Happy Reading...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
"Lala, Assalamu'alaikum.." panggil sebuah suara yang sudah sangat familiar untuk ku, tanpa harus mengangkat kepalaku untuk menatapnya sudah dapat ku ketahui itu suara siapa, suara yang dulu sering aku dengar meski kini suaranya sudah berubah sedikit serak dan berat khas laki laki yang sudah mulai akil baliq, setahun tidak bertemu bukan berarti aku akan melupakan dia, dia masih sama seperti dulu hanya saja kharismanya sebagai seorang Gus jelas tidak dapat di sembunyikan seiring dengan bertambahnya usianya.
"Wa'alaikumussalam Mas Hafidz, apa kabar.." jawab ku tanpa berani mengangkat kepalaku untuk menatapnya, entahlah mungkin aku yang terlalu malu atau sebanarnya aku yang merasa takut pada hatiku.
"Alhamdulillah baik, sampean apa kabar..??" tanyanya balik kepadaku..
"Alhamdulillah baik Mas Hafidz,.." jawab ku singkat
"Ngapunten saya sudah di tunggu di Ndalem.." lanjutku lalu hendak melangkah meninggalkanya namun di tahan oleh Mas Hafidz..
"Apa sampean tidak mau tau kapan saya datang.." katanya sejenak sebelum aku beranjak dari tempatku..
"Saya sudah tau dari Mbak Fika, Mas Hafidz.."
jawab ku masih senantiasa menundukan kepalaku..
"Lalu sampean tidak mau tahu saya disana seperti apa, atau kapan saya akan kembali ke Pesantren, atau alasan saya datang kemari.." rentetnya seolah menginginkan kami seperti dulu saat masih kecil.
"Lain waktu saat saya tidak terburu buru Mas Hafidz.." jawab ku dengan sungingan senyum tipis lalu berlalu meninggalkan dia seorang diri yang masih terpaku di tempatnya, bukan tanpa sebab jika aku ingin menghindarinya karna itu akan jauh lebih mudah nantinya buat ku tentunya.
Aku sungguh menghargai persahabatan kami sedari kecil, terlebih jika mengingat bahwa Mas Hafidz lah yang paling berjasa besar memperkenalkan aku pada keluarga Gus Farid, jika saja waktu itu aku tidak di perkenalkan kepada keluarga Mbak Afiqah, tidak tahu lagi saat ini aku menjadi orang seperti apa, tentu saja Emak bisa mendidik ku selayaknya anaknya tapi keterbatasan Ilmu agama Emak yang tidak seluas Gus Farid atau Bunda Ikah, dan dengan di perkenalkanya aku kepada Bunda Ikah waktu itu telah membuka pintu untuk ku menuntut Ilmu disini, dan secara tidak langsung memberi jalan bagiku untuk menjadi Hafidzoh seperti sekarang ini.
Aku masuk ke kamar kami yang disana sudah berada Mbak Afiqah juga kakak Dahlia yang tengah mengobrol sambil tertawa tawa bahagia, senyum khas Kakak Dahlia yang mirip sekali dengan Bunda Ikah menambah nilai kecantikan bagi dirinya yang memang sudah cantik, di tambah dengan kecerdasanya tentu itu semakin menambah nilai baginya, kadang saat aku melihat Bunda Ikah dan kakak Dahlia juga Mbak Fika sedang bersama sering timbul dalam pikiranku, kenapa justru Kakak Dahlia yang mirip dengan Bunda Ikah,tapi hanya sebatas itu saja pikiran ku karna aku tidak mau berfikir liar dan menduga duga.
"Zill kapan datang, kok masih berdiri disitu saja.." kata Kak Dahlia sembari melambaikan tangan ke arahku..
"Barusan kak Lia, sebeanarnya Zilla mau ngaggetin kalian berdua, ehhh ketahuan duluan.."jawab ku pura pura sedih lalu mendudukan diriku di samping kak Dahlia..
"Hemm.. gitu." jawab Kak Dahlia dengan memberi kode kepada Mbak Fika, tidak perlu selang lama setelah itu mereka langsung menggelitiku sampai aku melambaikan tangan ku sebagai tanda menyerah..
"Mbak Zilla gelian banget ya.." kata Mbak Fika setelah kami berhenti tertawa..
"Katanya kalau gelian besok suaminya ganteng.." jawab Kak Dahlia..
