Part 17

Happy Reading...

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

"Lala, Assalamu'alaikum.." panggil sebuah suara yang sudah sangat familiar untuk ku, tanpa harus mengangkat kepalaku untuk menatapnya sudah dapat ku ketahui itu suara siapa, suara yang dulu sering aku dengar meski kini suaranya sudah berubah sedikit serak dan berat khas laki laki yang sudah mulai akil baliq, setahun tidak bertemu bukan berarti aku akan melupakan dia, dia masih sama seperti dulu hanya saja kharismanya sebagai seorang Gus jelas tidak dapat di sembunyikan seiring dengan bertambahnya usianya.

"Wa'alaikumussalam Mas Hafidz, apa kabar.." jawab ku tanpa berani mengangkat kepalaku untuk menatapnya, entahlah mungkin aku yang terlalu malu atau sebanarnya aku yang merasa takut pada hatiku.

"Alhamdulillah baik, sampean apa kabar..??" tanyanya balik kepadaku..

"Alhamdulillah baik Mas Hafidz,.." jawab ku singkat

"Ngapunten saya sudah di tunggu di Ndalem.." lanjutku lalu hendak melangkah meninggalkanya namun di tahan oleh Mas Hafidz..

"Apa sampean tidak mau tau kapan saya datang.." katanya sejenak sebelum aku beranjak dari tempatku..

"Saya sudah tau dari Mbak Fika, Mas Hafidz.."

jawab ku masih senantiasa menundukan kepalaku..

"Lalu sampean tidak mau tahu saya disana seperti apa, atau kapan saya akan kembali ke Pesantren, atau alasan saya datang kemari.." rentetnya seolah menginginkan kami seperti dulu saat masih kecil.

"Lain waktu saat saya tidak terburu buru Mas Hafidz.." jawab ku dengan sungingan senyum tipis lalu berlalu meninggalkan dia seorang diri yang masih terpaku di tempatnya, bukan tanpa sebab jika aku ingin menghindarinya karna itu akan jauh lebih mudah nantinya buat ku tentunya.

Aku sungguh menghargai persahabatan kami sedari kecil, terlebih jika mengingat bahwa Mas Hafidz lah yang paling berjasa besar memperkenalkan aku pada keluarga Gus Farid, jika saja waktu itu aku tidak di perkenalkan kepada keluarga Mbak Afiqah, tidak tahu lagi saat ini aku menjadi orang seperti apa, tentu saja Emak bisa mendidik ku selayaknya anaknya tapi keterbatasan Ilmu agama Emak yang tidak seluas Gus Farid atau Bunda Ikah, dan dengan di perkenalkanya aku kepada Bunda Ikah waktu itu telah membuka pintu untuk ku menuntut Ilmu disini, dan secara tidak langsung memberi jalan bagiku untuk menjadi Hafidzoh seperti sekarang ini.

Aku masuk ke kamar kami yang disana sudah berada Mbak Afiqah juga kakak Dahlia yang tengah mengobrol sambil tertawa tawa bahagia, senyum khas Kakak Dahlia yang mirip sekali dengan Bunda Ikah menambah nilai kecantikan bagi dirinya yang memang sudah cantik, di tambah dengan kecerdasanya tentu itu semakin menambah nilai baginya, kadang saat aku melihat Bunda Ikah dan kakak Dahlia juga Mbak Fika sedang bersama sering timbul dalam pikiranku, kenapa justru Kakak Dahlia yang mirip dengan Bunda Ikah,tapi hanya sebatas itu saja pikiran ku karna aku tidak mau berfikir liar dan menduga duga.

"Zill kapan datang, kok masih berdiri disitu saja.." kata Kak Dahlia sembari melambaikan tangan ke arahku..

"Barusan kak Lia, sebeanarnya Zilla mau ngaggetin kalian berdua, ehhh ketahuan duluan.."jawab ku pura pura sedih lalu mendudukan diriku di samping kak Dahlia..

"Hemm.. gitu." jawab Kak Dahlia dengan memberi kode kepada Mbak Fika, tidak perlu selang lama setelah itu mereka langsung menggelitiku sampai aku melambaikan tangan ku sebagai tanda menyerah..

"Mbak Zilla gelian banget ya.." kata Mbak Fika setelah kami berhenti tertawa..

"Katanya kalau gelian besok suaminya ganteng.." jawab Kak Dahlia..

"Wah..wah..pelecehan ini namanya.." jawab ku

sambil tertawa.

"Itu mitos yang beredar Zill, kalaupun jadi kenyataan ya di syukurin aja, kan juga bukan perkataan yang jelak jadi apa salahnya di aminin siapa tahu di ijabah sebagai do'a kita.." kata Kak Dahlia..

"Aminn.." kata ku berbarengan degan Mbak Fika...

"Telat.." jawab Kak Dahlia dan kami kembali tertawa mendengar ucapan Kak Dahlia.

"Lain kali kalau mendengar ucapan yang baik baik cepet di aminin aja, karna malaikat tidak akan mencatat untuk kedua kali.." lanjut Kak Dahlia..

"Ashiapp...." jawab ku dengan sikap hormat..

dan mbak Fika hanya tersenyum melihat tingkah ku yang masih saja sama seperti dulu..

"Mbak Zill, Dek Hafidz juga ada disini, enggak mau ketemu..?" tanya Mbak Fika kepadaku.

"Barusan ketemu di belakang.." jawab ku santai seolah tidak ada apa apa, sebenarnya sih apa apa banget di dadaku, tapi cukuplah disana saja jangan sampai keluar..

"Emang apa yang di lakukan Hafidz di belakang..?" tanya Kak Dahlia, aku dan Mbak Fika saling pandang dan kemudian aku mengangkat bahu ku sebagai jawaban untuk Kak Dahlia, kamipun ahirnya larut dalam obrolan panjang, melepas semua kerinduan selama setahun ini,semua terus berlanjut penuh canda tawa meski kadang di sisipkan pertanyaan pertanyaan seputar pelajaran Pesantren oleh Kak Dahlia untuk Mbak Fika, dan obrolan ini harus terjeda oleh suara kang Junet sang Muazdin andalan yang sedang memanggil umat untuk sejenak merendahkan kepalanya kepada sang maha pencipta.

"Sesudah Isya' kita lanjut lagi ya,.." kata Kak Dahlia, lalu kami beranjak pergi untuk menunaikan kwajiban kami memenuhi panggilanNya.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Sehabis Isya' aku tidak ikut bergabung dengan Mbak Fika juga Kak Dahlia karna Gus Ali yang memanggil ku dan ingin di temani oleh ku, ahirnya sekarang aku tengah menikmati di gigiti nyamuk di samping kolam ikan kecil sembari terus menjawab seluruh pertanyaan Gus Ali yang sedang memancing Ikan hias tersebut,.

"La, kenapa ikanya enggak makan makan.." tanya Gus Ali saat sudah mulai jenuh karna kailnya sama sekali tidak di sentuh oleh ikan.

"Ikanya enggak lapar Mas Ali.." jawab ku

"Kalau begitu kita mancing di luar saja.." katanya..

"Enggak boleh, ini sudah malam, Lala takut.."

"Takut apa..??" tanyanya..

"Takut gelap.." jawab ku berbohong..

"Gimana kalau mancingnya besok lagi.." bujuk ku,

"Emm Mbak Lala besok pagi kan enggak disini.." jawabnya kembali melemparkan kailnya ke dalam kolam, aku menepuk jidatku merasa kalah dengan Gus Ali, harusnya aku tau dengan IQ yang sungguh sanggat menakjubkan yang di miliki oleh Gus Ali aku tidak akan bisa membohonginya, ahirnya aku hanya bisa kembali menungguinya memancing dan mendengarkan serta menjawab segala yang di katakanya..

"Mas Ali mancing disini.." tiba tiba sebuah suara mengagetkan ku yang tengah menunduk menggaruk garuk kaki ku..

"Dek Hafidz, sini tak ajarin mancing.." kata Gus Ali penuh semangat, tiba tiba seperti ada angin segar yang sedang datang menerpaku begitu dia ikut duduk di samping Mas Ali.

"Mbak Lala boleh pergi sekarang, biar Ali sama Dek Hafidz.." kata Gus Ali begitu Mas Hafidz sudah duduk dan mulai memegang pancing, dengan nafas lega aku segara berdiri dari tempatku dan berpamitan kepada mereka sempat juga mata ku bertemu pandang dengan mata teduh milik Mas Hafidz sebelum aku beranjak meninggalkan mereka berdua lalu bergegas menuju kamar ku juga Mbak Fika..

Sesampainya di kamar ku lihat Mbak Fika juga Kak Dahlia tengah sorokan kitab mereka, di selingi juga dengan beberapa senyum sekaligus tawa renyah dari keduanya saat mereka menemukan jawaban yang membuat mereka merasa lucu, ku langkahkan kaki ku lalu ikut bersimpuh di samping mereka sembari menggaruk garuk kaki ku yang masih terasa gatal akibat ciuman dari Nyamuk nyamuk nakal..

