahan tak lagi dapat dibendung. Bellatrix benar-benar kecewa terhadap Harvey yang nekat membawa wanita asing itu pergi ke ruangan istirahat lain yang seharusnya dikhususkan untuk anggota keluarga saja.
Gelanyar perih mulai terasa pada pipi sebelah kirinya, namun Harvey sama sekali tak berkutik sebab tahu dirinya telah melakukan kesalahan besar di hadapan banyak saksi mata yang melihat tindakannya.
Tapi apakah tindakannya tadi bisa dikategorikan sebagai sebuah kesalahan?
Harvey hanya melakukan apa yang insting serigalanya katakan. "Bella, apa kamu dapat merasakan apa yang kurasakan ketika melihat wanita itu?"
Harvey sama sekali tak merasa bahwa tindakannya di ballroom tadi merupakan dosa besar. Terlebih lagi, wanita yang dia amankan merupakan Mate-nya sendiri.
Netra biru yang biasanya berbinar ceria, kini tampak serius menatap Bellatrix yang tertegun atas pertanyaan Harvey barusan.
Senyum miris terpatri di bibir tipis Harvey ketika dia mengetahui jawaban yang sudah pasti, meskipun Bellatrix enggan mengakuinya.
'Tidak...jangan katakan! Tolong jangan katakan apapun tentang wanita itu!!' Batin Bellatrix menjerit tak terima.
Darah Bellatrix berdesir halus, seolah-olah siap menyerang pria tinggi yang berdiri di hadapannya, apa bila satu kata saja terucap keluar dari mulut pria itu.
"Aku dan dia...."
'TIDAK! BERHENTI! JANGAN KATAKAN HAL ITU DI DEPANKU, HARVEY!!!'
"Aku dan dia...kami sepasang Mate yang ditakdirkan oleh Dewi Bulan.."
Dunia Bella seketika runtuh detik itu juga. Kuku tajamnya yang entah sejak kapan keluar, menekan permukaan telapak tangannya hingga mengeluarkan darah.
Namun rasa sakit akibat tusukan kukunya tak bisa menutupi rasa perih yang hatinya rasakan saat ini.
Dinding kokoh yang sudah Bellatrix bangun sejak mengenal Harvey seketika hancur dan luluh lantak.
"Maafkan aku, Bella....aku tidak bisa menahan diriku begitu melihat matanya. Kami...kami adalah sepasang Mate dan itu adalah kenyataannya!"
Harvey tak bisa lagi menahan air mata yang telah menumpuk di pelupuk mata. Hatinya ikut sakit ketika menyadari bahwa takdir telah mempermainkan perasaannya.
Harvey sudah bersumpah akan selamanya mencintai Bellatrix meski mereka bukan sepasang Mate, tapi setelah bertemu dengan Maribelle, hatinya terbagi menjadi dua dan membuatnya sulit menentukan pilihan.
Tidakkah takdir ini begitu kejam?
Di saat sepasang anak muda mencoba mencintai satu sama lain, benang takdir yang mengikat mereka seolah tidak menghargai pengorbanan serta perjuangan mereka.
Meluluh lantakkan seluruh harapan serta cita-cita yang pernah mereka impikan bersama-sama.
Lalu setelah wanita itu datang? Apa yang bisa Bellatrix lakukan?
Sumpah Suci yang telah mengikat mereka tidak begitu mudah dipatahkan dan dihilangkan. Ada harga yang harus dibayar dan itu amatlah berat, Bellatrix tidak bisa melakukannya.
"Maafkan aku, Bella...aku tidak menginginkan hal ini terjadi! Tapi kenapa...kenapa harus di saat seperti ini dia hadir dan mengacaukan segalanya?!" Harvey menangis kencang seolah dia juga merasakan sakit hati yang besar atas takdir yang kejam.
Bellatrix sudah tidak bisa menahan air matanya tatkala dirinya dihadapkan dengan dua pilihan paling sulit dalam hidupnya.
Bertahan atau berpisah?
Dua opsi yang sulit untuk dipilih dan juga berat untuk dilakukan.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Seluruh tenaga Bellatrix seolah terkuras habis hingga untuk mengeluarkan suara pun sangatlah sulit.
Tenggorokannya serasa dicekik untuk bernafas pun rasanya berat.
Harvey sendiri tak tahu apa yang sebaiknya dia lakukan dalam situasi terdesak seperti sekarang, sebab dia tak melihat datangnya masalah ini.
"Ki-kita harus memanggil Tuan Milano sesegera mungkin-hiks...hanya itu satu-satunya cara yang bisa kita ambil..." Harvey menjawab sambil sesenggukan.
Ini sangat bodoh.
Pesta pertunangan yang semestinya dipenuhi sukacita dan bahagia nyatanya harus ternodai dengan kejadian seperti ini.
Padahal jauh sebelum wanita itu datang, baik Bellatrix maupun Harvey sudah memastikan bahwa pasangan Mate mereka belum menunjukkan tanda-tanda kemunculannya di sekitar mereka.
"Bellatrix...Harvey.."
Jared yang sedang mencari adiknya pada akhirnya menyaksikan sebuah pemandangan yang menyayat hati.
Adiknya yang terkenal tegar, berpendirian teguh dan ceria kini tampak kosong dan dingin layaknya orang kehilangan semangat hidup.
Tak berbeda jauh dengan Bellatrix, ekspresi Harvey juga cukup berantakan dengan wajahnya yang memerah berlinang air mata.
Siapa mengira sepasang kekasih idaman banyak orang itu akan berakhir tragis seperti ini.
"Lebih baik kalian segera pulang dan memikirkan keputusan selanjutnya. Sementara untuk Nona Igor, keluargamu yang akan mengurus semua keperluan serta tempat tinggalnya selama berada di ibu kota ini." Jared memberitahu Harvey.
'Nona Igor, itu pasti nama keluarga wanita itu...' Hati Bellatrix terasa kosong dan hampa. Bahkan ketika Harvey ditarik paksa oleh Jared untuk segera pulang, Bellatrix sama sekali tidak menoleh dan menangisi kepergian tunangannya.
'Kenapa jadi begini...apa ini karma untukku karena bersikap egois?'
Berbagai pikiran negatif mulai memenuhi otak Bellatrix. Padahal manusia serigala di kawasan Utara terkenal akan Divine Power, atau kekuatan suci mereka.
Memiliki pikiran negatif tentu tidak baik untuk seorang calon penyihir agung seperti halnya Bellatrix.
"Dunia ini begitu kejam..."
Bibir Bellatrix gemetar menahan tangis. Meski tanpa isakan, air matanya mengalir deras sebab hatinya tidak dapat lagi membendung semua rasa sakit dan kecewa yang diterimanya.
"Kenapa begini? Kenapa sekarang?! Kenapa tidak sedari awal saja wanita itu datang?!"
Ahh...Bellatrix tidak bisa berpikir jernih sekarang.
Hatinya terbagi menjadi dua sisi, yang satu menyalahkan dirinya sendiri dan yang satunya lagi menyalahkan takdir yang begitu kejam hendak memisahkannya dengan Harvey.
Bellatrix tahu seberapa besar risiko yang akan dia hadapi ketika dia tetap bersikeras menggenggam pria yang bahkan tidak ditakdirkan untuk menggandeng tangannya.
Namun konsekuensi yang Bellatrix terima nyatanya begitu menyakitkan dan mengecewakan.
Mau seberapa kuat Bellatrix berusaha menyimpan Harvey untuk dirinya sendiri, pria itu tetap akan kembali pada pasangan yang telah ditetapkan oleh Dewi Bulan untuknya.
Lalu pilihan apa yang harus Bellatrix ambil ketika jerih payahnya akan berakhir sia-sia?
Melepaskan Harvey? Menjadi istri kedua atau simpanan pria itu?
Sebab menurut undang-undang yang berlaku di negara mereka, setiap orang yang telah menemukan Mate sejatinya harus segera mendaftarkan pernikahan mereka secara resmi dan tidak boleh digantikan oleh pihak lain yang bukan pasangan takdirnya.
Dalam kasus ini, posisi Bellatrix yang jadi terancam dan tersudutkan.
Ahh...entahlah, semua terlihat buntu. Bellatrix tidak bisa berpikir benar sekarang. Bellatrix butuh waktu untuk memutuskan langkah apa yang baiknya dia ambil bersama dengan Harvey, sebab ini menyangkut mereka berdua.
'Jika melepaskanmu memang harus dilakukan, itu artinya aku harus mencari Mate-ku lebih dulu untuk menghindari kutukan itu muncul...'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments