Happy Reading...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Huda POV
Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran ku sendiri ketika sudah di hadapkan dengan Zilla, rasanya aku ingin terus bersamanya menikmati tingkah polosnya dan senyumnya yang kadang terlambat datang saat aku menggodanya, sungguh kadang aku tidak percaya bahwa dia anak yang benar benar polos karna seharusnya anak seusia dia sudah mulai mengenal lawan jenisnya lebih dari seorang teman, tapi kenyataanya dia lebih asik dengan dunianya di banding ikut ikutan seperti anak seusianya atau memang belum waktunya saja dia tahu saat ini. Kadang aku juga berfikir apa karna kehidupanya yang teramat susah membuatnya tidak punya waktu untuk memikirkan hal koyol seperti yang aku pikirkan.
Aku sudah berusaha sangat mati matian mensugesti diriku agar apa yang aku rasakan ini hanya sebuah rasa Iba untuknya, dan dengan menawarkan pertemanan padanya itu aku rasa dapat menjadi tolak ukur akan hatiku yang masih bimbang, jika nanti pada ahirnya aku yang harus kalah oleh perasaanku ya berarti itulah sebenarnya rasa yang ku punya untuknya.
Sudah sekian hari bersamanya aku masih tidak mendapat jawaban, justru aku semakin menyukai sikapnya saat aku mulai menjahilinya dan dia akan merengut sebal lalu memanggilku dengan sebutan Anoman, bagiku panggilan itu sungguh sangat sepesial buat ku, karna hanya dia yang mempuyai panggilan lain kepadaku dan juga hanya aku yang di panggil sepesial oleh dia, meski aku kadang suka tidak suka saat dia tengah bertemu dengan Gus Hafidz, karna dari pandangan mereka berdua tersirat keakraban juga kehangatan, dan untungnya Zilla sangat polos dan lugu untuk mengartikan dari tatapan Gus Hafidz padanya, seperti saat ini di pinggir pantai ini aku melihat mereka berdua tengah berdiri saling berhadapan dan dengan malu malu mereka saling bicara, entah apa yang mereka sedang bicarakan hingga Gus Hafidz meninggalkanya seorang diri dengan tatapan tidak jelas menuju ke ombak yang tengah berkejaran.
Akupun juga ingin punya kesempatan bicara berdua sebelum dia berangkat ke Pesantren besok lusa, maka dari itu aku sengaja membuatnya menemui ku besok untuk membuat momet berdua denganya, aku juga sudah menyiapkan hadiah kecil untuknya tapi rasanya itu tidak akan di mengerti oleh dia, akan lebih baik jika aku simpan saja hadiah ini sampai dia benar benar paham akan rasa yang di beri oleh seseorang untuk dia.
Dengan tidak sabar aku menunggunya di bawah pohon Asem ini, sembari melakukan hal yang aku suka, apa lagi kalau bukan foto karna rasanya aku tidak bisa berpisah dari kameraku barang sehari saja, terlebih saat kameraku sudah banyak terisi gambar gambar dari Zilla, ya aku suka sekali mencuri gambar Zilla dengan latar matahari tenggelam karna itu sunguh sangat manis menurutku, sikap yang alami tanpa di buat buat serta tatapan mata yang lurus fokus saat sedang mengerjakan sesuatu atau berfikir sesuatu, dan satu yang membuatku sangat suka berada di sampingnya dia tidak pernah bersikap seperti Mbak Mbak Santri lain, bahkan cendrung tidak perduli padaku dan tidak pernah menutupi sikapnya kecuali airmata yang selalu dia sembunyikan dari orang lain dan aku rasa tidak ada yang pernah melihatnya kecuali aku.
Aku tahu begitu keras kehidupan yang dia jalani meski aku tidak tahu persis seperti apa itu, dan tak sedikitpun dia mengeluh atau memperlihatkan betapa dia berusaha sangat keras dalam hidupnya kecuali dari kapalan di tanganya yang menjadi bukti bahwa dia telah benar benar melakukan banyak hal dalam hidupnya, meski dia tidak punya teman tapi sikap ceria serta sisi lembut dari hatinya yang jarang sekali dia tunjukan kepada orang lain kecuali dia sedang mengaji, sungguh itu yang mampu membuatku mengaguminya, ya sekarang aku tau jawaban dari rasa yang aneh di dalam hati ku, yakni kagum, benar itu adalah rasa kagum untuknya tidak lebih, dan aku akan terus mengingat itu bahwa rasa yang aku punya untuknya adalah rasa kagum semata .
