Happy Reading...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Ku tengadahkan kepalaku memandang ke arah badan yang tinggi menjulang dengan payung di tanganya, senyum ramah yang tersungging di bibirnya sungguh tidak pernah sama sekali aku bayangkan akan di berikan padaku, di tambah dengan tatapan hangat bersahabat yang tercetak jelas di wajahnya membuat aku semakin tidak percaya bahwa itu adalah orang yang sama yang kemarin membuatku harus berlari ngos ngosan mengejarnya, di antara semua orang kenapa harus dia yang menyaksikan airmata ku, pasti sehabis ini dia akan mengolok ku juga, tapi pikiranku teralalu bingung untuk sekedar memikirkan akan hari esok tentang dia, karna saat ini seluruh kepalaku hanya terisi oleh bayangan hari esok Emak harus makan apa karna beras yang tadi aku beli sudah hilang di sapu oleh air hujan.
Tubuh tinggi itu kini ikut berjongkok dan membiarkan punggungnya ikut tersiram air hujan karna membantuku memunguti bawang yang tercecer, gerakanya cukup cepat dan dengan segera bawang sudah berada ditanganya dan satu tanganya lagi masih setia memegang payung untuk memayungiku.
"Ini.." katanya menyerahkan kepada ku dengan masih mengulas senyum, ya senyuman hangat bersahabat tidak seperti biasanya senyum jahil dan ngeselin, entah kemana perginya Anoman yang setahun ini selalu ngeselin..
"Trimakasih.." jawab ku dan langsung menaruh sisa belanjaan itu dalam kaos ku karna kresek yang sudah robek..
"Ayo tak anatarkan pulang, dimana rumah mu.." katanya dengan lembut,
"Tidak perlu kang, Trimakasih.." jawabku dan langsung berjalan menuntun sepeda dengan satu tangan ku membelah hujan yang kian deras dan tangan satunya aku gunakan untuk memegangai kaos yang berisi belanjaan, aku terus berjalan dengan airmata masih bercucuran, dalam pikiranku hanya terbayang bagaimana tubuh renta itu akan bertahan besok dan menahan lapar di saat sedang sakit seperti ini, isakan isakan itu kian menjadi sesak dan sesekali aku berhenti untuk mengurangi beban di hati ini dengan sekedar menghela nafas dalam..
"Assalamu'alaikum..." ucapku setelah sampai di depan pintu rumah..
"Wa'alaikumussalam, Zill, kamu dari mana saja Emak kwatir hujan lebat kok belum sampai rumah.." jawab Emak dengan wajah kwatirnya, aku masih menunduk menyembunyikan wajahku darinya untuk menghindari tatapan mata menyelidik yang di arahkan padaku darinya.
"Emak sudah makan,.." kataku di luar dari pertanyaanya dan sambil meletakan sisa belanjaan yang dapat aku ambil tadi lalu mengambil kain sarung untuk ku jadikan handuk..
"Sudah, nasinya masih sedikit habis mandi kamu langsung makan.."
"Emak minum obat dulu.." kataku sambil memberikan obat yang ku beli tadi, lalu berjalan menuju ke sumur di samping rumah, sebelum aku keluar sempat ku pandangi ember, panci, serta apa saja yang bisa buat menampung air rembesan dari genteng, agar tidak becek di lantai tanah rumah kami, itu bukanlah bocor lagi melainkan air yang ikut berteduh di dalam rumah, karna jika bocor hanya akan ada beberapa titik saja sedang yang terjadi di rumah ku di semua sudut ada air yang merembas, aku sungguh sangat merasa bersalah jika menyaksikan hal seperti ini bagaimana aku tega meninggalkan wanita tua itu seorang diri disini sementara aku tinggal di pesantren yang tempatnya lebih layak.
Setelah selesai mandi yang di sertai oleh tangis juga aku menjalankan kwajibanku sebelum ahirnya ikut berbaring di samping Emak..
"Kamu makan dulu sana..." katanya dengan melepaslan tanganku yang memeluknya dari belakang..
"Zilla sudah makan tadi Mak di ndalem Bunda Ikah,.." jawab ku berbohong, semakin ku eratkan lagi pelukan ku untuk wanita tua itu.
"Kenapa kamu.." tanya Emak..
"Maafkan Zilla Mak, sudah jadi beban buat Emak di usia senja.." kataku dengan mulai menangis lagi,
"Ngomong apa kamu.." kata Emak dengan memukul tangan ku..
"Maafkan Zilla Mak, tadi karna asik bermain di jalan, belanjaan jadi jatuh dan berasnya berserakan pas barengan dengan hujan yang datang jadi Zilla tidak bisa memungutinya.." kata ku berbohong kembali..
"Tidak apa apa, berarti itu bukan rezeki kita.."
"Besok Emak makan apa, lagi Emak harus minum obat besok.."
"Emak besok pasti sudah membaik, lagian siapa yang betah sakit, jadi karna itu kamu menangis..?" tanya Emak..
"Iya, Zilla kwatir Emak besok makan apa, dan Zilla harus berbuat apa.." kataku ..
"Besok itu adalah rizki besok, sekarang berarti rezeki sekarang, kok yang besok sudah kamu pikir, padahal belum tentu kita akan menemui hari esok.." jawab Emak menasehatiku..
"Yakinlah bahwa Allah selalu bersama orang yang selalu sabar,selalu berbaik sangka padanya, dan percaya pada kekuasanya yang maha tahu segalanya.." lanjut Emak..
"Tapi Mak, kal.."
"Sudah Emak bilang itu akan menjadi hal esok, jangan di pikirkan lagi, lekas tidurlah, nanti habis Asar bukanya kamu ke Ndalem Gus e lagi.." kata Emak.
"Masih libur Mak, biarkan Zilla tidur sama Emak, lagian Emak belum membaik benar.." jawabku..
"Bocah kok karepe dewe, Emak sudah lebih baik, kalau kamu enggak ke ndalem mau di rumah saja males malesan.." kata Emak..
"Bukan gitu Mak, besok, janji Zilla akan ke ndalem, hari ini biarkan Zilla di rumah dulu.."
"Baiklah tidurlah,.."
"Mak.. bolehkah Zilla tanya sesuatu..?" tanya ku lagi
"Tanya apa.." jawab Emak dengan membalikan badanya, kini manik coklat itu bertemu dengan mataku yang tengah memandang ke arahnya,dan tanganya terulur mengelus kepalaku.
"Dimana Ibuk.." tanya ku dengan suara bergetar, sempat ku lihat wajah Emak berubah gusar seperkian detik sebelum ahirnya menjawab tanyaku dengan sedikit senyum.
"Kenapa kamu tiba tiba menanyakan itu, apa masih kurang dengan Emak berada di samping mu.." jawab Emak, dan itu sedikit menyentil hatiku..
"Hanya ingin tahu saja Mak, bukan seperti itu maksud Zilla, dengan Emak berada di samping Zilla sekarang, Zilla mampu menghadapi dunia, Trimakasih Mak, sudah menjadi kekuatan buat Zilla.." jawab ku dengan bergerak mencium pipi kriput itu.
"Lekaslah tidur, apa mau Emak critakan bagaimana kamu sewaktu masih kecil.."
"Apa itu boleh.."
"Tentu saja,.." dan Emak pun mulai bercerita sembari tanganya membelai lembut rambut berombak keemasan ku, kehangatan menjalar hingga tak terasa mata ini semakin berat dan tubuhku sudah ringan, meninggalkan semua beban berat tentang hidup ini bersama mimpi.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Huda POV.
Sudah seminggu aku berada disini di Pesantren Tahfidzul Qur'an Al-Ma'aly, sebenarnya bukan keinginan ku untuk belajar disini melainkan keinginan Mama ku yang memaksaku, dengan satu sarat aku bisa meminta apapun yang aku inginkan, dan karna itu aku pun bersedia di buang ke sini, di buang..??, ya bahasa itu aku gunakan untuk ini ,karna letak Pesantren yang berada jauh dari keramaian kota dan di pinggiran pesisir pantai selatan,sangat berbanding terbalik dengan daerah asal ku di Jawa Tengah yang yang terletak di tengah tengah kota.
Seminggu disini aku masih bersikap sesuka dan semau ku sendiri, karna rasa kecewa atas tempat yang tidak sesuai harapan meskipun peralatan yang aku minta sudah Mama penuhi dengan lengkap yakni peralatan Foto, ya aku meminta peralatan Foto untuk imbalan aku mau masuk ke Pesantren dan memilih sendiri Sekolah yang aku inginkan untuk belajar selain di Pesantren, dari sekian hal yang tidak aku suka disini hanya ada satu yang sangat menarik perhatian ku yakni Sunset yang masih sangat alami, di tambah Sunrise juga yang akan langsung terlihat tanpa aku harus melangkah jauh keluar dari Pesantren cukup dengan naik di lantai tiga langsung akan dapat terlihat dari sana, tapi jika Sunset harus berjalan sebentar ke arah tambak dan tepat di bawah pohon Asem itu adalah spot foto paling bagus, dan hari ini aku berencana hendak pergi lagi kesana lewat pintu belakang, saat aku hendak membuka pintu tiba tiba pintu terbuka dari arah luar, baik aku maupun anak itu sama sama kagetnya, sempat aku berfikir sebentar datang dari belahan dunia mana anak semacam dia ini, karna seminggu disini baru kali ini aku melihatnya dengan dandanan yang sangat norak sekaligus kumuh sekali di tambah dengan kulitnya yang gelap juga menggilat khas anak pinggiran pantai, harusnya cewek seusia dia sudah pandai berhias dan memilih milih baju yang bagus, lah ini boro boro, pakai baju kedodoran dimana mana dan di tambah dengan kulitnya yang exsotic sungguh membuat mataku terasa berkedut sakit melihatnya.
Belum hilang keterkejutan ku tentang dia, tiba tiba suara cemprengnya menusuk gendang telingaku, itu sungguh membuatku muak sekali, mau di lihat dari segi manapun tidak ada bagus bagusnya ini cewek untuk di pandang terlebih untuk di masukan ke hati.
Setelah sedikit berdebat denganya, seenak jidatnya tiba tiba bibir lemesnya memanggil Kang Santri keamanan, lalu salah satu Kang Santri benar benar datang dan dia pergi begitu saja meninggalkan ku dalam masalah.
Pada awalnya aku mengira semua hanya akan berhenti sampai disini saja, tapi tidak tahunya masalah ini di bawa sampai ke pengasuh Pesantren, dan mereka semua tidak percaya saat aku bilang bahwa aku tidak akan pergi kabur melainkan hanya akan pergi sebentar keluar saja.
Setelah habis Isya' aku di panggil Kang Ikhsan di ajak ketemu dengan pengasuh dan disana juga aku bertemu lagi dengan si Keling yang membuat ku harus terjebak disini. Dengan tatapan penuh dendam aku ahirnya membuka tas ku dan memperlihatkan pada mereka semua isi dari tas ku tersebut sekaligus memecahkan anggapan bahwa aku akan kabur, tapi yang aku dapati justru penyitaan peralatan Foto ku oleh pengasuh, dan akan di kembalikan jika aku sudah bisa menghafal surah surah, dan ini membuat hatiku benci membara melihatnya. Tapi dari sekian rangkaian kebencian ku padanya ada satu hal yang sangat kontras dapat aku lihat darinya, yakni sikap lembutnya ketika bersama anak kecil tadi dan keluarga pengasuh, suara cemprengnya benar benar hilang saat itu.
