Happy Reading...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
"Cantik.." gumam ku pelan, begitu melihat bross kecil yang berada di tagan ku, dan mataku tidak dapat berpindah dari sana karna bentuknya yang sangat lucu membuat aku terkesima dan enggan sekali mengalihkan mataku darinya. ku pegang dengan jariku benda kecil yang hanya berdia meter kurang lebih 4-5 centi meter tersebut,
"Lucu.." gumam ku dan ku sertai dengan senyum bahagia, karna sungguh melihat Bross berbentuk Lumba Lumba berwarna biru langit itu hatiku di liputi kebahagian yang membuncah, terlebih saat aku menggerakan nya dan permata yang mengantung di bagaian mulut ikan itu akan ikut bergerak mengikuti gerakan yang ku buat, sungguh sangat menggemaskan dan entah kenapa melihat itu membuat hatiku di liputi kebahagiaan tersendiri.
Setelah puas memandang bross kecil itu, kemudian aku memasukanya ke dalam kantong plastik bersama dengan baju ku yang hendak buat Khotmil besok, lalu melanjutkan langkah ku menyusuri jalan setapak ini dengan hati yang bertambah bahagia.
saat langkah kecil ku tiba di depan pintu aku baru teringat akan ucapan Kang Huda kepadaku,
"Kado yang tak berbentuk tapi bermakna, kok ya susah juga ya barternya, jelas jelas dia hanya memberiku bros kecil ini tadi dan dia meminta hadiahnya nanti yang harus aku pecahkan sendiri sekarang,ahhh.. apa juga yang gratis bagi dia, selalu kan meminta timbal baliknya, semoga saja saat dia memintanya nanti aku pas punya sedikit rizki.." gumamku, kemudian mendorong pintu itu dengan pelan, dan langsung terlihat kesibukan disana sini, serta lalu lalang Kang Santri juga Mbak Santri yang tengah menyiapkan segala sesuatu untuk acara besok.
Setelah menaruh barang ku ke dalam kamar kami, aku pun ikut beruforia dalam kesibukan sekaligus kebahagiaan, dan nyatanya kami memang benar benar sangat sibuk hari ini hingga aku yang berencana mau bertanya sama Mbak Fika soal kata kata Kang Huda saja sampai tidak sempat, dan Mbak Fika di ndalem juga sangat sibuk, karna tamu yang terus hilir mudik berdatangan, apa lagi Gus Ali yang sedikit rewel membuat Bunda Ikah juga tidak kalah sibuknya di banding yang membantunya..
"Lala.. gendong.." kata Gus Ali begitu melihatku yang tengah menenteng keranjang besar berisi sayuran..
"Sebentar enggeh Gus.."jawabku..
"Mbak Zill, tinggalkan saja itu, bawa Mas Ali keluar, kasian Bunda dari tadi dia manja banget, sampai sampai Bunda enggak bisa Istirahat.." kata Mbak Fika, ya karna Gus Ali saat tidak enak badan hanya mau sama Bunda Ikah atau sama Abinya saja, jadi rasanya aku akan sangat beruntung jika bisa membantu meringankan sedikit saja dengan membawa Gus Ali.
"Baiklah Mbak Fika.." jawab ku
"Ayo Mas Ali, ikut Lala.." lanjutku sambil mengulurkan tangan ku dan meraihnya dalam gendongan ku, lantas membawa keluar dari ndalem, dan mengajaknya berkeliling di taman belakang ke depan kemudian kemanapun dia bicara asal dia nyaman,..
Aku memukul mukul pundak ku saat suara dari Kang Junet menggema di seluruh penjuru Pesantren, bahkan sampai keluar area pesantren juga tentunya, kemudian menyeret langkah ku mengambil mukena dan hendak menuju ke Musholla, masih dengan tangan ku memijat mijat bahuku, ternyata Gus Ali sekarang semakin besar dan berat hingga rasanya begitu pekal hanya dengan menggendongnya kurang lebih 2 jam an tadi siang, tak dapat ku bayangkan bagaimana rasanya bahu Bunda Ikah yang terus menggendongnya dari pagi tadi, dan rasanya sekarang aku sangat menyesal karna tidak menyetujui kata kata Emak untuk datang dari pagi.
Suasana mahrib kali ini sedikit berbeda, karna pemandangan wajah wajah baru yakni beberapa wali santri serta saudara saudaranya, jika biasanya di Pesantren yang lain acara paling di nanti nanti adalah Haflah, maka disini adalah acara yang paling di nanti adalah Khotmil.