"Ada Mbak Zill, kok sedih gitu apa Mas Ali sangat merepotkan sampean..??" tanya mbak Fika.

"Enggak Mbak Fika hanya saja nyamuk nyamuk nakal menggigiti kaki ku ." jawab ku dengan menunjukan kaki ku yang bentol bentol..

"Kasih minyak gihh.." kata Kak Dahlia sembari memberikanku minyak kayu putih..

"Trimakasih Kakak Dahlia Cantik..." jawab ku sambil meraih minyak dari tangn Kak Dahlia..

"Ali sudah tidur.." tanya Kak Dahlia lagi..

"Belum masih mancing.." jawab ku sembari tangan ku mengolesi kaki ku dengan minyak kayu putih lalu memberikan kembali pada Kak Dahlia..

"Terus Mbak Zilla kok bisa lolos dari Mas Ali.." tanya Mbak Fika dengan heran karna biasanya Mas Ali susah sekali lepas dari ku..

"Ada Mas Hafidz, dan aku di usir begitu saja sama Mas Ali, tapi kebenaran juga sih, aku sudah ngantuk.." kata ku lalu membaringkan tubuh ku di kasur lantai..

"Hemm Zill, masak kalah sama Ali, Ali saja masih mancing, kok kamu sudah mau tidur.." ucap Kak Dahlia..

"Soalnya kalau siang Zilla kerja Kak Lia.." jawab ku, lalu meraih kain jarik dan segera menyelimuti tubuh ku denganya..

"Zill, Zill, sudah lah cepat tidur.." kata Kak Dahlia sambil menepuk nepuk bagian belakang tubuh ku dengan lembut..

"Ihh.. aku juga mau kayak gitu Kak Lia.." kata Mbak Fika dan langsung ikut merebahkan tubuhnya di sampingku..

"Lah terus yang puk puk Kak Lia siapa.." kata Kak Dahlia lalu ikut merebahkan tubuhnya di samping ku, kami diam semua lalu lurus memandang langit langit kamar sembari tangan Kak Dahlia menjulur ke udara membentuk suatu huruf..

"Ahliyyah.." tebak ku..

"Betul, sekarang giliranmu Zill.." kata Kak Dahlia..

"Biar Mbak Fika dulu.." jawab ku lalu menolehkan kepalaku kepada Mbak Fika..

"Baiklah.." jawab nya lalu menjulurkan tanganya ke udara dan memulai menuliskan huruf huruf, aku senantiasa memperhatikan setiap tarian tangan Mbak Fika di udara begitupun dengan Kak Dahlia..

"Apa itu Dek, Zill tau enggak.." kata Kak Dahlia..

"Love is a blass, bener enggak Mbak Fika.." kataku dengan memandang lekat ke arah mbak Fika, sedikit heran dengan perubahan sikab Mbak Fika yang seperti malu malu karna dapat ku lihat semburat merah di pipinya yang putih bersih itu, tapi hal lain justru di tunjukan sama Kak Dahlia yang langsung duduk dan aku yang kaget juga ikut langsung duduk..

"Ada apa Kak Lia.." tanya ku karna takut ada apa apa dengan sikap Kak Dahlia yang spontan duduk..

"Enggak apa apa Zill, kaget aja ternyata Adek kecil ku lagi Fall in Love.." jawab Kak Dahlia sembari memandang Mbak Fika dengan senyum yang tidak ku pahami, namun aku cukup paham dengan rona merah yang tengah semburat di pipi Mbak Fika karna aku berapa waktu lalu pernah merasakan hal yang sama ..

"Ihir... " ucap ku lalu kembali merebahkan tubuh ku dan dengan segera menutup mataku..

"Zill, giliran mu, buka dulu matamu.." kata Kak Dahlia lalu menggoyang goyang bahuku..

"Ahh Kak Lia, biarkan aku tidur.." jawab ku tanpa mau membuka mataku..

"Ahh Mbak Zilla nakalan.." kata Mbak Fika ikut menimpali..

