Part 18

Happy Reading...

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Senyum masih senantiasa tersungging di bibirku dan rasanya di setiap langakah ku kembali ke rumah semakin ringan dan menyenangkan bahkan semua itu semakin terasa lebih meneyenangkan lagi saat ku lihat kekasih ku, bidadari ku, malaikat tak bersayap ku yang tengah berdiri menunggu ku di depan rumah, senyumnya langsung berbinar saat langkah ku semakin mendekat, dan dengan tanpa ragu langsung ku rengkuh tubuh tua itu dalam pelukan ku, sembari ciuman ciuman kecil kudaratkan di pipi kriputnya..

"Assalamu'alaikum..." ucapku setelah puas menumpahkan segala kebahagiaan di dadaku..

"Wa'alaikumussalam, tumben pulangnya agak telat Zill, dan kelihatanya kamu bahagia sekali.." ucap Emak sambil membuka pintu dan ku tuntun dia masuk lalu kami mendudukan diri kami di dipan, sejurus kemudian aku menaruh tasku ke dalam kamar lalu kembali duduk di sebelah Emak.

"Emak sudah masak ya.." ucapku sambil menepuk nepuk pipiku yang masih menghangat saat mengingat ucapan Mas Hafidz tadi..

"Sudah, kenapa tow Zill kamu itu kok senyum senyum sendiri enggak jelas seperti itu.." ucap Emak penuh selidik, ku sunggingkan senyum ku ke arah Emak lalu menggeleng pelan..

"Zill, Emak yang tahu dari kamu bayi,.." kata Emak dengan memandang ku lekat juga penuh penekanan, ya aku tahu, bisa membohongi seluruh dunia tapi aku tidak akan pernah bisa membohongi Emak.

"Itu,.. cuma,cum..." jawab ku gagab.

"Cuma apa.." kata Emak lagi dengan suara tegasnya, dan itu sering terjadi saat wanita ku ini tengah mengkwatirkan ku.

"Mas Hafidz Mak.." jawab ku dengan menunduk sembari tersipu malu, dengan cepat Emak mendekat ke arahku dan mengangakat wajahku agar memandang ke arahnya, netra tua itu cukup tahu hanya dengan memandang mataku saja tanpa harus aku mengatakanya.

"Ndhok Zill, mbok ojo serakah tow.." katanya dengan tatapan sedih..

"Serakah gimana sih Mak, Zilla enggak min.." jawab ku lalu segera di potong oleh Emak..

"Kamu itu masih muda dan jalanmu ini masih panjang,.." katanya pelan dengan menghela nafas dalam dalam,.

"Tapi Mak Mas Hafidz yang bilang ke Zilla kalau Mas Hafidz senang saat bersama Zilla.." jawab ku dengan menatap Netra tua itu penuh tanya ..

"Kalian masih muda Ndhok, masih lima belas tahun, dan bukan tidak mungkin suatu saat nanti kalian akan mengerti hidup di luar sana, Emak hanya takut kamu akan terluka,..".

"Tapi Mas Hafidz, Zilla tau Mas Hafidz dari kecil.."

"Karna kamu tau dari kecil maka pikirkanlah, apa kita cukup pantas buat mereka, kita cuma wong sobek Ndhok, wong kere, ilingin kwi, kita ini ibarat debu di lantai mereka Zill " kata Emak dengan penuh penekanan, dan sontak ucapan Emak itu seperti es yang mencair langsung di pipiku yang tengah menghangat karna ucapan Mas Hafidz tadi.

"Mau seperti apapun Hafidz padamu, tapi ingatlah bahwa karna keluargnya kamu bisa mendapatkan Ilmu, mungkin Hafidz akan menerimamu tapi apa mungkin keluarganya akan menerimamu seperti Hafidz saat ini, mereka keluarga terhormat dan tanpa campur tangan mereka kita tidak akan seperti sekarang, terlebih kamu." aku semakin menundukan kepalaku mendengar ucapan Emak yang sama sekali tidak salah namun terasa nyeri di hati saat aku mendengar tentang kebenaran ku.

"Maafkan Emak Zill,." ucapnya pelan lalu berdiri namun segera aku tarik tanganya dan menghambur dalam peluakanya seraya berkata lirih..

"Maafkan Zilla Mak, maafkan Zilla karna telah membuat Emak bersedih.."

"Emak tidak mau kamu terluka Ndhok, akan lebih baik jika sakit sekarang, daripada nanti akan semakin sakit lagi, kamu ngerti maksud Emak kan.." jawabnya dan membalas pelukan ku dengan sangat erat, dengan pelan aku mengangguk lalu Emak melepas pelukanya dan melanglah menuju pintu.

"Kamu cuci baju saja dulu, nanti baru nyusul ke pabrik.." katanya saat sudah dekat dengan pintu.

"Iya Mak.." jawab ku dengan mengulas senyum yang snagat terpaksa..

"Ingat pesan Emak tadi, kita ini tak ubahnya hanya sebuah debu di lantai mereka, Assalamu'alaikum.." katanya lalu langsung melangkah keluar dari rumah, dan aku hanya bisa memandang pungkung sedikit bungkuk yang telah termakan usia itu dengan sedih karna sudah tanpa sengaja mengoresnya dengan tingakahku yang tidak sepantasnya.

Sepeninggal Emak aku bergegas menuju sumur menimba dan menimba entah sudah berapa banyak Air yang aku angkat ke permukaan dan baju baju kotor itu sama sekali masih belum tersentuh oleh tangan ku, pikiran ku terus merekam ucapan Emak sekaligus ucapan Mas Hafidz dan mau tidak mau aku harus menyetujui semua ucapan Emak karna memang itu yang benar.

tanpa kebaikan seluruh anggota keluarga Al-Ma'aly, pasti saat ini aku menjadi anak yang tidak berilmu, atau mungkin bahkan lebih buruk dari itu, semua pasti akan berahir.

Apa Tuhan tidak adil padaku...??, tentu saja itu tidak benar karna bagaimanapun ini hanya sebuah skenario yang harus aku jalani saat ini, hidup serba kekurangan, hidup dalam garis kemiskinan dan selalu jadi bahan hinaan namun ada satu hal yang membuatku masih terus bisa bertahan, Insya' Allah sampai kapanpun akan tetap aku jaga, Al-Qur'an di diriku dan ini pula yang membuatku kuat serta menjadikan aku seorang yang berahlaq.

Sesak ini akan segara berlalu seiring bergantinya waktu, bergulirnya hari yang akan mengubur sebuah rasa yang salah tumbuh, yang telah menjadikan biji yang tidak pada tempat harusnya bertunas, menyimpanya seorang diri itu akan lebih baik, dan untuk kedua kalinya ini aku menelan rasaku utuh tanpa seorang yang tahu kecuali Emak tentunya.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Hari terus berganti dan tidak terasa waktu liburan sudah semakin mendekati berahir, dan dari semenjak saat itu aku memang tidak pernah bertemu dengan Mas Hafid, sekalipun aku melihatnya aku memilih tidak terlihat olehnya dan menjauh secara perlahan meski tidak dapat di pungkiri hatiku sedikit ngilu tapi itu jauh lebih baik aku lakukan daripada jika harus menyaksikan Emak yang tersakiti oleh tingkahku, menjalani hidup seperti ini saja sudah sangat susah bagiku dan Emak, aku tidak mau menambah beban yang harus di pikulnya jika aku melakukan kesalahan dalam hidup ku.

Seperti biasa aku akan kembali kerumah saat pagi pagi buta seperti ini, dan binar jingga pucat di ufuk timur memberi kabar kepada semua mahluk di muka bumi bahwa hadirnya sang surya akan membawa hari baru.

Langkah kecil ku mengayun perlahan di balik tembok tinggi menjulang pembatas area Pesantren dengan lingkungan sekitar, juga batas dari ku seharusnya untuk rasa yang tidak pada tempatnya ini, batas yang hanya bisa aku lewati dengan alasan Santri.

Dengan kepala tertunduk aku terus berusaha melatih senyumku agar tidak kaku nanti saat tiba di rumah, dan dengan menendang nendang batu kecil aku terus berjalan melewati jalan setapak ini dengan hati gelisah, mengingat nantilah waktu yang ku janjikan untuk betemu dengan Mas Hafidz di tempat untuk pertama kali kami bertemu, haruskah aku datang, jika aku datang nanti aku takut akan membuat Emak kecewa padaku, jika tidak datang aku takut Mas Hafidz yang akan kecewa padaku, tapi kalau boleh jujur aku menginginkan bertemu denganya namun aku terlalu takut jika membuat satu satunya penyokong hidup ku itu terluka dengan sikap ku.

"Brukk..." tubuh ku menabrak seseorang yang tengah berdiri membelakangiku karna terlalu asik berjalan dengan menunduk dan larut dengan pikiran yang rumit ini..

