Happy Reading...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Dua bulan sudah berlalu dan jantungku masih suka berdebar tidak menentu setiap bayangan wajahnya yang basah oleh air kembali datang menyergab ku, anehnya hati, dan aku terlalu percaya padanya yang nyatanya telah terang terangan menghianatiku, coba bayangkan aku sudah mensugesti diriku pasti semua akan menghilang saat dia telah pergi, tapi nyatanya tidak lah semudah menghilang seperti panas dari matahari yang terkalahkan oleh tetesan Hujan dari langit, dan bahkan debaran ini makin dahsyat saja saat aku melewati tempat pertama kali aku melihatnya.
Rasa ini memang benar benar aneh, dan aku justru makin terjebak di dalamnya oleh pertanyaan pertanyaan koyol di kepalaku yang kecil ini, "Taukah dia dengan namaku, atau pahamkah dia dengan wajahku, atau sejauh manakah aku dalam ingatanya.." lucu sekali bukan pikiran otak kecil ku ini, pemikiran dari otak yang kurang akan Nutrisi di waktu kecil ini sangat tidak relevan jika harus di bandingkan kembali dengan kehidupan ku setiap harinya, aku cukup sadar diri dengan itu maka dari itu aku lebih memilih diam akan rasa ku ini.
"Toh ini hanya rasa yang konyol,rasa dari seorang anak kecil, rasa monyet, yang hanya ada dalam hatiku sendiri dan seiring waktu nanti pasti akan hilang dengan sendirinya.." sekali waktu kata itu keluar untuk menyemangati diriku sendiri.
Seperti saat ini aku yang tengah bersemangat untuk acara Khotmil Qur'an ku besok, aku tengah berdiri di depan pintu yang hanya di batasi oleh kain usang untuk menunjukan baju yang baru saja aku ambil dari penjahit siang kemarin, baju yang sebenarnya harganya tidak seberapa di banding dengan milik teman teman ku,tapi itu cukup membuatku merasa sangat bahagia, karna ini untuk kali pertama aku memiliki baju baru langsung jahit sendiri dan pas di tubuhku, biasanya aku di belikan baju bekas oleh Emak atau pemberian dari tetangga ataupun kadang baju bekas Ning Afiqah yang akan kedodoran dimana mana, dan juga ini uang dari Ayah ku waktu itu sebelum berangkat ke Kalimantan nyatanya benar benar berguna buat ku saat ini.
Emak terus saja memandangiku dengan baju baru yang sesungguhnya adalah seragam Khotmil kami, wana Cream kombinasi dengan batik gajah oleng warna kuning gading dan di padukan dengan kerudung warna senada yakni Cream sungguh mampu membuat binar bahagia jelas terlihat di raut tua itu di sertai mata berkaca kaca saat aku kembali berlengak lenggok di depanya bak model memeragakan pameran busana.
"Sudah di lepas sana, besok kotor kalau terus kamu pakai kayak gitu.." kata Emak setelah puas melihatku mencoba baju..
"Iya... Mak.." jawab ku lalu kembali masuk ke dalam salah satu ruangan yang kami pergunakan sebagai tempat tidur, lalu menggantikanya dengan baju lain, aku terus memandangi baju itu setelah aku gantung sembari tangan ku tak henti hentinya memeganginya serta mencium aroma baju baru, dalam artian benar benar baru karna tidak baju bekas yang biasanya kami beli, dan bahagia kian membuncah saat aku mengingat akan memakai pakaian ini saat acara terpenting bagi hidupku yakni Khotmil Qur'an Bilghoib ku, dan setelah ini aku akan di sebut sebagai Hafidzoh, seorang perempuan penjaga Al-Qur'an.
"Zill, Emak mau berangkat ke Pabrik dulu ya.." kata Emak membuyarkan lamuanan ku..
"Zilla ikut Mak.."jawabku dan langsung keluar dari ruangan itu dan menyusul Emak yang sudah dulu keluar rumah..
"Kamu enggak usah ikut, lebih baik kamu bantu bantu di Ndalem, karna Emak besok baru bisa membantu disana.." kata Emak..