"Wah..wah..pelecehan ini namanya.." jawab ku
sambil tertawa.
"Itu mitos yang beredar Zill, kalaupun jadi kenyataan ya di syukurin aja, kan juga bukan perkataan yang jelak jadi apa salahnya di aminin siapa tahu di ijabah sebagai do'a kita.." kata Kak Dahlia..
"Aminn.." kata ku berbarengan degan Mbak Fika...
"Telat.." jawab Kak Dahlia dan kami kembali tertawa mendengar ucapan Kak Dahlia.
"Lain kali kalau mendengar ucapan yang baik baik cepet di aminin aja, karna malaikat tidak akan mencatat untuk kedua kali.." lanjut Kak Dahlia..
"Ashiapp...." jawab ku dengan sikap hormat..
dan mbak Fika hanya tersenyum melihat tingkah ku yang masih saja sama seperti dulu..
"Mbak Zill, Dek Hafidz juga ada disini, enggak mau ketemu..?" tanya Mbak Fika kepadaku.
"Barusan ketemu di belakang.." jawab ku santai seolah tidak ada apa apa, sebenarnya sih apa apa banget di dadaku, tapi cukuplah disana saja jangan sampai keluar..
"Emang apa yang di lakukan Hafidz di belakang..?" tanya Kak Dahlia, aku dan Mbak Fika saling pandang dan kemudian aku mengangkat bahu ku sebagai jawaban untuk Kak Dahlia, kamipun ahirnya larut dalam obrolan panjang, melepas semua kerinduan selama setahun ini,semua terus berlanjut penuh canda tawa meski kadang di sisipkan pertanyaan pertanyaan seputar pelajaran Pesantren oleh Kak Dahlia untuk Mbak Fika, dan obrolan ini harus terjeda oleh suara kang Junet sang Muazdin andalan yang sedang memanggil umat untuk sejenak merendahkan kepalanya kepada sang maha pencipta.
"Sesudah Isya' kita lanjut lagi ya,.." kata Kak Dahlia, lalu kami beranjak pergi untuk menunaikan kwajiban kami memenuhi panggilanNya.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Sehabis Isya' aku tidak ikut bergabung dengan Mbak Fika juga Kak Dahlia karna Gus Ali yang memanggil ku dan ingin di temani oleh ku, ahirnya sekarang aku tengah menikmati di gigiti nyamuk di samping kolam ikan kecil sembari terus menjawab seluruh pertanyaan Gus Ali yang sedang memancing Ikan hias tersebut,.
"La, kenapa ikanya enggak makan makan.." tanya Gus Ali saat sudah mulai jenuh karna kailnya sama sekali tidak di sentuh oleh ikan.
"Ikanya enggak lapar Mas Ali.." jawab ku
"Kalau begitu kita mancing di luar saja.." katanya..
"Enggak boleh, ini sudah malam, Lala takut.."
"Takut apa..??" tanyanya..
"Takut gelap.." jawab ku berbohong..
"Gimana kalau mancingnya besok lagi.." bujuk ku,
"Emm Mbak Lala besok pagi kan enggak disini.." jawabnya kembali melemparkan kailnya ke dalam kolam, aku menepuk jidatku merasa kalah dengan Gus Ali, harusnya aku tau dengan IQ yang sungguh sanggat menakjubkan yang di miliki oleh Gus Ali aku tidak akan bisa membohonginya, ahirnya aku hanya bisa kembali menungguinya memancing dan mendengarkan serta menjawab segala yang di katakanya..
"Mas Ali mancing disini.." tiba tiba sebuah suara mengagetkan ku yang tengah menunduk menggaruk garuk kaki ku..
"Dek Hafidz, sini tak ajarin mancing.." kata Gus Ali penuh semangat, tiba tiba seperti ada angin segar yang sedang datang menerpaku begitu dia ikut duduk di samping Mas Ali.
"Mbak Lala boleh pergi sekarang, biar Ali sama Dek Hafidz.." kata Gus Ali begitu Mas Hafidz sudah duduk dan mulai memegang pancing, dengan nafas lega aku segara berdiri dari tempatku dan berpamitan kepada mereka sempat juga mata ku bertemu pandang dengan mata teduh milik Mas Hafidz sebelum aku beranjak meninggalkan mereka berdua lalu bergegas menuju kamar ku juga Mbak Fika..