Aku terus memperhatikanya dari teras kamar ku saat dia tengah berjalan beriringan dengan Ning Afiqah menuju ke Mobil yang sudah di siapkan oleh Kang Halim, di samping Ning Afiqah dia ikut menundukan pandanganya, dia baru mengangkat pandanganya saat Ning Afiqah berbicara padanya dan mereka sama sama menoleh ke arahku yang tengah memperhatikan mereka, senyum lembut dari wajah kalem Ning Afiqah terulas untuk ku atau sebenarnya aku yang merasa begitu saja, karna rasanya tidak akan mungkin seorang Ning Afiqah melempar senyum ke arah ku tapi itu juga bukan untuk yang pertama kalinya bukan..??.
Aku ikut mengulas senyumku untuk kedua orang tersebut dan setelah mengangguk sedikit Ning Afiqah kembali menundukan kepalanya begitupun Zilla, tapi dia sama sekali tidak tersenyum kepadaku atau mengangguk dan sebagainya lah untuk ucapan perpisahan dengan ku, anak itu sungguh sangat membuatku ingin terus menjahilinya jika seperti itu. hingga mereka berdua masuk dalam mobil dan kang Halim membawanya pergi aku masih tetap berdiri di tempatku terus memandang mobil itu menjauh dari tempatnya hingga hilang tak tersisa dari jangkauan penglihatanku..
"Sampai jumpa lain hari Zill,.." gumamku lirih lalu berbalik menuju kamarku..
Huda POV end.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Mobil berlahan meninggalkan pelataran Pesantren Al-Ma'aly dengan sunginggan senyum serta niat dalam hati aku terus mengingat nasehat Bunda Ikah untuk ku tadi sebelum berangkat, tidak ada orang di dunia ini yang lebih aku inginkan menjadi orang yang sepesial dalam hidupku kecuali Bunda Ikah, karna setiap kata yang keluar dari bibirnya selalu berhasil membuat ku memikirkanya dan merenungkanya, tidak ada pula satu katapun yang keluar itu tanpa alasan agar aku menjadi pribadi yang lebih baik, sungguh jika nanti aku bisa menjadi seorang Ibu, maka aku ingin menjadi seorang Ibu seperti dia.
Setelah cukup lama aku juga Mbak Afiqah saling diam, aku baru sadar bahwa Mbak Afiqah sedang tersenyum seorang diri saat menatap jauh ke belakang, aku sempat ikut menoleh ke belakang melihat apa yang membuatnya tersenyum seorang diri di sertai pipinya yang putih bersih itu merona kemerahan seperti sedang panas, dan tak dapat ku temui jawabnya karna yang ku lihat hanya Anoman yang sedang berdiri disana sambil menatap Mobil yang membawa kami..
"Mbak Fika kenapa...??" tanya ku saat mbak FIka cuma bisa menunduk sambil mengulas senyum tipis dengan expresi seperti sangat bahagia..
"Nanti tak ceritain kalau sudah sampai Pesantren.." jawab Mbak Fika dengan berbisik
aku mengangkat bahuku pelan tidak mengerti akan sikap Mbak Afiqah saat ini, tapi toh aku juga tidak bisa memaksanya untuk bicara denganku.
Perjalan singkat ini rasanya makin terasa cepat saja saat jalanan cukup lengang karna mungkin juga sudah sedikit malam saat ini, atau memang malam senin seperti ini akan terasa sangat sepi, aku sebenarnya tidak tau persis sih kapan keadaan jalan akan rame atau sepi, tapi yang jelas saat ini jalan begitu lengang dari kendaraan umum maupun pribadi.
Mataku terus saja memandang keluar jendela serta membiarkan mbak Afiqah yang masih senantiasa tersenyum simpul tidak jelas apa yang di senyumi. Saat kang Halim berbelok di POM Bensin mataku menangkap pasar malam yang terletak di lapangan depan POM tersebut, dan langsung kenangan masa kecil berputar di pikiran ku. Saat itu aku yang masih usia belia sangat ingin main ke Pasar Malam yang tengah berada di lapangan kampung kami, dan Emak membawaku ke sana tanpa sepeser uangpun di tanganya dengan janji aku tidak boleh minta apa apa karna kami hanya datang untuk melihat lihat saja, dan kenakalan anak kecil sepertiku saat itu adalah suka minta sesuatu seperti yang temannya pegang.
