Part 15

Happy Reading...

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

"Cantik.." gumam ku pelan, begitu melihat bross kecil yang berada di tagan ku, dan mataku tidak dapat berpindah dari sana karna bentuknya yang sangat lucu membuat aku terkesima dan enggan sekali mengalihkan mataku darinya. ku pegang dengan jariku benda kecil yang hanya berdia meter kurang lebih 4-5 centi meter tersebut,

"Lucu.." gumam ku dan ku sertai dengan senyum bahagia, karna sungguh melihat Bross berbentuk Lumba Lumba berwarna biru langit itu hatiku di liputi kebahagian yang membuncah, terlebih saat aku menggerakan nya dan permata yang mengantung di bagaian mulut ikan itu akan ikut bergerak mengikuti gerakan yang ku buat, sungguh sangat menggemaskan dan entah kenapa melihat itu membuat hatiku di liputi kebahagiaan tersendiri.

Setelah puas memandang bross kecil itu, kemudian aku memasukanya ke dalam kantong plastik bersama dengan baju ku yang hendak buat Khotmil besok, lalu melanjutkan langkah ku menyusuri jalan setapak ini dengan hati yang bertambah bahagia.

saat langkah kecil ku tiba di depan pintu aku baru teringat akan ucapan Kang Huda kepadaku,

"Kado yang tak berbentuk tapi bermakna, kok ya susah juga ya barternya, jelas jelas dia hanya memberiku bros kecil ini tadi dan dia meminta hadiahnya nanti yang harus aku pecahkan sendiri sekarang,ahhh.. apa juga yang gratis bagi dia, selalu kan meminta timbal baliknya, semoga saja saat dia memintanya nanti aku pas punya sedikit rizki.." gumamku, kemudian mendorong pintu itu dengan pelan, dan langsung terlihat kesibukan disana sini, serta lalu lalang Kang Santri juga Mbak Santri yang tengah menyiapkan segala sesuatu untuk acara besok.

Setelah menaruh barang ku ke dalam kamar kami, aku pun ikut beruforia dalam kesibukan sekaligus kebahagiaan, dan nyatanya kami memang benar benar sangat sibuk hari ini hingga aku yang berencana mau bertanya sama Mbak Fika soal kata kata Kang Huda saja sampai tidak sempat, dan Mbak Fika di ndalem juga sangat sibuk, karna tamu yang terus hilir mudik berdatangan, apa lagi Gus Ali yang sedikit rewel membuat Bunda Ikah juga tidak kalah sibuknya di banding yang membantunya..

"Lala.. gendong.." kata Gus Ali begitu melihatku yang tengah menenteng keranjang besar berisi sayuran..

"Sebentar enggeh Gus.."jawabku..

"Mbak Zill, tinggalkan saja itu, bawa Mas Ali keluar, kasian Bunda dari tadi dia manja banget, sampai sampai Bunda enggak bisa Istirahat.." kata Mbak Fika, ya karna Gus Ali saat tidak enak badan hanya mau sama Bunda Ikah atau sama Abinya saja, jadi rasanya aku akan sangat beruntung jika bisa membantu meringankan sedikit saja dengan membawa Gus Ali.

"Baiklah Mbak Fika.." jawab ku

"Ayo Mas Ali, ikut Lala.." lanjutku sambil mengulurkan tangan ku dan meraihnya dalam gendongan ku, lantas membawa keluar dari ndalem, dan mengajaknya berkeliling di taman belakang ke depan kemudian kemanapun dia bicara asal dia nyaman,..

Aku memukul mukul pundak ku saat suara dari Kang Junet menggema di seluruh penjuru Pesantren, bahkan sampai keluar area pesantren juga tentunya, kemudian menyeret langkah ku mengambil mukena dan hendak menuju ke Musholla, masih dengan tangan ku memijat mijat bahuku, ternyata Gus Ali sekarang semakin besar dan berat hingga rasanya begitu pekal hanya dengan menggendongnya kurang lebih 2 jam an tadi siang, tak dapat ku bayangkan bagaimana rasanya bahu Bunda Ikah yang terus menggendongnya dari pagi tadi, dan rasanya sekarang aku sangat menyesal karna tidak menyetujui kata kata Emak untuk datang dari pagi.

Suasana mahrib kali ini sedikit berbeda, karna pemandangan wajah wajah baru yakni beberapa wali santri serta saudara saudaranya, jika biasanya di Pesantren yang lain acara paling di nanti nanti adalah Haflah, maka disini adalah acara yang paling di nanti adalah Khotmil.

Seusai shalat jama'ah mahrib aku kembali ke kamar karna suasana yang begitu rame, jadi aku memilih menepi di kamar untuk mengulang deresan ku..