"Biarkan Zilla ikut sampai Dzuhur saja Mak, nanti habis Dzuhur Zilla kesana dan langsung tidak pulang sampai besok Gus Farid yang menyerahkan Zilla kembali sama Emak.." jawabku dan langsung mengandeng tangan Emak setelah menutup pintu.
"Akan lebih baik jika kamu tetap disana, tetap mensohehkan Hafalanmu.." kata Emak ketika kami sudah mulai berjalan menapaki jalan mengais rezeki.
"Tentu saja Mak, kan Zilla ingin mempersembahkan Mahkota permata kepada Emak kelak di Syurga nanti.." jawab ku
"Niatkan segala sesuatu itu karna Allah semata, jika niatmu hanya itu maka yang kamu dapat juga hanya itu.."
"Tapi kan memang janji Allah seperti itu Mak untuk para Hafidzul Qur'an.." jawab ku enteng..
"Maka dari itu luruskan niatmu, menjadi seorang Hafidzul Qur'an karna menginginkan kemulyaan semata, atau menjadi seorang Hafidzul Qur'an karna Allah,.." kata Emak, aku memikirkan ucapan Emak dan mencernanya dengan baik baik sebelum aku kembali mendebatnya.
"Emak tidak ingin niat yang kamu ambil itu salah,dan Emak juga akan lebih bersyukur jika kelak saat kamu dewasa Ahlaq kamu masih tetap Qur'ani dan menjaga hafalan mu sampai datang kepadamu ketetapanmu.." lanjut Emak, dan nyatanya kali ini aku hanya bisa diam tidak menjawab, karna netra tua itu telah jauh memandang ke depan, dan aku tau persis pasti saat ini Emak telah berfikir jauh memikirkan anak anaknya, terutama seorang Maslikah yang merupakan bentuk kegagalan Emak dalam mendidiknya dan menjadi seorang yang serakah oleh harta.
Aku terus mengandeng tangan Emak dengan erat, dalam hatiku tak terbersit sedikitpun ingin menjadi seperti Maslikah, meski tidak dapat di bohongi darah akan lebih kental dari pada air, tapi setidaknya aku berharap bukan darah dia yang akan menguasai diriku.
Kami terus berjalan untuk menjemput rezeki kami, di sertai utaian do'a dan juga harapan semoga rezeki yang kami dapat hari ini barokah serta halalan toyiban hingga langkah kami sampai juga di tempat yang kami tuju, dan kesibukan pun dimulai, hingga tidak ada sisa di pikiran untuk memikirkan hal lain barang sejenak kecuali rasa syukur bahwa hari ini masih di beri ketetapan iman dan kesehatan badan hingga raga ini masih bisa mengais taburan rezeki dari sang maha pencipta Allah Azza wa jalla..
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Siang sudah semakin beranjak sore saat aku hendak berangkat ke Pesantren milik Gus Farid, bukan karna apa apa aku bisa sampai terlambat pulang tadi dari pabrik, itu semua di sebabkan aku yang tidak tega melihat pekerjaan Emak yang masih menumpuk dan menuntut Emak bergerak cepat sementara fisiknya sudah tidak memungkinkan untuk melakukan hal itu secara cepat, maka dari itu aku memaksa agar di perbolehkan tetap disana sampai pekerjaan Emak sedikit ringan.
langakah ku sedikit ku pacu dengan tentengan kresek baju baru untuk Khotmil besok, dan senyum terus saja terukir di wajahku membayangkan besok aku dan mbak Fika serta 5 dari teman ku yang juga Khotmil besok, serta beberapa Santri putra, juga ada beberapa Santri Khotmil Binadhor pula,
Langkah langkah kecil yang di sertai dengan sedikit larian kecil di tengah hamparan tambak, di sertai suara dari kincir angin yang berderit derit semakin membuatku bersemangat dan seraya tak sabar ingin segera sampai disana melihat kemegahan pentas yang telah di buat dari kemarin oleh Kang Santri, sebenarnya di Al-Ma'aly pusat tidaklah libur hanya saja Gus Farid sudah meminta Izin buat ku dan Mbak Fika untuk acara kami ini, ya sudah barang tentu mereka serta merta mengizinkan karna Gus Farid merupan putra sulung dari pengasuh Al-Ma'aly pusat juga.