Seusai shalat jama'ah mahrib aku kembali ke kamar karna suasana yang begitu rame, jadi aku memilih menepi di kamar untuk mengulang deresan ku..
Malam sudah kian larut ketika Mbak Fika masuk kamar kami, dan mataku juga sudah sangat berat sekali sekedar di buka untuk menyapanya, meski dengan setengah tertutup aku menyapa Mbak Fika yang juga sudah bersiap siap tidur di samping ku,
"Mbak Zill, sudah ngantuk banget ya.."katanya begitu sudah merebahkan tubuhnya di sampingku..
"Hemmmm..," jawab ku dan langsung menarik kain jarik yang aku gunakan sebagai selimut ku.
"Mbak Zill, menyukai seseorang itu wajar enggak sih.." kata Mbak Fika lagi tapi entah itu yang aku dengar atau yang lainya karna kantuk ku sungguh tidak dapat di kondisikan..
"Enggak tau Mbak Fika,.." jawab ku, sambil mengaruk garuk kepalaku dan berbalik membelakangi tubuh Mbak Fika,
"Mbak Zill, buka dulu dong matanya, bentar saja temenin ngobrol.." kata Mbak Fika, dan aku langsung mendudukan tubuh ku karna kaget oleh pegangan ambak Fika pada bahuku..
"Iya, apa..??" tanya ku menyilakan kaki ku dan menggunakan tangan ku sebagai tumpuan wajah ku, sembari mencoba untuk tetap terjaga agar bisa mendengarkan cerita Mbak Fika, jika Mbak Fika sampai mengajak ku mengobrol selarut dan semendadak ini sudah jelas ada sesuatu yang sangat mendesak dan mengganggu pikiranya.
"Mbak Zill, sebenarnya saya sedikit malu jika harus mengakui ini,karna ini sungguh tidak pantas jika aku lakukan, menyukai sesorang sementara diri ini masih belum bisa mencintai pencipta dengan benar,.." kata Mbak Fika pelan..
"Tidak ada yang tidak pantas Mbak Fika, terlebih bagi sampean putri dari Gus Farid.." ucapku dengan menguap sedikit dan kembali menumpukan wajahku pada kedua tanganku.
"Sampean ini selalu melebih lebihkan, saya hanya bingung saja, setiap melihatnya saya tidak bisa menundukan wajah untuk merendahkan pandangan saya, terlebih saat melihat dia tersenyum, sungguh senyumnya membuat saya tidak bisa mengontrol debaran di dada saya..bla..bla..bla..bla.." tiba tiba semuanya tidak terdengar lagi dan karna benturan keras di dagu ku, aku langsung terjaga kembali yang ternyata aku sudah tersungkur di lantai dan dengan kaget aku kembali duduk tentu juga masih sangat berusaha untuk tetap membuka mataku,
"Mbak Fika lebih baik cerita dulu sama Bunda besok, saya benar benar sudah tidak bisa membuka mata.." ucap ku singkat..
"Tapi saya takut, nanti bunda marah.."
"Apa Bunda pernah marah sama Mbak Fika, jelas itu tidak pernah di lakukanya, jadi lebih baik Mbak Fika cerita saja dulu sama Bunda.." ucapku lagi dan langsung merebahkan tubuhku begitu saja, begitu kepalaku menyentuh bantal sudah tidak terdengar lagi kata kata Mbak Fika, hanya seperti gumaman yang entah itu benar atau tidak, seperti dia tengah menyebut nama Anoman...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Suara pengeras suara dari pentas yang tengah memanggil para Khotmil Binadhor menggema hingga sampai kamar ku, aku yang tengah bersiap sedikit tergesa gesa membenarkan jilbab ku yang sedikit licin karna kain dari Jilbab yang merupakan kain Satin. Ketergesaan ku membuat ku melupakan sesuatu tapi aku tidak ingat apa itu, jadi aku kembali masuk ke kamar begitu sudah dari luar dan itu terjadi hingga dua kali, dan aku tersadar begitu melihat tamu yang melintas di depan kamarku dengan Bross bunga besar di dadanya, dengan menepuk jidat ku aku kembali masuk ke dalam dan mengambil bros pemberian dari Kang Huda kepadaku, lalu berdiri kembali di depan cermin untuk kembali berkutat dengan Jilbab licin ini, ku tumpuk menyilang ke kanan, sepertinya kurang pas, lalu aku silangkan ke kiri dan menyematkan Bross kecil itu disana..