Sesampainya di kamar ku lihat Mbak Fika juga Kak Dahlia tengah sorokan kitab mereka, di selingi juga dengan beberapa senyum sekaligus tawa renyah dari keduanya saat mereka menemukan jawaban yang membuat mereka merasa lucu, ku langkahkan kaki ku lalu ikut bersimpuh di samping mereka sembari menggaruk garuk kaki ku yang masih terasa gatal akibat ciuman dari Nyamuk nyamuk nakal..
"Ada Mbak Zill, kok sedih gitu apa Mas Ali sangat merepotkan sampean..??" tanya mbak Fika.
"Enggak Mbak Fika hanya saja nyamuk nyamuk nakal menggigiti kaki ku ." jawab ku dengan menunjukan kaki ku yang bentol bentol..
"Kasih minyak gihh.." kata Kak Dahlia sembari memberikanku minyak kayu putih..
"Trimakasih Kakak Dahlia Cantik..." jawab ku sambil meraih minyak dari tangn Kak Dahlia..
"Ali sudah tidur.." tanya Kak Dahlia lagi..
"Belum masih mancing.." jawab ku sembari tangan ku mengolesi kaki ku dengan minyak kayu putih lalu memberikan kembali pada Kak Dahlia..
"Terus Mbak Zilla kok bisa lolos dari Mas Ali.." tanya Mbak Fika dengan heran karna biasanya Mas Ali susah sekali lepas dari ku..
"Ada Mas Hafidz, dan aku di usir begitu saja sama Mas Ali, tapi kebenaran juga sih, aku sudah ngantuk.." kata ku lalu membaringkan tubuh ku di kasur lantai..
"Hemm Zill, masak kalah sama Ali, Ali saja masih mancing, kok kamu sudah mau tidur.." ucap Kak Dahlia..
"Soalnya kalau siang Zilla kerja Kak Lia.." jawab ku, lalu meraih kain jarik dan segera menyelimuti tubuh ku denganya..
"Zill, Zill, sudah lah cepat tidur.." kata Kak Dahlia sambil menepuk nepuk bagian belakang tubuh ku dengan lembut..
"Ihh.. aku juga mau kayak gitu Kak Lia.." kata Mbak Fika dan langsung ikut merebahkan tubuhnya di sampingku..
"Lah terus yang puk puk Kak Lia siapa.." kata Kak Dahlia lalu ikut merebahkan tubuhnya di samping ku, kami diam semua lalu lurus memandang langit langit kamar sembari tangan Kak Dahlia menjulur ke udara membentuk suatu huruf..
"Ahliyyah.." tebak ku..
"Betul, sekarang giliranmu Zill.." kata Kak Dahlia..
"Biar Mbak Fika dulu.." jawab ku lalu menolehkan kepalaku kepada Mbak Fika..
"Baiklah.." jawab nya lalu menjulurkan tanganya ke udara dan memulai menuliskan huruf huruf, aku senantiasa memperhatikan setiap tarian tangan Mbak Fika di udara begitupun dengan Kak Dahlia..
"Apa itu Dek, Zill tau enggak.." kata Kak Dahlia..
"Love is a blass, bener enggak Mbak Fika.." kataku dengan memandang lekat ke arah mbak Fika, sedikit heran dengan perubahan sikab Mbak Fika yang seperti malu malu karna dapat ku lihat semburat merah di pipinya yang putih bersih itu, tapi hal lain justru di tunjukan sama Kak Dahlia yang langsung duduk dan aku yang kaget juga ikut langsung duduk..
"Ada apa Kak Lia.." tanya ku karna takut ada apa apa dengan sikap Kak Dahlia yang spontan duduk..
"Enggak apa apa Zill, kaget aja ternyata Adek kecil ku lagi Fall in Love.." jawab Kak Dahlia sembari memandang Mbak Fika dengan senyum yang tidak ku pahami, namun aku cukup paham dengan rona merah yang tengah semburat di pipi Mbak Fika karna aku berapa waktu lalu pernah merasakan hal yang sama ..
"Ihir... " ucap ku lalu kembali merebahkan tubuh ku dan dengan segera menutup mataku..
"Zill, giliran mu, buka dulu matamu.." kata Kak Dahlia lalu menggoyang goyang bahuku..
