"Dia pergi ke ibu kota? Untuk apa dia pergi ke sana?"
Maribelle bertanya pada salah satu pelayan di keluarga Finley yang kebetulan mendengar rumor tentang kepergian Nona muda Bellatrix ke ibu kota.
Masyarakat berspekulasi bila kepergian Bellatrix ke sana, tak lain dan tak bukan untuk menenangkan diri pasca kekacauan yang terjadi di pesta pertunangan kapan hari.
Pelayan bernama Jennifer itu pun menjawab, "Saya tidak tahu alasan pastinya, Nona Igor. Tapi orang-orang bilang, kemungkinan ini ada kaitannya dengan Sumpah Suci yang beliau lakukan. Nona Garcia adalah murid sekaligus calon saintess di kota kita, yang diajari langsung oleh Penyihir Agung Milano. Mungkin Nona Garcia berniat mencari cara untuk menghancurkan Sumpah Sucinya."
Semua masih abu-abu dan hanya berlandaskan spekulasi orang awam yang tak tahu-menahu soal sistem kerja dari Sumpah Suci yang sakral itu.
Maribelle jadi tidak tenang memikirkan hal ini. Hati kecilnya berteriak ingin pergi ke ibu kota, hendak menyelidiki kegiatan Bellatrix secara langsung. Namun sayangnya, Harvey pasti tak akan memberinya izin menginjakkan kaki keluar rumah.
"Jennifer...bisakah aku meminta bantuanmu? Ini cukup penting karena kemungkinan besar akan berdampak pada hubunganku dan Harvey~"
Tak ada cara lain, Maribelle harus mengirim seseorang untuk memantau kegiatan Bellatrix secara diam-diam.
Tangan kanan Maribelle menyelipkan sebuah batu pertama kecil berwarna emerald di atas telapak tangan kiri Jennifer.
Tak salah lagi, itu merupakan batu permata yang mempunyai nilai jual lumayan tinggi di pasaran!
Kedua mata Jennifer melotot lebar. Baru kali ini dia menggenggam permata asli yang harganya bahkan melebihi gaji tahunannya bekerja di mansion!
"No-nona!! Apa yang Anda pikirkan?! Bagaimana mungkin anda menyerahkan batu permata ini kepada orang rendahan seperti saya!?" Sontak saja Jennifer berseru panik bukan main.
Lecet sedikit saja bisa sangat mempengaruhi harga jual permata tersebut. Jennifer tidak berani membawa barang mahal nan mewah itu secara sembarangan.
Akan tetapi, si pemilik asli permata itu sama sekali tak mempedulikan kepanikan Jennifer. Maribelle justru mengibaskan tangannya ke udara, menyuruh Jennifer untuk tidak bereaksi heboh hanya gara-gara sebuah batu 'biasa'.
"Kau boleh ambil batu itu. Asalkan kau mau menuruti semua kataku dan melakukan apa yang aku perintahkan kepadamu, apalagi kalau kerjamu bagus, aku akan memberikan imbalan lagi atas jerih payahmu."
Iris mata Maribelle bercahaya kuning, menunjukkan seberapa seriusnya wanita itu atas ucapannya kepada Jennifer.
Dasarnya Maribelle berasal dari keluarga kaya, hanya sebongkah permata saja akan dia relakan demi kelancaran misinya.
"A-Apa yang bisa saya lakukan untuk Nona Igor?"
Pertanyaan yang sudah Maribelle tunggu sedari tadi. Bibirnya menyunggingkan seringaian puas.
"Carikan satu mata-mata profesional untuk bekerja sama denganku."
...🐾...
...🐾...
"Bellatrixxx~~ Selamat datang di ibu kota! Maaf ya, aku tidak bisa menyambut kedatanganmu tadi sore!"
Ezekiel, sepupu Bellatrix datang dengan ekspresi sedih gara-gara tidak bisa menyambut kedatangan Bellatrix ke kediamannya secara peibadi.
Daripada tempat tinggal pribadi, bangunan yang akan menjadi tempat inap Bellatrix selama tinggal di ibu kota itu adalah sebuah hotel yang memang didirikan oleh keluarga Ezekiel sebagai salah satu properti bisnis.
Ezekiel adalah seorang bussinessman yang sukses meski usianya lebih muda setahun dari Bellatrix.
Bellatrix bangga dengan kesuksesan yang berhasil diraih oleh Ezekiel. Padahal seingat Bellatrix, Ezekiel dulu adalah seorang anak yang manja dan suka mengikutinya ke manapun dia pergi.
"Terima kasih sudah mengizinkanku menginap di sini. Bagaimana keadaanmu? Apa sakitmu sudah sembuh?" Layaknya seorang kakak yang sayang adiknya, Bellatrix tak malu memeluk Ezekiel di hadapan banyak mata yang memperhatikan mereka.