"Manis, .." kataku sambil menepuk nepuk bros yang terletak di dada sebelah kiriku. lalu berjalan keluar menuju ke kamar mbak Fika yang berada di Ndalem, karna tadi sebelum aku bersiap mbak Fika sudah pesan agar memanggilnya di kamarnya. Seperti biasa aku masuk lewat pintu belakang dan langsung menuju ke tangga karna letak kamar Mbak Fika yang berada di lantai dua, dan sudah sedari kecil dulu aku sering menemaninya disana karna kami dulu yang belum punya kamar di Asrama..
"Akan lebih baik jika, Kakak konsentrasi dulu pada pelajaran, Bunda tidak melarang Kakak punya rasa untuk lawan jenis, karna itu naluriah manusia, tapi jika memang bisa di tekan dulu agar rasa yang Kakak punya sampai padanya dengan cara Allah bukan kah itu akan lebih indah.." kata Bunda Ikah terdengar begitu aku membuka lebih lebar pintu yang tidak tertutup itu, dengan segera aku menghentikan pergerakan ku, bukan maksud hati ingin menguping tapi aku merasa butuh juga mendengar nasehat itu dari seorang ibu kepada anak nya yang beranjak remaja.
"Tapi kalau Kakak tidak bisa mengendalikan hati ini bagaimana Bunda.." tanya Mbak Fika..
"Tanyakan lagi pada hatimu dan kuatkan dengan iman yang ada di dada Kakak, karna apa rasa itu tumbuh, apa cuma karna syahwat atau karna Allah, sebelum memberi rasa pada ciptaanya bukan kah akan lebih indah jika menumbuhkan rasa untuk penciptanya dan yakinlah Allah itu tidak akan pernah mengecewakan mu, apa lagi tentang jodoh kelak.." ucap Bunda Ikah, dan entah mengapa mendengar ucapan Bunda Ikah sontak membuatku tersentil tentang rasa yang harus lebih dulu di bingkai untuk Penciptnya, bukan kah itu juga untuk kadar timbangan bahwa rasa itu harus di landaskan atas keimanan juga, bukan hanya sekedar dada berdebar dan mempertahankan rasa itu, dan itulah yang terjadi padaku tanpa tau dia siapa dan seperti apa kadar keimananya hati ini tiba tiba begitu saja terjatuh dalam sebuah rasa aneh yang di sebut Cinta.
"Sepertinya melupakanya bukanlah pilihan, melainkan keharusaan.." gumam ku pelan, lalu mendorong pintu di sampingku, setelah mengulas senyum manis terlebih dahulu..
"Mbak Fika sudah selesai belum.." tanya ku dengan pura pura tidak mendengar apapun..
"Sudah Mbak Zill.. " kata Mbak Fika dan langsung merangkul tubuh Bunda Ikah, aku hanya bisa menunduk saat Mbak Fika melakukuan itu karna aku sebenarnya juga ingin merasakan hangatnya pelukan seorang Ibu..
"Trimakasih Bunda.." kata Mbak Fika saat memeluk dan mencium pipi Bunda Ikah..
"Sama sama Sayang, kesayangan Bunda pelita hati Bunda.." kata Bunda Ikah sambil mencium kening mbak Fika dan itu membuatku menundukan kepalaku semakin dalam, pemandangan seperti ini sebenarnya sangat manis hanya saja hatiku terlalu sakit untuk mengerti akan sikap manis seorang Ibu, yang telah mematahkan hatiku sangat dalam.
Perlahan Bunda Ikah berdiri dari duduk nya dan merapikan kerudung mbak Fika, kemudian menyematkan bross di dada sebelah kiri sembari berucap pelan..
" Kenapa Bunda taruh di sebelah kiri, karna jantung itu tidak tepat di tengah tengah melainkan sedikit di kiri, dan cinta Bunda,Bunda letakan disini.." dan serta merta aku meraba bross yang berada di dada ku juga sembari membayangkan jika Emak yang memasangakan untuk ku..
Setelah memasangkan Bross pada Mbak Fika, Bunda Ikah berlalu menuju pintu dan dengan segera aku memberi jalan padanya sembari menunduk sebagai bentuk takzim ku pada Bu Nyai ku tentunya,
"Bross nya bagus Zill.." kata Bunda Ikah begitu berada di depan ku dan langsung mengelus kepalaku dengan lembut, ingin rasanya aku menangis saat ini jika tidak ingat bahwa sebentar lagi acara akan di mulai, karna aku bukan tipe cewek anggun jadi tau sendiri akan bagaimana hasilnya jika aku menangis saat ini..
"Trimakasih Bunda.." jawab ku dengan menahan gejolak di dadaku..
"Pinter kamu milihnya, Lumba Lumba berwarna biru dengan mutiara di mulut, apa kamu tau Filosofinya.." tanya Bunda Ikah, dan dengan serta merta aku mengangkat wajah ku untuk meminta jawaban dari Bunda Ikah..
"Tidak Bunda, hanya saja ini cantik jadi saya suka.." jawab ku polos..
"Lumba Lumba itu di ibaratkan, keceriaan, Harapan, cerdas juga penuh kasih sedang warna biru itu sendiri mengibaratkan lautan dan langit yang memberi kesan luas, setia, tenang dan bisa di andalkan, sedangkan mutiara itu simbol dari kesabaran serta keagungan, sungguh paduan yang sangat indah Zill,.." mendengar Bunda Ikah mendeskripsikan bentuk Bross yang sederhana ini membuatku berfikir bahwa Kang Huda telah salah memberikan benda ini padaku..
"Bener cantik banget Mbak Zilla Brossanya.." kata Mbak Fika yang kini sudah berdiri di samping Bunda Ikah..
"Sudah siap semua kan, sekarang ayo kita foto keluarga dulu mumpung adek moodnya masih bagus.." kata Bunda Ikah kemudian menangajak kami untuk turun, dengan menggandeng tangan Mbak Fika kami turun menuju tempat foto tentunya.
Sesamapainya di bawah tangan Mbak Fika langsung terlepas dan pandangan matanya langsung tertunduk yang tadi fokus ke arah depan, dengan serta merta aku mengikuti arah pandang Mbak Fika di balik kepalanya yang terus menunduk dan ku temukan Kang Huda yang tengah mengambil gambar dari Gus Ali dengan Gus Farid berada di samping Kang Huda, dan langkah Bunda Ikah masih lurus menuju ke arah mereka bertiga..
"Sudah siap Nda.." kata Gus Farid begitu Bunda Ikah sudah dekat,
"Zill, nanti kamu juga Foto bareng Mbak Fika ya.." kata Bunda Ikah dan pada saat aku hendak menjawab pertanyaan Bunda Ikah sambari mengangkat kepalaku pas bertepatan dengan Kang Huda yang menoleh ke arah kami, dia tersenyum ke arah kami dan entah kepada siapa senyum itu tertuju tapi yang jelas satu tanganya menepuk dadanya yang sebalah kiri..
"Enggeh Bunda.." jawab ku lalu kembali menunduk, dan kemudian setelah semua sudah berfoto tinggal giliran ku dan mbak Fika..
"Cekrek.." tiba tiba saja bidikan kamera mengarah ke arahku yang tengah berdiri seorang diri di scane foto tersebut, aku langsung memandang ke arahnya dan dia hanya tersenyum sambil tangannya menyentuh kembali dadanya dan bibirnya mengucapkan sesuatu kata namun tidak keluar suara, dan aku hanya bisa meraba seperti kata..
"Manis.." tapi entahlah itu benar atau tidak karna itu hanya sesaat saja, dan setelah itu Mbak Fika bergabung dengan ku di scane Foto seusai mengambil minum dari dapur.
Setelah acara foto foto, kami langsung menuju ke tempat acara dan duduk di tempat yang sudah di sediakan bagi kami, hingga kami para peserta Khotmil Qur'an Bilghoib di panggil ke atas pentas untuk menerima beberapa pertayaan juga sekaligus beberapa nasehat juga, dari tempatku berdiri dapat ku lihat Wajah tua yang berbalut jilbab merah maron itu tengah tersenyum ke arahku dengan di sertai binar bahagia di netra teduh yang terlihat lelah itu, dan sunggingan senyum juga ku ulas untuknya..
"Tidak akan ada tempat tersisa di hatiku bagi dunia, karna kamu adalah dunia ku.." kata hatiku saat melihat Netra tua itu tengah meneteskan air mata haru untuk ku..
Bersambung...
####
So sweet banget sih Brossnya mau dung satu kang Huda buat Emak..🤭🤭🤭🤭
Like,Coment, juga Votenya masih senantiasa Emak tunggu loh..begitu juga dengan Bross manis dari kang Huda..
Love Love Love...
💖💖💖💖💖💖
By: Ariz Kopi
@maydina862
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Jahro Sopia
dalem banget sih torrrrr
bikin mewek 😭
2021-04-26
1
Daffodil Koltim
terharu,,,,mungkinkh bros i2 bentuk ungkpn hati sang pemberix,,,,😃😃😃😃
2021-01-30
1
DePe
seperti zila,aku berada di samping ibu ku tp aku tak pernah mendapat kasih syangnya
2020-08-16
4