Malam sudah kian larut ketika Mbak Fika masuk kamar kami, dan mataku juga sudah sangat berat sekali sekedar di buka untuk menyapanya, meski dengan setengah tertutup aku menyapa Mbak Fika yang juga sudah bersiap siap tidur di samping ku,

"Mbak Zill, sudah ngantuk banget ya.."katanya begitu sudah merebahkan tubuhnya di sampingku..

"Hemmmm..," jawab ku dan langsung menarik kain jarik yang aku gunakan sebagai selimut ku.

"Mbak Zill, menyukai seseorang itu wajar enggak sih.." kata Mbak Fika lagi tapi entah itu yang aku dengar atau yang lainya karna kantuk ku sungguh tidak dapat di kondisikan..

"Enggak tau Mbak Fika,.." jawab ku, sambil mengaruk garuk kepalaku dan berbalik membelakangi tubuh Mbak Fika,

"Mbak Zill, buka dulu dong matanya, bentar saja temenin ngobrol.." kata Mbak Fika, dan aku langsung mendudukan tubuh ku karna kaget oleh pegangan ambak Fika pada bahuku..

"Iya, apa..??" tanya ku menyilakan kaki ku dan menggunakan tangan ku sebagai tumpuan wajah ku, sembari mencoba untuk tetap terjaga agar bisa mendengarkan cerita Mbak Fika, jika Mbak Fika sampai mengajak ku mengobrol selarut dan semendadak ini sudah jelas ada sesuatu yang sangat mendesak dan mengganggu pikiranya.

"Mbak Zill, sebenarnya saya sedikit malu jika harus mengakui ini,karna ini sungguh tidak pantas jika aku lakukan, menyukai sesorang sementara diri ini masih belum bisa mencintai pencipta dengan benar,.." kata Mbak Fika pelan..

"Tidak ada yang tidak pantas Mbak Fika, terlebih bagi sampean putri dari Gus Farid.." ucapku dengan menguap sedikit dan kembali menumpukan wajahku pada kedua tanganku.

"Sampean ini selalu melebih lebihkan, saya hanya bingung saja, setiap melihatnya saya tidak bisa menundukan wajah untuk merendahkan pandangan saya, terlebih saat melihat dia tersenyum, sungguh senyumnya membuat saya tidak bisa mengontrol debaran di dada saya..bla..bla..bla..bla.." tiba tiba semuanya tidak terdengar lagi dan karna benturan keras di dagu ku, aku langsung terjaga kembali yang ternyata aku sudah tersungkur di lantai dan dengan kaget aku kembali duduk tentu juga masih sangat berusaha untuk tetap membuka mataku,

"Mbak Fika lebih baik cerita dulu sama Bunda besok, saya benar benar sudah tidak bisa membuka mata.." ucap ku singkat..

"Tapi saya takut, nanti bunda marah.."

"Apa Bunda pernah marah sama Mbak Fika, jelas itu tidak pernah di lakukanya, jadi lebih baik Mbak Fika cerita saja dulu sama Bunda.." ucapku lagi dan langsung merebahkan tubuhku begitu saja, begitu kepalaku menyentuh bantal sudah tidak terdengar lagi kata kata Mbak Fika, hanya seperti gumaman yang entah itu benar atau tidak, seperti dia tengah menyebut nama Anoman...

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Suara pengeras suara dari pentas yang tengah memanggil para Khotmil Binadhor menggema hingga sampai kamar ku, aku yang tengah bersiap sedikit tergesa gesa membenarkan jilbab ku yang sedikit licin karna kain dari Jilbab yang merupakan kain Satin. Ketergesaan ku membuat ku melupakan sesuatu tapi aku tidak ingat apa itu, jadi aku kembali masuk ke kamar begitu sudah dari luar dan itu terjadi hingga dua kali, dan aku tersadar begitu melihat tamu yang melintas di depan kamarku dengan Bross bunga besar di dadanya, dengan menepuk jidat ku aku kembali masuk ke dalam dan mengambil bros pemberian dari Kang Huda kepadaku, lalu berdiri kembali di depan cermin untuk kembali berkutat dengan Jilbab licin ini, ku tumpuk menyilang ke kanan, sepertinya kurang pas, lalu aku silangkan ke kiri dan menyematkan Bross kecil itu disana..

"Manis, .." kataku sambil menepuk nepuk bros yang terletak di dada sebelah kiriku. lalu berjalan keluar menuju ke kamar mbak Fika yang berada di Ndalem, karna tadi sebelum aku bersiap mbak Fika sudah pesan agar memanggilnya di kamarnya. Seperti biasa aku masuk lewat pintu belakang dan langsung menuju ke tangga karna letak kamar Mbak Fika yang berada di lantai dua, dan sudah sedari kecil dulu aku sering menemaninya disana karna kami dulu yang belum punya kamar di Asrama..