Padahal Ezekiel adalah sosok Alpha yang disegani para bawahannya, namun berbeda sekali ketika pemuda itu bersama dengan Bellatrix. Ezekiel akan berubah menjadi seekor anjing kecil yang manja dan penurut hanya kepada Bellatrix.
"Hehe~ Aku sudah sembuh sepenuhnya. Terima kasih, berkat obat yang kakak berikan, penyakit berangsur membaik dengan cepat!" Ezekiel tersenyum cerah pada Bellatrix yang sudah dianggapnya sebagai kakak sendirinya.
Senyuman lebar dan manis, yang tak pernah ditunjukkan pada siapapun kecuali pada Bellatrix seorang.
Tidak heran mengapa kedatangan Bellatrix sangat dinantikan oleh para bawahan Ezekiel, yang berharap dapat menyaksikan secara langsung betapa tampannya pemuda itu dengan senyuman manisnya yang hangat.
"Kakak pasti lelah setelah menempuh perjalanan panjang. Mari, aku antar ke kamar. Kakak bisa istirahat sepuas hati sebelum makan malam tiba." Ezekiel menyodorkan tangan kanannya untuk menjadi pegangan Bellatrix.
Ezekiel tumbuh menjadi sosok gentlemen yang sempurna. Bellatrix sangat bangga dapat melihat tumbuh kembang Ezekiel yang sesuai ekspektasinya.
"Aku yakin tujuan kakak datang ke sini, bukan cuma untuk beristirahat dan liburan. Benar bukan?" Ezekiel berbisik pada Bellatrix yang berjalan di sisi kirinya.
Bellatrix menghela nafas seraya tersenyum tipis, "Benar. Instingmu jeli juga. Aku datang kemari juga ingin mencari keberadaan guruku. Apa kau pernah mendengar kabar tentangnya?"
Mereka terus berbisik-bisik, supaya percakapan mereka tidak di dengar orang lain.
Ezekiel berpikir sejenak, "Kalau Tuan Milano sih...terakhir aku dengar kabarnya 2 bulan yang lalu. Katanya beliau mengunjungi katedral untuk menemui seseorang. Lalu setelah itu, aku tidak mendengar kabarnya lagi.."
"...omong-omong, bagaimana hubunganmu dengan orang itu? Apa kalian akan putus?" Ezekiel tak bisa lagi menahan rasa penasarannya.
Rumor terkait perpisahan Bellatrix dan Harvey rupanya sudah menyebar sampai ke ibu kota. Pasalnya kasus mereka cukup fenonemal hingga membuat khalayak luas dilanda penasaran yang besar.
Senyum di bibir Bellatrix perlahan sirna. Dia tahu, cepat atau lambat, dirinya harus mundur dari statusnya sebagai calon istri Harvey. Padahal impiannya tinggal selangkah lagi, tapi takdir berkata lain.
Bahkan Apha yang telah ditakdirkan untuknya juga sudah muncul tanpa Bellatrix harapkan lebih dulu.
Kini harapan untuk tetap bersama Harvey benar-benar pupus.
"Iya..." Bellatrix menarik nafas dalam, "Aku akan memutuskan hubungan kami, Sumpah Suci kami. Karena kami sudah tidak berjodoh." Lalu menghembuskannya secara perlahan, seolah sedang membuang beban yang membuat kedua pundaknya berat.
Ezekiel sangat menyetujui keputusan bijaksana Bellatrix. Dengan begini tak perlu ada pertumpahan darah hanya demi memperebutkan Alpha milik orang lain.
Tiba-tiba Ezekiel mengusak rambut Bellatrix sampai membuatnya berantakan. Ezekiel turut bersimpati atas patah hati yang dirasakan sepupunya, tapi di sisi lain, dia bersyukur Bellatrix belum sampai menikah dengan Harvey saat wanita itu muncul.
"Lebih baik sakit sekarang daripada belakangan. Karena bagaimanapun juga, kita tidak bisa bertindak melawan takdir.." tegur Ezekiel dengan lembut.
Bellatrix menghela nafas sekali lagi. Setidaknya di sini, dia tidak bisa sedikit bersantai dengan tenang sebelum disibukkan dengan pencarian sang guru.
"Omong-omong soal Mate...aku minta tolong bookingkan satu kamar khusus lagi ya, ada tamu yang juga mau menginap di sini entah besok atau dua hari lagi katanya," ujar Bellatrix tiba-tiba.
Ezekiel sama sekali tidak menaruh curiga atas itu. Jadi dia merespon dengan anggukan tenang.
Bellatrix hanya melirik Ezekiel dengan tatapan menyelidiknya.
'Andai kau tahu siapa orang yang akan datang nanti. Aku yakin reaksimu tak akan setenang ini..'
Tapi apa boleh buat, Orion sendiri yang berpesan akan mengunjungi keluarga Garcia dalam waktu dekat. Jadi Bellatrix pikir lebih baik mengenalkan Ezekiel pada orang itu selagi punya kesempatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments