Happy Reading...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
POV Huda...
Aku berjalan perlahan melewati jalan becek tambak dengan pikiran bercampur aduk jadi satu, berlahan lahan langkahku tiba di pohon Asem di tengah tambak,dan berhenti sejenak disana menatap jauh keatas dahan dimana dia biasa duduk sembari melafalkan hafalanya, air hujan yang turun membuat mataku sedikit susah untuk membuka mata sambil menengadah,..
"Jadi alasan apa yang membuatmu memilih dahan sebagai sandaranmu.. Zill.." gumamku pelan, dan entah mengapa dadaku berdesir halus saat aku menyebut namanya, karna baru kali ini aku menyebut namanya biasanya aku akan menyebutnya dengan sebutan Keling.
"Apa hidupmu sungguh sangat semenyedihkan itu,.." lanjutku sambil kembali berjalan menjauh dari tempat itu.
Sesampainya di asrama teman teman sekamarku menatapku dengan heran, karna batre tidak aku dapat, tapi justru basah kuyup padahal aku membawa payung..
"Kang Huda, sampean kenapa..?" tanya kang Halim yang merupakan teman sekamar ku semenjak aku baru masuk ke sini, yang aku tahu Kang Halim sudah cukup lama nyantri disini, dan selalu menjadi sopir bagi keluarga ndalem..
"Tidak ada apa apa Kang.." jawabku sambil mengambil handuk juga baju ganti lalu pergi ke kamar mandi, di dalam kamar mandi aku terus terpikirkan akan sikap Zilla yang terus mengais beras tadi sambil terisak, hingga aku selesai mandi dan mencuci baju ku lalu menjemurnya,entah mengapa bayangan matanya yang berair membuatku merasa sesak yang teramat dalam padahal aku sudah mati matian mengingatkan hatiku "Itu hanya perasaan iba, tidak perlu se drama ini.."
tapi apalah daya melihatnya seperti tadi membuatku ingin selalu berada bersamanya dan menghapus air yang membanjiri matanya.
"Perasaan apa sih ini, lebay banget.." gumamku lirih, setelah berusa mengusir pikiran yang tidak jelas karna terus menganggu fokus hafalanku.
"Kang Huda sepertinya dari tadi ada yang menganggu di pikiran sampean.." kata Kang Halim yang juga tengah berada di dalam kamar dengan ku.
"Ahh, hanya pikiran konyol saja Kang.." jawab ku agar tidak terlihat bodoh di depanya..
"Pasti kepikiran mbak Santri ya, atau Ning Afiqah mungkin Mbak Dahlia.." jawab kang Halim sambil tersenyum simpul..
"Sampean ini Kang aneh aneh saja.." kataku dengan ikut tertawa canggung..
"Enggak apa apa kang buat penyemangat, kalau saja saya seumuran sampean sudah tak dekati Ning Afiqah mumpung sedang berada di rumah..ha..ha..ha.., sayangnya saya sudah terlalu umur untuk itu.." aku mengernyitkan keningku mendengar ucapan Kang Halim, kalau di pikir dengan logika seharusnya iya, orang yang harusnya bisa menganggu pikiran ku adalah Ning Afiqah yang cantik, lembut juga sopan tentunya, atau saudaranya Mbak Dahlia yang enggak kalah cantik dari dia, lahh ini alih alih gadis cantik yang aku pikirkan malah Zilla si Keling, dan membuatku tidak bisa berfikir jernih terlebih setelah melihatnya menangis tadi.
"Kang, Kang Huda.." kata Kang Halim sambil mengoyangkan bahuku..
"Iya kang.." jawabku lalu melepaskan peci di kepaku menggaruk yang sebenarnya tidak gatal pada bagian kepalaku.
"Sampean kok malah melamun, cerita saja siapa tahu bisa bantu, apa ini ada sangkut pautnya dengan sampean mandi malam kemarin..ha..ha..ha.."
"Kang jangan keras keras, nanti ada yang dengar.."
"Siapa gadis itu..hah.." tanyanya dengan menyenggol bahuku di sertai dengan senyum jahil..
"Sudahlah enggak penting,.."
"Ha..ha..ha.., kenapa mesti malu kang, itu kan sudah lumprahnya, apa ini yang pertama buat sampean..??"