"Maaf.." ucap ku pelan dan mundur beberapa langkah dari tempatku, dan orang yang aku tabrak berbalik secara perlahan dengan senyum khas dia, dan baru kali ini aku merasa sangat gembira bisa melihat senyumnya kembali..

"Anoman..." pekik ku tertahan oleh tangan.

"Kenapa, kamu kangen sama aku, sampai sampai begitu gembiranya melihat aku kembali disini.." katanya dengan mode pede tingkat dewanya.

"Kapan datang.." tanya ku tanpa menjawab kata katanya barusan, karna aku pikir itu tidak penting saja, tapi kalau mau jujur memang sih aku merindukan kejahilanya, merindukan kekoyolanya juga sekaligus merindukan olokanya terhadapku, dan aku rasanya cukup nyaman bila berada di dekatnya.

"Kenapa manyun, segitu kangenya sama aku sampai sampai jalan saja menunduk terus." ucapnya juga tidak mau menjawab tanyaku.

"Hehh.. kumat,.." jawab ku lalu melanjutkan langlah ku kembali kerumah.

"Kenapa sih, sensi bener kayak mau bulanan aja.." katanya yang sudah menyamai langkah ku.

"Kayak tau aja.." jawab ku sedikit ketus.

"Ya taulah dari buku, kenapa sih muka jelek gitu mesti tambah jelek dengan manyun gitu" katanya enteng.

"Ya sudah sana pergi saja, enggak nyuruh juga kan deket deket aku.." jawab ku dengan mengibas ngibaskan tangan ku ke arahnya.

"Siapa yang mau deket deket cuma mau ngasih ini,.." katanya dan langsung mencegat langkah ku sembari mengulurkan kresek yang entah berisi apa kepadaku.

"Apa ini.." jawab ku dengan meraih kresek yang mengantung di depan ku lalu memeriksa apa isinya..

"Isinya bom itu,." jawabnya santai lalu melangkah berlawanan dengan ku, aku tatap punggungnya yang semakin menjauh dengan sedikit jengkel juga senang, jengkel karna si penganggu sudah datang juga senang karna hanya dengan dia aku bisa berexpresi sesuka ku sekaligus melakukan hal remeh temeh sambil terus tertawa walau pada ahirnya aku yang akan di buat sebel olehnya.

Aku kembali melanjutkan langkah ku dan sungingan senyum secara alami muncul di bibirku tanpa harus aku berusaha untuk tersenyum seperti tadi.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Sorenya aku kembali gelisah saat hendak berangkat ke Pesantren terlebih saat aku meliwati jalan persimpangan yang memisah antara jalan ke Pesantren dan pantai, aku sampai harus menghentikan langkahku sebentar dan terus bergantian memandang dua arah jalan yang beralawan itu, dan setelah cukup lama aku mengikuti sebentar kata hatiku menuju ke pantai, namun langkahku terhenti saat ucapan Emak kembali terngiang di telingaku tepat saat mataku jatuh kepada sosok yang tengah berdiri jauh memandang ke arah laut lepas.

"Maaf Mas Hafidz.." gumamku pelan kemudian segera berbalik dan meninggalkan pantai dengan perasaan penuh bersalah karna tidak bisa menepati janjiku padanya, karna ada sesuatu yang harus aku jaga, karna ada tembok tebal yang tidak bisa aku hancurkan, karna ada akan ada hati yang teluka nanti jika aku terus maju menuruti langkah yang salah, lebih baik diam dan memendam semuanya menyerahkan pada malam yang kelam untuk menyembunyikan semuanya pada dunia.

Bukankah hidup ini serba dalam pilihan, termasuk memilih untuk terluka saat ini, sejujurnya aku tidak terlalu yakin apa yang akan di sampaikan Mas Hafidz padaku hari ini adalah sebuah jawaban atas pertayaan ku atas kata katanya sebelumnya yang membuat duniaku seakan penuh dengan pelangi dan keindahan, dan kenapa hatiku seolah mengenali bahwa rasa untuk persahabat kami telah berjalan ke arah yang lebih dari sebuah persahabat, harusnya cukup dengan ku saja jadi itu semua tidak akan menjadi serumit sekarang. Nafas dalam berlahan ku tarik pelan dan membiarkan paru paru di dalam sana puas dengan helaan oksigen yang aku raup untuk menyebar di setiap sudut paru paru dan kemudian membuangnya dengan kasar saat tiba tiba sebuah benda menimpa pungungku di sertai dengan suara jelek orang jahil di seluruh muka bumi ini.

"Woy ngelamun saja, kesambet syetan baru tau rasa..." katanya

"Iya syetanya kamu.." jawab ku sambil mengambil kerikil di bawah ku dan melempar ke arahnya dengan sigab dia menghindar sembari tertawa renyah khas dia.

"Masya'Allah, orang semanis aku di bilang syetan, jangan sampai kamu jatuh cinta sama syetan kayak aku ya.." jawabnya lalu melangkah menuju pohon Asem..

"Hari ini aku yang pakai tempat itu.." jawab ku lalu lari mendahuluinya..

"Mana bisa itu kan tempat umum.." jawabnya juga ikut berlari menyusulku, dan kami sampai disana bebarengan dan berebut tempat duduk seperti anak TK yang berebut bangku.

"Kenapa sih enggak kesana saja.." kataku saat dia masih saja menuntut tempatku baginya. Dan nyatanya memang harus aku yang mengalah dan berjiwa besar saat berebut sesuatu denganya.

"Dasar Anoman jelek, Anoman hehhhhhh.. " kataku sambil mengibaskan tanganku karna sebal dan memilih ingin memanjat pohon.

"Ehh mana sopan santunmu Ling, masak kamu mau naik pohon dengan seorang laki laki di bawah, apa tidak takut jika aku intip.."

katanya santai..

"Ihh kenapa sih kamu tuh nyebelin banget,.." kataku lalu terduduk dengan wajah ku tekut sempurna dengan posisi tanganku memeluk pohon Asem.

"Cekrek.." suara bidikan kameranya membuatku langsung melotot ke arahnya lalu berdiri menghampirinya mencoba meraih kamera dari tanganya sambil ngomel ngomel di tengah tawa membahananya.

"Kamu itu selalu dan selalu membuat ku jengkel, bisa enggak kamu itu menghilang saja seperti kemarin hah.." kataku dengan masih berusaha untuk meraih kameranya yang dia acungkan ke udara sambil terus tertawa, jelas saja dia menertawakan ku yang tetap tidak sampai sampai meraih tanganya karna postur tubuh kami yang berbeda, usahaku serta tawanya langsung terhenti saat sebuah suara dengan lantang menyerukan namaku...

"Zazilla.."

Bersambung....

####

Hemmm.. repotnya hati seorang remaja yah, denganya berdebar, bersama dengan yang dia rasanya lebih dari berdebar, dengan dia yang satunya lagi berasa nyaman..

Seperti Emak yang akan merasa lebih nyaman lagi saat Like, Coment serta Votenya makin bertambah..🤭🤭🤭

#ngareb...

By: Ariz kopi

@maydina862

Terpopuler

Comments

Daffodil Koltim

Daffodil Koltim

oalah,,,mkin greget,,,,🤗🤗🤗🙏🙏🙏

2021-01-30

1

Reena Azza

Reena Azza

sp y yg manggil...
gus hafidz ap nenekx zilla y...🤔🤔🤔

2020-07-09

1

Erna Sanusi

Erna Sanusi

oh debar cinta mulai terasa menyesakkan dada,,,
debar rasa yang belom tercampur i maksud apa apa,,,
debar rasa yang mulai menyakiti jiwa,,,

tak perlu membohongi diri sendiri,,,
tak perlu pula menyiksa diri,,,
rasa yang ada biarlah ada,,,
jika kan bertemu dengan tempat nya,,,
semua pasti ada jawabnya,,,

menyadari diri bertempat dimana,,,
menyadari diri berlaku harus bagaimana,,,
pasrahkan saja,,,
semua takkan mungkin sia sia,,,

2020-07-09

2

lihat semua
Episodes
1 Part 01
2 Part 02
3 Part 03
4 Part 04
5 part 05
6 Part 06
7 Part 07
8 Part 08
9 Part 09
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Untuk Reader's..
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Spesial Anniversary
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Part 145
146 Part 146
147 Part 147
148 Part 148
149 End at 149
150 Extra Part 150
151 Extra Part Egen..
152 Egen dan egen extra part.
153 Last Extra part.
Episodes

Updated 153 Episodes

1
Part 01
2
Part 02
3
Part 03
4
Part 04
5
part 05
6
Part 06
7
Part 07
8
Part 08
9
Part 09
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Untuk Reader's..
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Spesial Anniversary
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Part 145
146
Part 146
147
Part 147
148
Part 148
149
End at 149
150
Extra Part 150
151
Extra Part Egen..
152
Egen dan egen extra part.
153
Last Extra part.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!