"Ahh Kak Lia, biarkan aku tidur.." jawab ku tanpa mau membuka mataku..
"Ahh Mbak Zilla nakalan.." kata Mbak Fika ikut menimpali..
"Please.. besok saja,." jawab ku dengan memalingkan tubuh ku menyamping lalu menutup seluruh tubuh ku, di dalam sana tangan ku menulis satu kata yang membuatku merasa beruntung andai aku bisa memilikinya dengan cinta yang serupa "IBU" kata itu pasti akan indah sekali andai saja aku berada dalam pelukanya saat ini, namun aku hanya bisa menghela nafas dengan dalam lalu mencoba menghapus kata yang tak tertulis itu dan mengantikanya dengan kata "Bunda Ikah" itu jauh menentramkan di banding kata sebelumnya, dan lambat laun percakapan Mbak Fika dengan Kak Dahlia semakin samar aku dengar bersama dengan senyuman serta nasehat Bunda Ikah yang terbayang di pelupuk mataku dan semakin meringankan tubuh ku lalu menerbangakan sebongkah kesakitan di dasar hati.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Pagi datang kembali dengan membawa sinar hangat, harusnya aku kembali sebelum matahatari keluar dari peraduanya namun karna Mas Ali yang kembali mencariku ahirnya aku harus membuat seribu alasan padanya agar membiarkan ku untuk pergi, dengan sedikit tergesa aku membuka pintu belakang lalu dengan cepat meluncur ke jalan setapak itu dengan larian kecil, berharap malaikat ku masih berada di rumah untuk menyambutku pulang dengan rengkuhan hangat tubuh tuanya itu, ketergesaan ku sedikit berkurang saat aku lihat seseorang tengah berdiri di persimpangan jalan yang tengah sepi ini, tubuh kurusnya kini sudah berisi dan menambah pesona baginya.
pelan dan pasti langkah ku semakin mendekat ke arahnya dan ku paksa kepalaku untuk menunduk semakin dalam,meski egoku sangat tidak menyukainya.
"Assalamu'alaikum Lala, selamat pagi.." sapanya..
"Wa'alaikumussalam, selamat pagi juga Mas Hafidz.."jawab ku sembari menghentikan langkah ku.
"La.. pantai surut tidak hari ini, kangen nyari kerang bareng.." katanya dengan senyum lembut..
"Kayaknya enggak Mas Hafidz, ya sudah Zilla pulang dulu takut Emak kwatir nungguin Zilla,." jawab ku lalu melangkahkan kaki ku.
"La.. aku tunggu saat pantai surut besok sebelum aku kembali ke pesantren.." katanya tanpa menoleh ke arahku dan begitupun sebaliknya..
"Kapan Mas Hafidz kembali ke Pesantren.." jawab ku masih dengan membelakangi tubuhnya..
"Sekitar 10 hari lagi.." jawabnya..
"Baiklah Zilla akan menemui Mas Hafidz disana sebelum Mas Hafidz berangkat ke Pesantren.." jawab ku lalu kembali berjalan, namun langkah ku baru dua tapak saat Mas Hafidz kembali memanggilku, aku langsung berhenti tanpa membalikan badanku..
"La, Lau jama'tu ayyaama 'umri min farohin maa tusawwi lahzata min waqtii ma'aki.." ucapnya pelan namun cukup terdengar jelas olehku, dan itu membuat sudut bibirku tertarik ke atas dan andai saja kulit wajah ku seputih Mbak Fika sudah pasti akan terlihat cetakan merah merona disana..
Bersambung...
####
Waduh kok berat bahasa Hafidz ini..🤭🤭🤭
Emak mah lewat sama Hafidz..
Selalu menunggu Like, Coment dan Votenya Reader's..
By: Ariz kopi
@maydina862
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Rika novita sari lasmidi
Aku iya mas hafizz.....
🙎🏻♂️Emang ngerti Hafiz omong opo Rik......
👩🏻gak eroh.....
2020-07-16
4
Umi Nadia Azza
saya sie gak gelian..🤔
pantas suami saya biasa2 aja 🤭
2020-07-08
2
Reena Azza
waduh...buat dilema aj nih...
jodohx zilla gus hafidz ap kang huda y...???
apakh nasib zilla sma dg bunda ikah dlu..???
hnya mak author yg tau...
2020-07-08
2