"Sudah lah Kang jangan di bahas lagi.." kataku lalu berdiri dari tempat duduk ku menaruh Mufrod dalam loker ku lalu kembali duduk di samping jendela sembari memandang lurus ke arah hujan yang masih terus saja menjatuhkan dirinya ke bumi, tapi sejujurnya pikiran ku tidak pada hujan itu melainkan pada gubuk tadi atau tempat tinggal Zilla, membayangkan bagaimana rasanya disana saat hujan seperti ini pasti akan sangat dingin dan itu sungguh sangat menganggu ku.
"Zilla lagi, Zilla lagi.." desah ku sedikit keras ketika bayangan matanya kembali hadir memenuhi rongga kepalaku..
"Kangen sama Zilla ya kang.." kata kang Halim, dan aku baru tersadar jika masih ada kang Halim di ruangan ini, dan dengan berusaha sangat keras aku mengalihkan percakapan mengenai Zilla tapi semuanya sia sia saja karna Kang Halim sudah terlanjur mendengarnya tadi..
"Zilla, anak itu sungguh sangat istimewa disini.." kata Kang Halim..
"Maksudnya kang.." aku yang sebelumnya tak ingin membahasnya langsung penasaran saat kang Halim sepertinya tau banyak tentang Zilla..
"Zilla itu anak yang tidak pernah mengeluh, selalu tersenyum meski keadaan tidak membuatnya harus tersenyum, sikapnya yang suka terus terang dan apa adanya kadang cendrung konyol tapi dia adalah anak yang sangat jujur, juga penurut sekali dengan keluarga Ndalem sekeluarga, dan jangan sekali kali mengasihi dia, karna itu bisa membuat murka dia, bagi dia pantang menerima sesuatu tanpa ada imbal balik bagi yang memberi, tapi bukannya sampean dan Zilla selalu bertengkar setiap bertemu..??" sontak pertanyaan Kang Halim membuatku tersedak oleh salivaku sendiri.
"Ahhh.. itu karna suaranya jelek sekali, dan juga warna kulitnya membuat mataku sakit Kang..ha..ha..ha.." jawab ku membuat alasan dengan menambahkan tawa yang hambar..
"Ha. ha..ha.. sampean ini Kang Huda, mentang mentang banyak pengagumnya, nanti kalau tiba tiba sampean suka sama Zilla malah repot loh, sudah mau Asar ayo kita ke Musolla. " kata Kang Halim lalu beranjak pergi dari kamar meninggalkan aku sendiri..
"Mana mungkin aku suka sama si Keling, kayak enggak ada gadis lain saja.." ucapku pelan lalu pergi mengikuti Kang Halim keluar kamar..
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Pagi datang kembali setelah hujan dari kemarin hingga semalam terus saja mengguyur bumi, sinar hangat ahirnya muncul lagi dan setelah semalan aku berfikir dan berfikir ahirnya aku memutuskan bahwa rasa untuk Zilla hanyalah rasa iba yang tiba tiba muncul saja, dan pasti nanti akan hilang dengan sendirinya saat suara cempreng itu kembali lagi.
Karna kegiatan pesantren yang libur juga sekolahan ku, aku hanya luntang lantung tidak jelas, di tambah tidak ada yang di usili membuatku bertambah bosan saja, dan ahirnya aku membawa peralatan kameraku ke tempat biasaku dan saat aku hendak keluar lewat pintu belakang tak sengaja mataku menagkap sosok Ning Afiqah yang tengah menyiram bunga di taman belakang, di ulasnya senyum tipis ke arahku, dan itu membuatku sempat tertegun untuk beberapa saat karna tidak percaya dia tersenyum kearahku, atau itu hanya imajinasiku saja, dengan mengagguk sedikit juga tersenyum tipis aku melanjutkan langkahku ke arah pintu tanpa menoleh lagi ke belakang..
Sampai di tempat tujuanku aku bergegas menyiapankan peralatanku dan baru saja aku hendak membidikan kameraku tiba tiba suara teriakan demi teriakan muncul dari balik pohon Asem, dengan heran aku memutari pohon itu dan nampak Zilla sedang menengadah dengan menutup matanya, dan tak lama sesudah itu kaki kakinya sudah menapak di pohon yang besarnya mengalahi ukuran rangkulan 3 orang dewasa, kakinya yang cekatan itu sudah sampai pada dahan kesukaanya.
Kembali suaranya membuatku merinding ketika dia sudah mulai melantunkan ayat ayat suci dari bibir mungilnya yang di sertai isakan isakan kecil, aku tidak tau apa lagi yang membuatnya menangis tapi mendengarnya menangis seperti itu sungguh hati ku ikut sakit di buatnya, dan aku hanya bisa duduk di bawah pohon itu mendengarkan segala yang tidak bisa dia ungkapkap pada orang lain sampai dua jam lamanya ketika suaranya sudah melemah dan isakanya benar benar sudah terhenti..
Tubuh kurusnya sudah hampir menyentuh tanah ketika dengan tiba tiba aku mengagetkanya dan membuatnya terjatuh berdentam di tanah, apa lagi yang bisa aku lakukan selain menjahilinya agar senyum itu kembali berbinar di bibirnya, mau bilang habis nagis ya jelas itu tidak mungkin, karna itu tidak menunjukan aku di hadapanya, dengan mengatainya dan berhasil membuatnya memasang muka jutek sudah sangat melegakan hatiku.
Dengan bermodal roti yang ku beli tadi sebelum berangkat kesini aku mengajaknya bicara, meski aku tidak tau apa sebenarnya tujuanku menahanya tetap bersamaku saat ini, mungkin rasa iba saat melihatnya menangis tadi, tapi jika itu cuma rasa iba kenapa aku merasa bahagia melihat matanya mengerjap dengan binar saat merasakan roti pemberianku, dan jantung ku tiba tiba berdetak lebih cepat saat dia menatapku dengan pandangan penuh menyakinkan bahwa ini untuk kali pertama dia makan roti, sungguh aku tidak habis fikir seberapa susah hidupmu sehingga sebungkus roti saja tidak pernah kau beli.
Aku makin di buat gila saja dengan pikiranku sendiri, yang menginginkan berada di dekatnya setiap waktu dengan modus menyimak hafalan sebagai ganti atas roti yang ku beri,dan anak polos itu dengan mudahnya menyetujui ideku, dan melupakan bahwa aku orang yang sering sekali menjahilinya setiap waktu.
Aku benci sekali jika matanya mengerjap ke arahku, karna itu membuatku menahan nafas dalam dan jantungku akan tiba tiba menggila di buatnya, sepertinya aku harus segera memeriksakan keadaan jantungku jika ingin umurku lebih panjang.
Langakah kecilnya meninggalkan ku disini yang masih terus menatapnya hingga hanya tinggal titik bulat kecil di kejahuan, dan tak terhitung lagi sudah berapa bidikan kamera ku arahkan padanya tadi hingga dia benar benar tak terlihat oleh pandangan mataku.
dan aku ikut melangkah meninggalkan tempat itu pula saat adzan dzuhur berkumandang, dan di dalam hati merasa ada sedikit bunga yang tiba tiba bertaburan saat mengingat besok akan bertemu kembali dengan Zilla di tempat itu saat menjelang sunset..
POV Huda End..
#####
Bersambung dulu yahhh...
Selamat bermalam Jum'ah.. jangan lupa amalanya di malam Jum'ah, semoga barokah..
masih nunggu Like,Coment dna Votenya untuk Zilla..
Love Love Love...
💖💖💖💖💖💖
By: Ariz kopi
@maydina862
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Daffodil Koltim
dari benci smpai mmbuat kang huda berbunga2,,,,😍😍😍
2021-01-30
1
Agus sulastri
benci dan cinta itu beda tipis kang Huda ..
jgan benci berlebihan kang...
masalahnya cinta tak bisa diatur datang pada siapa dan untuk siapa...
dia memilih sendiri tanpa bisa ditolak ataupun diminta...seperti yg kang Huda rasakan ...
2020-06-27
4
Umi Nadia Azza
benci jd cinta nie nama nya 🤭
hemmzz anoman maka nya jgn suka ngeledek jd bucin dia 😄🤭
2020-06-19
3