"Ling..Keling.."panggil suara yang sangat menyebalkan tapi kadang juga aku rindukan, meski suka usil juga jahil tidak dapat ku pungkiri kehadiranya membuatku sedikit dapat mengalihakan tentang beban hidup yang aku jalani, dan biarpun dia suka jahil dan semaunya sendiri dia termasuk orang yang sangat perduli padaku, meski cara penyampaianya sedikit membuat telingga harus sabar dengan bahasanya yang kadang suka tidak enak di dengar.
"Apa.." jawabku dan langsung menoleh ke arah sumber suara yang berada di balik pohon Asem tersebut..
"Cihh.. sok sibuk.." jawabnya dengan menyodorkan Ice Cream kepadaku..
"Apa ini.."
"Makan saja,.." jawabnya dan kembali duduk di tempatnya
"Trimakasih.." ucapaku lalu hendak beranjak pergi dari tempatku..
"Itu tidak gratis, temani ngobrol.." jawabnya seenak dia..
"Enggak bisa, aku sibuk, nih tak kembalikan.." ucapku sambil mengembalikan Ice Cream..
"Sudah aku bilang ambil saja.." jawabnya sambil memakan Ice Cream yang barada di tanganya..
"Aku sibuk, kalau mesti nemenin ngobrol.." jawabku
"Bentar doang enggak sampai setengah jam juga.." jawabnya mamalingkan wajahnya dari ku, memang ada yang aneh dengan wajahku hingga membuatnya memalingkan wajahnya dari ku, enggak suka ya enggak suka aja sih, lagian dia juga yang maksa aku tetap disini, aneh banget..
"Cihh..sok sibuk, duduk sono.." lanjutnya tanpa menolehku tapi tanganya menujuk tempat yang agak jauh dari tempatnya duduk, dan anehnya aku menuruti saja kemauanya lalu mendudukan diriku di tempatnya menunjuk.Ku hela nafas dalam pelan pelan kemudian membuangnya dengan kasar setelah menaruh bokongku di atas rumput..
"Cepet di buka, meleleh itu nanti.." katanya lagi, akupun hendak membuka bungkus Ice Cream tersebut tapi tanganku terlalu licin..
"Gini loh..." katanya dan langsung mengambil Ice Cream dari tangan ku, membukanya lalu memberikanya kepadaku.
"Trimakasih.." ucapku, lalu dengan perlahan aku memasukan Ice Cream tersebut dalam mulut ku, rasanya yang tiba tiba melumer dan dingin membuatku langsung menutup mataku di sertai dengan menahan dingin di dalam mulut ku, dia yang tengah memperhatikan aku tertawa terbahak bahak melihat expresiku.
"Sumpah, muka kamu lucu banget.." katanya di sela sela tawanya, aku hanya diam tidak menyahuti ucapanya karna masih terpana dengan rasa yang lumer di mulut serta manis gurih di sertai dingin, sungguh rasa yang tidak dapat aku diskripsikan..
"Ling, kamu kok kelihatan agak putih sih 15 hari tidak pulang, wahh jangan jangan kamu pakai bedak pemutih ya.." lanjutnya, setelah menelan Ice Cream terahirku aku bermaksud menjawabnya..
"Atau jangan jangan kamu sengaja tidak pulang agar putih.." katanya lagi.
"Ngomong apa sih enggak jelas banget.." jawab ku..
"Serius, kamu kelihatan sedikit bersih, sedikit saja enggak banyak, dan jangan juga GeEr, biasanya orang GeEr itu matinya duluan.."
"Kamu nyuruh aku tetap disini cuma untuk meyuruhku mendengarkan ucapan kamu yang enggak masuk akal itu.." kataku dan langsung berdiri..
"Tapi bener deh, kamu sedikit lebih putih, apa kamu pakai sabun pemutih...wkwkkwk.." katanya dengan kembali tertawa terbahak bahak...
"Dari pada buat beli sabun pemutih mending buat beli beras.." ucap ku, lalu berjalan meninggalkanya..
"Rasanya uang itu sangat berharga buat kamu ya.." jawabnya dan langsung mensejajari langkahnya dengan ku, mendenganya menyebut uang sangat berharga untuk ku aku langsung menghentikan langkahku.
"Andai hidupku sudah berkecukupan seperti sampean, tentu aku tidak akan menganggap uang itu sangat berharga untuk ku, tapi kenyataanya aku sangat mengantungkan hidup ku dari uang yang tidak seberapa jumlahnya, atau mungkin lebih banyak dari uang saku sampean setiap hari,.." kataku dengan langsung menatap ke matanya, aku tau niat awalnya tadi hanya bercanda dan ingin membuatku sebal, tapi kali ini dia salah mengambil topik bahasan sehingga itu sedikit melukai ego ku, aku bukanlah cewek Matre, aku hanya seorang cewek biasa yang berusaha membantu meringankan beban dari orang terkasih ku, dengan mengumpul kan pundi pundi rupiah yang tidak seberapa itu.
"Kok serius gini, sorry aku cuma bercanda.." katanya kemudian, namun tidak ku hiraukan dan memilih melanjutkan langkah ku.
"Ling, kamu seneng ya mau Khotmil.." tanyanya setelah kembali mensejajari langkah ku..
"Iya seneng.." jawabku singkat..
"Selamat ya.."
"Trimakasih.."
"Aku juga pasti nanti akan segera menyusul mu, menajadi seorang Hafidzul Qur'an.." katanya seolah sedang menyemangati dirinya sendiri..
"Harus usaha lebih keras lagi.." jawab ku singkat..
"Kalau aku bisa Khotmil dua tahun lagi apa yang bakal kamu berikan untuk ku.." katanya dengan mencegat langakah ku..
"Kenapa, mesti minta padaku.." jawab ku dan memundurkan kaki ku satu langkah kebelakang..
"Ya sebagai hadiah untuk teman..."
"Emm, sepertinya aku hanya bisa memberikan do'a.." jawab ku singkat..
"Kalau aku meminta sesuatu apa kamu bisa mengabulkanya.." katanya..
"Tergantung, kalau aku bisa kenapa tidak.." jawabku..
"Ok deal, jika aku dapat menyelesaikan hafalan ku selama dua tahun ke depan, aku akan meminta imbalan darimu.."
"Kok di putuskan sepihak.." jawab ku..
"Lagian apa coba yang akan kamu minta.." lanjutku sedikit menggerutu..
"Sebuah kado yang tak berbentuk tapi bermakna, yang akan membuat kehidupan ini semankin terasa lengkap,.." katanya dan kemudian tanganya yang satu menarik tanganku sementara tangan satunya dia gunakan untuk mengambil sesuatu dari dalam saku jaketnya..
"Pakailah besok, pasti akan terlihat sanggat manis.." ucapnya begitu sudah menaruh bingkisan kecil yang hanya segenggaman ku itu, kemudian dia pergi sembari tersenyum hangat kepadaku sebelum ahirnya dia berbalik dan meninggalkan aku sendiri yang masih bengong dengan benda yang berada di dalam genggamanku dan memandang punggungnya dengan heran dengan sikap nya hari ini, kini mataku berpindah menuju genggaman tangan yang di tutupkan olehnya tadi setelah memberikan benda kecil di dalamnya, dan senyum senang sekaligus heran melihat benda yang berkilauan di terpa sinar matahari siang ini,
"Cantik.." gumamku pelan..
Bersambung...
####
haduhhh...eee apaan itu Zill kok berkilau,..
mungkin itu kunang kunang...🤭🤭🤭🤭
Like, Coment dan Votanya dung buat Emak,.. ehhh buat Zilla..
Love Love Love...
💖💖💖💖💖💖
By: Ariz kopi.
@maydina862
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Daffodil Koltim
berat qlo sdah mnyangkut perasaan,,,,😇😇😇
2021-01-30
1
mamzolla
aq wis bayangne loro ati..kyk e kang Huda seneng ma zilla..dilalah Ning afiqah e demen..pasti suruh ngalah deh zilla..kyk janjine di episode sblme itu..hedeh
2020-09-14
1
ibue naufal
si ning fika kyake demen kro kang huda ...
2020-07-04
3