"Akan lebih baik jika, Kakak konsentrasi dulu pada pelajaran, Bunda tidak melarang Kakak punya rasa untuk lawan jenis, karna itu naluriah manusia, tapi jika memang bisa di tekan dulu agar rasa yang Kakak punya sampai padanya dengan cara Allah bukan kah itu akan lebih indah.." kata Bunda Ikah terdengar begitu aku membuka lebih lebar pintu yang tidak tertutup itu, dengan segera aku menghentikan pergerakan ku, bukan maksud hati ingin menguping tapi aku merasa butuh juga mendengar nasehat itu dari seorang ibu kepada anak nya yang beranjak remaja.

"Tapi kalau Kakak tidak bisa mengendalikan hati ini bagaimana Bunda.." tanya Mbak Fika..

"Tanyakan lagi pada hatimu dan kuatkan dengan iman yang ada di dada Kakak, karna apa rasa itu tumbuh, apa cuma karna syahwat atau karna Allah, sebelum memberi rasa pada ciptaanya bukan kah akan lebih indah jika menumbuhkan rasa untuk penciptanya dan yakinlah Allah itu tidak akan pernah mengecewakan mu, apa lagi tentang jodoh kelak.." ucap Bunda Ikah, dan entah mengapa mendengar ucapan Bunda Ikah sontak membuatku tersentil tentang rasa yang harus lebih dulu di bingkai untuk Penciptnya, bukan kah itu juga untuk kadar timbangan bahwa rasa itu harus di landaskan atas keimanan juga, bukan hanya sekedar dada berdebar dan mempertahankan rasa itu, dan itulah yang terjadi padaku tanpa tau dia siapa dan seperti apa kadar keimananya hati ini tiba tiba begitu saja terjatuh dalam sebuah rasa aneh yang di sebut Cinta.

"Sepertinya melupakanya bukanlah pilihan, melainkan keharusaan.." gumam ku pelan, lalu mendorong pintu di sampingku, setelah mengulas senyum manis terlebih dahulu..

"Mbak Fika sudah selesai belum.." tanya ku dengan pura pura tidak mendengar apapun..

"Sudah Mbak Zill.. " kata Mbak Fika dan langsung merangkul tubuh Bunda Ikah, aku hanya bisa menunduk saat Mbak Fika melakukuan itu karna aku sebenarnya juga ingin merasakan hangatnya pelukan seorang Ibu..

"Trimakasih Bunda.." kata Mbak Fika saat memeluk dan mencium pipi Bunda Ikah..

"Sama sama Sayang, kesayangan Bunda pelita hati Bunda.." kata Bunda Ikah sambil mencium kening mbak Fika dan itu membuatku menundukan kepalaku semakin dalam, pemandangan seperti ini sebenarnya sangat manis hanya saja hatiku terlalu sakit untuk mengerti akan sikap manis seorang Ibu, yang telah mematahkan hatiku sangat dalam.

Perlahan Bunda Ikah berdiri dari duduk nya dan merapikan kerudung mbak Fika, kemudian menyematkan bross di dada sebelah kiri sembari berucap pelan..

" Kenapa Bunda taruh di sebelah kiri, karna jantung itu tidak tepat di tengah tengah melainkan sedikit di kiri, dan cinta Bunda,Bunda letakan disini.." dan serta merta aku meraba bross yang berada di dada ku juga sembari membayangkan jika Emak yang memasangakan untuk ku..

Setelah memasangkan Bross pada Mbak Fika, Bunda Ikah berlalu menuju pintu dan dengan segera aku memberi jalan padanya sembari menunduk sebagai bentuk takzim ku pada Bu Nyai ku tentunya,

"Bross nya bagus Zill.." kata Bunda Ikah begitu berada di depan ku dan langsung mengelus kepalaku dengan lembut, ingin rasanya aku menangis saat ini jika tidak ingat bahwa sebentar lagi acara akan di mulai, karna aku bukan tipe cewek anggun jadi tau sendiri akan bagaimana hasilnya jika aku menangis saat ini..

"Trimakasih Bunda.." jawab ku dengan menahan gejolak di dadaku..

"Pinter kamu milihnya, Lumba Lumba berwarna biru dengan mutiara di mulut, apa kamu tau Filosofinya.." tanya Bunda Ikah, dan dengan serta merta aku mengangkat wajah ku untuk meminta jawaban dari Bunda Ikah..

"Tidak Bunda, hanya saja ini cantik jadi saya suka.." jawab ku polos..

"Lumba Lumba itu di ibaratkan, keceriaan, Harapan, cerdas juga penuh kasih sedang warna biru itu sendiri mengibaratkan lautan dan langit yang memberi kesan luas, setia, tenang dan bisa di andalkan, sedangkan mutiara itu simbol dari kesabaran serta keagungan, sungguh paduan yang sangat indah Zill,.." mendengar Bunda Ikah mendeskripsikan bentuk Bross yang sederhana ini membuatku berfikir bahwa Kang Huda telah salah memberikan benda ini padaku..