"Please.. besok saja,." jawab ku dengan memalingkan tubuh ku menyamping lalu menutup seluruh tubuh ku, di dalam sana tangan ku menulis satu kata yang membuatku merasa beruntung andai aku bisa memilikinya dengan cinta yang serupa "IBU" kata itu pasti akan indah sekali andai saja aku berada dalam pelukanya saat ini, namun aku hanya bisa menghela nafas dengan dalam lalu mencoba menghapus kata yang tak tertulis itu dan mengantikanya dengan kata "Bunda Ikah" itu jauh menentramkan di banding kata sebelumnya, dan lambat laun percakapan Mbak Fika dengan Kak Dahlia semakin samar aku dengar bersama dengan senyuman serta nasehat Bunda Ikah yang terbayang di pelupuk mataku dan semakin meringankan tubuh ku lalu menerbangakan sebongkah kesakitan di dasar hati.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Pagi datang kembali dengan membawa sinar hangat, harusnya aku kembali sebelum matahatari keluar dari peraduanya namun karna Mas Ali yang kembali mencariku ahirnya aku harus membuat seribu alasan padanya agar membiarkan ku untuk pergi, dengan sedikit tergesa aku membuka pintu belakang lalu dengan cepat meluncur ke jalan setapak itu dengan larian kecil, berharap malaikat ku masih berada di rumah untuk menyambutku pulang dengan rengkuhan hangat tubuh tuanya itu, ketergesaan ku sedikit berkurang saat aku lihat seseorang tengah berdiri di persimpangan jalan yang tengah sepi ini, tubuh kurusnya kini sudah berisi dan menambah pesona baginya.

pelan dan pasti langkah ku semakin mendekat ke arahnya dan ku paksa kepalaku untuk menunduk semakin dalam,meski egoku sangat tidak menyukainya.

"Assalamu'alaikum Lala, selamat pagi.." sapanya..

"Wa'alaikumussalam, selamat pagi juga Mas Hafidz.."jawab ku sembari menghentikan langkah ku.

"La.. pantai surut tidak hari ini, kangen nyari kerang bareng.." katanya dengan senyum lembut..

"Kayaknya enggak Mas Hafidz, ya sudah Zilla pulang dulu takut Emak kwatir nungguin Zilla,." jawab ku lalu melangkahkan kaki ku.

"La.. aku tunggu saat pantai surut besok sebelum aku kembali ke pesantren.." katanya tanpa menoleh ke arahku dan begitupun sebaliknya..

"Kapan Mas Hafidz kembali ke Pesantren.." jawab ku masih dengan membelakangi tubuhnya..

"Sekitar 10 hari lagi.." jawabnya..

"Baiklah Zilla akan menemui Mas Hafidz disana sebelum Mas Hafidz berangkat ke Pesantren.." jawab ku lalu kembali berjalan, namun langkah ku baru dua tapak saat Mas Hafidz kembali memanggilku, aku langsung berhenti tanpa membalikan badanku..

"La, Lau jama'tu ayyaama 'umri min farohin maa tusawwi lahzata min waqtii ma'aki.." ucapnya pelan namun cukup terdengar jelas olehku, dan itu membuat sudut bibirku tertarik ke atas dan andai saja kulit wajah ku seputih Mbak Fika sudah pasti akan terlihat cetakan merah merona disana..

Bersambung...

####

Waduh kok berat bahasa Hafidz ini..🤭🤭🤭

Emak mah lewat sama Hafidz..

Selalu menunggu Like, Coment dan Votenya Reader's..

By: Ariz kopi

@maydina862

Terpopuler

Comments

Rika novita sari lasmidi

Rika novita sari lasmidi

Aku iya mas hafizz.....


🙎🏻‍♂️Emang ngerti Hafiz omong opo Rik......
👩🏻gak eroh.....

2020-07-16

4

Umi Nadia Azza

Umi Nadia Azza

saya sie gak gelian..🤔

pantas suami saya biasa2 aja 🤭

2020-07-08

2

Reena Azza

Reena Azza

waduh...buat dilema aj nih...
jodohx zilla gus hafidz ap kang huda y...???
apakh nasib zilla sma dg bunda ikah dlu..???
hnya mak author yg tau...

2020-07-08

2

lihat semua
Episodes
1 Part 01
2 Part 02
3 Part 03
4 Part 04
5 part 05
6 Part 06
7 Part 07
8 Part 08
9 Part 09
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Untuk Reader's..
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Spesial Anniversary
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Part 145
146 Part 146
147 Part 147
148 Part 148
149 End at 149
150 Extra Part 150
151 Extra Part Egen..
152 Egen dan egen extra part.
153 Last Extra part.
Episodes

Updated 153 Episodes

1
Part 01
2
Part 02
3
Part 03
4
Part 04
5
part 05
6
Part 06
7
Part 07
8
Part 08
9
Part 09
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Untuk Reader's..
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Spesial Anniversary
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Part 145
146
Part 146
147
Part 147
148
Part 148
149
End at 149
150
Extra Part 150
151
Extra Part Egen..
152
Egen dan egen extra part.
153
Last Extra part.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!