Tapi nyatanya disana janji tinggalah janji, melihat komedi putar dengan warna warni yang menarik serta bentuk dari Hewan Hewan yang lucu membuatku terus merengek minta naik Komedi putar itu, dan karna keadaan kami yang tidak punya uang sama sekali di tambah Emak juga sudah memohon untuk Hutang kepada petugas karcis dengan janji besok akan di bayar namun tetap tidak di kasih juga, ahirnya Emak hanya bisa mengendongku di punggungnya sambil ikut berputar putar mengikuti Komedi putar itu, sesudah itu kami bergegas pulang dan pada saat hendak pulang aku melihat permen kapas yang di bungkus dengan plastik besar bergelantungan lagi lagi aku hanya bisa memandangnya sambil menelan salivaku, waktu penjual itu menjajakan permen kapas itu ingin sekali tangan ku terulur menerimanya dan membawanya lari pergi dari situ, namun lagi lagi nasehat Emaklah yang membuatku mengurungkan niatku itu,hingga kini tak pernah sekalipun aku menginjakan kakiku ke pasar malam lagi ataupun tau rasanya permen kapas itu seperti apa.
Mobil yang tiba tiba berjalan meninggalkan POM langsung membuyarkan lamunan masa kecilku itu dan tak terasa setetes airmata terjatuh mengenai tangan ku dan segera aku menyekanya dengan kasar agar jangan sampai Mbak Afiqak atau akang Halim tau bahwa aku sendang sedih dan aku terus membuang pandangan ku ke luar jendela larut dalam memori masa kecil ku yang sunguh sangat berat dan penuh perjuangan.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Mobil sudah memasuki pelataran Pesantren Al-Ma'aly pusat dan dengan berhentinya mobil itu aku dengan cepat mengulas senyum ku dengan ceria kembali, melupakan hal yang sempat aku sesalkan tadi, karna bagiku tidak ada hal yang lebih menyenangkan daripada berkutat dengan pelajaran pelajaran dan menyibukan diri untuk belajar agar kelak aku menjadi orang yang dapat di hargai dengan Ilmu yang aku miliki..
Tubuh kecilku dengan gesit memindahkan barang barang Mbak Afiqah serta punya ku sendiri ke kamar kami tentu juga di bantu oleh Kang Halim juga Mbak Afiqah sendiri tentunya.
"Ning, saya langsung pulang enggeh.." pamit Kang Halim ke Mbak Afiqah..
"Enggeh, Trimakasih ya Kang.." ucap Mbak Afiqah..
"Enggeh Ning sama sama, Mbak Zill saya pulang dulu ya,titip Mbak Afiqah.." ucap Kang Halim kepadaku..
"Enggeh kang, sampean sok sok an titip Mbak Fika, justru saya yang di jagain oleh mbak Fika.." jawab ku sambil tersenyum..
"Assalamu'alaikum..." lanjutku mendahului ucapan kang Halim sebelum berbalik, dan kang Halim hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya sambil tersenyum simpul melihat tingkahku yang masih saja pecicilan dan ceplas ceplos.
"Baiklah.., Wa'alaikumussalam.." ucap Kang Halim lalu berbalik meninggalkan kami berdua di depan kantor..
Sepeninggal Kang Halim aku dan mbak Afiqah menuju ndalem mengantarkan titipan Bunda Ikah untuk Mbah Ibuk, juga keluarga lainya, langkah kecil kami berdua langsung di sambut hangat oleh Mbah Ibuk juga keluarga yang lain disana,..
"Zill, kamu kok makin hitam tow.." tanya Mbah Ibuk saat aku sudah mulai menyentuh kaki mbah Ibuk untuk memijatnya, di sini hal yang paling aku suka adalah ketika Mbah Ibuk memanggilku untuk memijat kaki mbah Ibuk, karna tanpa sadar kami akan berbicara banyak hal dan aku juga bisa belajar tanpa harus membuka kitab.
"Maunya Zilla juga putih kayak Mbak Fika low Mbah Ibuk, tapi sepertinya Zilla harus punya banyak uang dulu buat beli bedak pemutih.."
jawabku asal bicara saja..
"Kamu ini Zill, ada ada saja,.." jawab Mbah Ibuk dengan sudah menikmati pijatan ku di kakinya.
"Ya Allah kok lupa tow.." kata Mbah Ibuk dan langsung duduk dari rebahanya..