Setelah perdebatan ulet dengan pengasuh tadi ahirnya aku di beri waktu satu bulan agar bisa mengambil Kamera ku dengan cara menyetor hafalan surah surah yang di wajibkan bagi santri baru sepertiku, yakni, Al- Kahfi, Al-Mulk, Ar-Rahman, As-Sajadah, Waqi'ah dan Surah Yasin, jika dalam waktu satu bulan aku belum bisa menghafalkan itu, maka waktu pengambilan Kamera ku akan di perpanjang sampai aku hafal dengan benar, ini sungguh berat buatku harus berpisah dengan kameraku terlebih ini masih baru dan aku pas lagi jeru jerune..🤭🤭🤭.
Saat aku sedang mengambil bolpoin ku yang terjatuh di lantai tiba tiba ada seseorang mendorongku dari belakang disertai dengan tawa terbahak bahak dari seorang cewek, begitu aku melihatnya alangkah terkejutnya aku, lagi lagi si Keling yang berdiri di belakangku dan pasti dia juga yang mendorongku tadi, perdebatan kembali terjadi dan dia menuduhku mencari gara gara denganya, dasar cewek aneh mau dilihat dari segi mana orang mencari gara gara denganya, dan aku yang sudah sangat kesal karna Kamera ku yang disita oleh Pengasuh gara gara dia, membuatku lupa diri akan hukuman yang harus aku jalani dan melempar buku ke arahnya lalu terjadilah serangan membabi buta kepadaku darinya dan semua berhenti saat suara Istri dari pengasuh memanggil namanya dengan lantang tepat saat tanganku mendarat dipipinya, aku yakin seyakin yakinya ini pasti akan menjadi masalah baru buat ku secara dia dekat dengan keluarga pengasuh.
Dan semenjak itu aku sangat membencinya setiap ada kesempatan aku pasti akan sengaja mengerjainya serta menjahilinya,meskipun aku tahu kami hanya akan bertemu setiap hari Jum'ah saja tapi aku selalu antusias menunggu hari itu tiba untuk membalaskan dendamku selama satu bulan tanpa Kamera.
Tidak terasa sudah satu tahun disini, dan liburan panjang datang tapi aku enggan sekali untuk pulang karna ternyata disini sangat menyenangkan terlebih di bawah pohon Asem jalan tambak itu sungguh membuat ku jatuh cinta dan enggan untuk pulang, kalaupun aku pulang yang ada aku hanya akan di tinggal oleh Mama mengerjakan seluruh bisnisnya saja jadi aku memutuskan akan tinggal disini sampai saatnya nanti aku harus pulang, dan di pohon Asem itu juga aku sering bertemu tanpa sengaja dengan si Keling, dia mengaku kalau itu adalah tempat favoritnya dari kecil dan disana juga aku sering tanpa sengaja melihat dia memanjat pohon Asem itu dan akan menlancarkan hafalanya di atas pohon.
Semakin kesini semakin aku tidak mengenalinya karna ternyata begitu banyak rahasia yang tidak aku ketahui tentang dia, dan dia akan menjadi seperti orang lain saat sedang melancarkan hafalanya karna pada saat itu suara cemprengnya akan berubah sangat lembut serta mendayu dayu membuat setiap yang menderngarnya seperti ada sesuatu rahasia besar yang hendak di sampaikan dari setiap caranya mengaji, padahal setiap ayat dari Al-Qur'an itu sama tapi mengapa aku tidak bisa mengikuti cara dia membaca, karna setiap aku mendengarkanya pasti akan beda beda dan tak jarang sampai membuatku merinding, ada sedih juga bahagia juga berbagai emosi dari cara dia melafalkanya.
Pemandangan apa ini saat sore ini aku hendak pergi ke tempat biasa, kenapa dia menatap seseorang itu dengan sangat lembut begitupun dengan seseorang yang berada di depanya, mereka saling tersenyum menyiratkan kerinduan di antara mereka, apa dia punya pacar,.? tanya konyol hatiku dan dengan sengaja aku merusak moment bahagianya itu, meninggalkan mereka dengan muka payah sekali,lalu aku menunggunya di balik benteng yang menjulang dan tak lama dia keluar maka sifat jahilku kambuh lalu mengagetkanya, melihat dia terjatuh dan mengerang kesal kepadaku entah mengapa membuatku sangat bahagia sekaligus terhibur, kejar kejaran tak terelakan lagi saat aku mengambil hadiah dari pacarnya itu, entah karna apa dia tiba tiba berhenti dan kamipun terjatuh dengan posisi dia berada di bawahku, baru kali ini aku melihat wajahnya dari jarak yang sangat dekat.
Kulit wajahnya gelap namun bercahaya dan pandanganku seperti tidak mau meninggalkan matanya yang ternyata sangat indah itu, mata jernih kecil berbentuk elips dengan bulu mata panjang lurus kebawah tidak ada lentik lentiknya sama sekali, sungguh sangat lucu saat di buatnya menggerjap beberapa kali, dan entah mengapa darah di jantung ku tiba tiba berdesir melihat matanya sebelum ahirnya dia memukul ku.
Bayangan matanya yang mengerjab terus saja menghantui pikiranku hingga malam tiba dan baru kali ini selama 17 tahun umurku aku merasakan hal aneh pada diriku, dan dari sekian banyak cewek cewek yang bertebaran disini kenapa harus dia yang membuat ku meraskan sensasi mimpi basah untuk pertama kalinya.
Keesokan harinya aku masih saja terus gelisah ingin melihat matanya yang sungguh sangat lucu menurutku, dan ketika yang ku tunggu tak juga datang aku memilih membeli batre jam dinding di kamar kami yang mati di luar koperasi pesantren. Dan tanpa sengaja aku melihatnya tengah di kelilingin oleh cewek cewek seumuranya yang sangat kontras dengan penampilanya. Pada awalnya aku menikmati pemandangan ini, karna melihat sisi lain dari dia yang tidak sama sekali menjawab olokan temanya dan lain jika bersamaku, namun rasa sakit tiba tiba ikut hadir saat dia bersimpuh memunguti sesuatu yang terjatuh dari stang sepedanya, kulihat bulir bulir beras yang tak seberapa itu hanyut tersapu air hujan yang deras, dan tanganya yang kecil itu mengais dan terus mengaisnya sembari terisak kecil, saat matanya yang sangat lucu itu penuh dengan bulir bening hatikupun ikut menangis terluka, dan ingin sekali aku menguatkanya, tapi yang keluar dari bibirku hanya ucapan singkat untuk mengantarkan dia pulang, untuk pertama kali ini, dia berbicara lembut padaku dan memanggilku dengan sebutan Kang.
Sisa belanja yang hanya tak seberapa itu di taruhnya di dalam kaosnya, lalu pergi meninggalkan aku yang masih terpaku menatapnya tanpa kedip, dan entah atas dorongan apa aku pergi mengikutinya hingga sampai di sebuah rumah atau lebih tepat di sebut gubuk, karna itu sungguh tidak layak di sebut sebagai rumah di sana sini terdapat tembelan dan terlebih di bagian belakang rumah yang di fungsikan sebagai apa aku sendiri tidak tahu,disana dinding yang terbuat dari anyaman bambu itu bolong di bagian bawah dan bisa di buat larian anjing jika berkejaran, remuk redam hatiku membayangkan bagaimana susahnya hidup sebagia dia, dan semua senyum, tawanya serta kegigihanya dalam mencari ilmu menjadi bukti bahwa dia seorang yang sangat kuat menghadapi segala pahit, getir kehidupan, dan saat airmata hendak merembas ikut keluar dari mataku aku berbalik untuk kembali ke Pesantren, dengan berjanji dalam hati bahwa tidak akan ku sia siakan kesempatan belajar yang telah di berikan oleh Mamaku, melihat ternyata begitu masih beruntungnya diriku bisa belajar tanpa harus berkorban apapun...
POV Huda end...
####
Menghela nafas dalam bahkan dalam sekali...
By: Ariz kopi
@maydina862
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Neneng Fauziah
😭😭😭
2021-09-15
1
Lilik Nurindah Sari
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2021-04-04
1
Anita Wahyu
nyesek mak novelmu yg ini banjir air mata😭😭😭
2021-03-26
1