"Bener cantik banget Mbak Zilla Brossanya.." kata Mbak Fika yang kini sudah berdiri di samping Bunda Ikah..

"Sudah siap semua kan, sekarang ayo kita foto keluarga dulu mumpung adek moodnya masih bagus.." kata Bunda Ikah kemudian menangajak kami untuk turun, dengan menggandeng tangan Mbak Fika kami turun menuju tempat foto tentunya.

Sesamapainya di bawah tangan Mbak Fika langsung terlepas dan pandangan matanya langsung tertunduk yang tadi fokus ke arah depan, dengan serta merta aku mengikuti arah pandang Mbak Fika di balik kepalanya yang terus menunduk dan ku temukan Kang Huda yang tengah mengambil gambar dari Gus Ali dengan Gus Farid berada di samping Kang Huda, dan langkah Bunda Ikah masih lurus menuju ke arah mereka bertiga..

"Sudah siap Nda.." kata Gus Farid begitu Bunda Ikah sudah dekat,

"Zill, nanti kamu juga Foto bareng Mbak Fika ya.." kata Bunda Ikah dan pada saat aku hendak menjawab pertanyaan Bunda Ikah sambari mengangkat kepalaku pas bertepatan dengan Kang Huda yang menoleh ke arah kami, dia tersenyum ke arah kami dan entah kepada siapa senyum itu tertuju tapi yang jelas satu tanganya menepuk dadanya yang sebalah kiri..

"Enggeh Bunda.." jawab ku lalu kembali menunduk, dan kemudian setelah semua sudah berfoto tinggal giliran ku dan mbak Fika..

"Cekrek.." tiba tiba saja bidikan kamera mengarah ke arahku yang tengah berdiri seorang diri di scane foto tersebut, aku langsung memandang ke arahnya dan dia hanya tersenyum sambil tangannya menyentuh kembali dadanya dan bibirnya mengucapkan sesuatu kata namun tidak keluar suara, dan aku hanya bisa meraba seperti kata..

"Manis.." tapi entahlah itu benar atau tidak karna itu hanya sesaat saja, dan setelah itu Mbak Fika bergabung dengan ku di scane Foto seusai mengambil minum dari dapur.

Setelah acara foto foto, kami langsung menuju ke tempat acara dan duduk di tempat yang sudah di sediakan bagi kami, hingga kami para peserta Khotmil Qur'an Bilghoib di panggil ke atas pentas untuk menerima beberapa pertayaan juga sekaligus beberapa nasehat juga, dari tempatku berdiri dapat ku lihat Wajah tua yang berbalut jilbab merah maron itu tengah tersenyum ke arahku dengan di sertai binar bahagia di netra teduh yang terlihat lelah itu, dan sunggingan senyum juga ku ulas untuknya..

"Tidak akan ada tempat tersisa di hatiku bagi dunia, karna kamu adalah dunia ku.." kata hatiku saat melihat Netra tua itu tengah meneteskan air mata haru untuk ku..

Bersambung...

####

So sweet banget sih Brossnya mau dung satu kang Huda buat Emak..🤭🤭🤭🤭

Like,Coment, juga Votenya masih senantiasa Emak tunggu loh..begitu juga dengan Bross manis dari kang Huda..

Love Love Love...

💖💖💖💖💖💖

By: Ariz Kopi

@maydina862

Terpopuler

Comments

Jahro Sopia

Jahro Sopia

dalem banget sih torrrrr
bikin mewek 😭

2021-04-26

1

Daffodil Koltim

Daffodil Koltim

terharu,,,,mungkinkh bros i2 bentuk ungkpn hati sang pemberix,,,,😃😃😃😃

2021-01-30

1

DePe

DePe

seperti zila,aku berada di samping ibu ku tp aku tak pernah mendapat kasih syangnya

2020-08-16

4

lihat semua
Episodes
1 Part 01
2 Part 02
3 Part 03
4 Part 04
5 part 05
6 Part 06
7 Part 07
8 Part 08
9 Part 09
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Untuk Reader's..
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Spesial Anniversary
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Part 145
146 Part 146
147 Part 147
148 Part 148
149 End at 149
150 Extra Part 150
151 Extra Part Egen..
152 Egen dan egen extra part.
153 Last Extra part.
Episodes

Updated 153 Episodes

1
Part 01
2
Part 02
3
Part 03
4
Part 04
5
part 05
6
Part 06
7
Part 07
8
Part 08
9
Part 09
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Untuk Reader's..
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Spesial Anniversary
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Part 145
146
Part 146
147
Part 147
148
Part 148
149
End at 149
150
Extra Part 150
151
Extra Part Egen..
152
Egen dan egen extra part.
153
Last Extra part.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!