"Apa tow Mbah Buk.." tanyaku ikut kaget..
"Kamu antar yang di bungkus plastik hitam itu kerumah Bunda Wawa, pasti di tunggu tunggu itu dari tadi.." kata Mbah Ibuk sambil menunjuk plastik hitam yang terletak di meja samping kami duduk sekarang..
"Ohh.. enggeh Mbak Buk." jawabku ber oh ria sambil berjalan menggunakan lututku untuk sampai di tempat itu dan setelah aku berhasil meraihnya aku bergegas keluar dari tempat itu dan langusung menuju ke rumah Bunda Wawa yang tidak jauh dari ndalem Mbak Ibuk,
aku berjalan di sertai larian kecil sembari membawa bungkusan melewati halaman belakang Kang Santri yang masih sedikit lenggang, itu karna kemungkinan puncak kembalinya Santri baru besok sore.
Saat melewati tempat Wudhu yang seperti kolam atau bak besar panjang, langkahku sedikit ku perlambat karna aku mendengar suara gemericik air dan entah kenapa tiba tiba jantung ku berdebar debar tidak karuan, aku berhenti sebentar menenangkan kerja jantungku yang tiba tiba melonjak dari biasanya, dan setelah agak tenang aku memalingkan wajah ku ke tempat Wudhu itu memastikan bahwa sedang ada orang disana atau tidak, mataku langsung terpaku saat ku lihat seseorang tengah membasuh mukanya disana dan tanpa sadar aku menikmati wajah putihnya sambil jantungku berirama bak musik dangdut koplo pimpinan Cak Shodiq, aku terus saja memperhatikan orang itu sampai selesai dengan kegiatanya..
"Lang, Galang, udah kelar belum..." tiba tiba suara seseorang memanggil namanya dan membuatku tersadar lalu kembali memaju langkahku meninggalkan tempat itu untuk sampai ke rumah Bunda Wawa tapi anehnya jantungku masih saja berdebar saat mengingat dia membasuh wajahnya dengan Wudhu tadi, sebenarnya ini bukan untuk pertama kalinya ku melihat Kang Santri tapi sepertinya dia Santri baru tapi masak iya sudah dewasa seperti itu, pikirku.
Hingga sampai di rumah Bunda Wawa jantungku masih saja asik berdebar debar, setelah memberikan bungkusan itu aku langsung pamit ke Bunda Wawa untuk kembali ke Asrama dan aku berpapasan dengan Ayah Mas Hafidz di depan rumah bersama bebepa anak anak muda dan salah satunya yang sempat ku lihat tadi di tempat Wudhu Kang Santri,
Jantungku kembali tidak bisa diam saat aku hendak bersalipan denganya sebenarnya bukan hanya dia karna ada enam orang serta bersamanya, dan anehnya aku terus saja menunduk malu tidak menentu, hemmm sebenarnya apa yang terjadi padaku.. pikirku, saat kami semakin dekat dan dekat Ayah Mas Hafidz menyapaku lalu aku mengangkat kepalaku dan tanpa sengaja mataku bertemu dengan mata kelam pemilik nama Galang tersebut, jantang ku kembali membahana tak beraturan hingga tak kusadari setelah aku menjawab sapaan Ayah mas Hafidz aku berlari sambil mengangkat sedikit rok ku dan terus berteriak memanggil nama mbak Afiqah, sampai sampai aku menabrak pintu masuk kamar kami dan Mbak Afiqah hanya kebingungan melihat tingkah koyolku tersebut..
Bersambung dulu Gess....
####
Hemmm siapa Galang..
ada apa dengan Zilla..
ada apa dengan Afiqah..
bagaimana kang Huda..
bagaiaman Hafidz...
yu huuuuu... sudah sedikit memanas seprtinya...🤭🤭🤭🤭
Like, Coment dna Votenya dunggg... biar makin cemungut cemungut Emak...
Love Love Love...
💖💖💖💖💖💖
By: Ariz kopi
@maydina862
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Azam Maulana
petualangan baru di mulai.........yu hu....🤭🤭🤭
2021-06-17
1
Daffodil Koltim
aduh zilla sdah mrasakn debaran,,,autho salfok akn bxk pndatang baru yg mmbersamai hidup mereka,,,,💞💞💞💪💪💪
2021-01-30
1
Rika novita sari lasmidi
Lang Galang jangan jadi fC mr. W ya nanti tak sambel low kamu...
2020-06-30
3