Part 10

Happy Reading...

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Waktu kian terus berlalu meninggalkan hari hari yang kemarin menjadi sebuah kenagan manis ataupun pahit, dan tanpa persetujuan dari siapapun dia terus saja bergulir, hingga ahirnya tak terasa aku sudah berada di penghujung liburan Pesantren ku dan besok sudah waktunya aku juga mbak Afiqah untuk kembali ke Pesantren. Dalam hampir dua minggu ini aku termasuk banyak menghabiskan waktuku untuk membantu pekerjaan Emak jika siang hari, dan akan ke ndalem saat sore tiba dan menghabiskan waktu malam disana hingga pagi datang..

Mas Hafidz juga Kak Dahlia pun juga sudah kembali ke Pesantren masing masing untuk kembali menuntut Ilmu, dan kemarin sebelum berangkat aku sempat bertemu tanpa sengaja sebentar dengan Mas Hafidz, juga sempat ngobrol meskipun tidak banyak, ya meskipun aku tidak tau mengapa begitu sedih saat harus berpisah kembali dengan Mas Hafidz tapi setidaknya saat dia kemarin pamit padaku aku merasa sangat senang karna masih di anggab sebagia teman, meskipun saat ini kami sudah tidak lagi menghabiskan waktu untuk main bersama sama tapi ada rasa yang menjalar hangat saat melihatnya tersenyum kepadaku atau kepada siapapun itu yang tanpa sengaja aku melihatnya.

"Kita akan ketemu satu tahun lagi saat usia kita 15 tahun, semoga saja saat aku kembali nanti sampean sudah sedikit berubah lebih dewasa dari sekarang.." kata Mas Hafid sebelum pergi meninggalkan aku sendiri di pinggir pantai waktu kami ketemu secara tidak sengaja kemarin, aku tidak tau apa maksud yang tersirat di dalamnya, tapi menurutku itu sebuah pesan agar aku menjadi pribadi yang lebih baik lagi nantinya.

Satu tahun bukanlah waktu yang lama jika di gunakan untuk belajar dan mengisinya dengan hal positf dan semoga saja waktu satu tahun itu bisa membuatku berubah lebih baik dan tidak akan mengecewakan teman ku.

Dan satu lagi Anoman juga sudah bersikap baik padaku meskipun tetap memanggilku dengan sebutan Keling, tapi semenjak perjanjian waktu itu dia terus saja semangat hafalan karna saat itu pula kami sering bertemu di bawah pohon Asem untuk deresan bareng, dan perkembanganya sungguh sangat luar biasa meskipun masih tertinggal jauh dengan ku, biarpun dia sangat nyebelin tapi nyatanya dia juga yang bisa membuatku tertawa lepas dengan kenarsisanya, memang sangat lucu kalau di pikir, kami yang awalnya saling bermusuhan, dan saling menjahili satu sama lain menjadi sangat dekat di karnakan hutang roti ku padanya, dan setiap ketemu pasti dia akan membuatku berhutang kembali padanya agar aku punya alasan untuk menyimak hafalanya atau sekedar menyimak hafalanku dan selebihnya akan menyuruhku menemaninya untuk berburu foto, hah..dasar orang yang aneh, dan semaunya sendiri,suka menekankan keinginanya, tapi anehnya aku masih saja bisa terjebak dengan dia, setidaknya dia lumayan baik dan hangat meskipun kadang sifat jahilnya suka kambuh...🤭🤭🤭

Kemarin sehabis bertemu tidak sengaja dengan Mas Hafidz di pantai, sorenya aku juga bertemu tanpa sengaja denganya di bawah pohon Asem dan dia bilang sekarang aku juga harus menemuinya untuk menyimak hafalan terahirnya sebelum aku berangkat ke Pesantren besok, sebenarnya aku bisa saja menolaknya tapi aku kalah argument denganya yang menurutku lumayan pintar.

"Jangan pelit pelit berbagi Ilmu, kamu mau jadi orang yang tercela karna tidak mau membagi Ilmu nya pada orang lain, lagi jika nanti Ilmu yang kamu sampikan barokah kan kamu juga yang merasakan manfaatnya..." katanya kemarin waktu aku menolak tawaranya, dan mau tidak mau disinilah aku sekarang, tengah berjalan sedikit tergesa untuk menemuinya di tempat biasa yakni di bawah pohon Asem yang telah di klaim sebagai tempat bersejarah buat dia, walau sebenarnya aku lebih sering di atas pohonya dari pada di bawahnya..🤭🤭🤭

Langkah tergesa ku juga bakalan sia sia saja karna biasanya akan selalu aku yang menunggunya datang, entah apa saja yang di lakukanya setiap harinya karna membuatku lama menunggu dan saat dia datang pasti aku sudah selesai beberapa surah, pernah satu kali dia datang setelah aku menyelesaikan satu Juz, sebel juga capek mesti nunggu tapi enggak bisa marah karna aku berhutang padanya..

Pacuan langkahku berkurang saat ku lihat di bawah pohon Asem, disana dia sudah duduk menantiku dan dengan langkah hati hati sedikit mengendap endap, aku berjalan mendekat ke arah pohon Asem hendak mengagetkanya, hanya tinggal beberapa langkah saja dan tanganku sudah terjulur ke arah punggungnya namun tiba tiba dia menoleh dan membuatku langsung merengut dengan sebal sembari mengerucutkan bibirku lalu dengan kasar mendudukan diriku di sampingnya..

"Telat.." katanya singkat sambil membidikan kameranya ke arah Matahari yang sudah sedikit menjingga itu.

"Biasanya juga sampean yang telat, sekali kali sampean nunggu aku kenapa, toh aku Gurunya.." jawab ku asal saja..

"Baik bu Guru.." jawabnya sambil menaruh kameranya di tasnya..

"Ayo kita mulai.." kataku, sembari tanganku membuka tas ku dan mengambil Mufrod dari sana..

"Aku lagi M.." jawabnya singkat dan merebahkan tubuhnya..

"Ehhh mana bisa gitu.."

"Ya bisa aja, emang aku lagi Males, lain kali saja kalau pas lagi pulang, temani ngobrol bentar dehh.." jawabnya santai, ku tatap dia dengan heran dan sejurus kemudian dia juga menatapku, dan dengan menghela nafas kasar di sertai dengusan sedikit keras aku membuang muka darinya dan mengembalikan Mufrod ku ke dalam tas sambil bergumam pelan..

"Orang punya uang mah bebas.." gumam ku untuk menyindir dia yang sama sekali tidak menghargai waktu orang lain, lalu segera berdiri dari duduk ku hendak pergi dari tempat itu, karna aku rasa alasanku untuk tetap di tempat ini sudah tidak ada lagi.

"Mau kemana..??" tanyanya ..

"Mau berangkat ke pesantren lah.." jawab ku singat..

"Sudah aku bilang disini dulu menemani ngobrol,.." katanya dengan langsung meraih tanganku, dan karna kaget aku langsung menyentakan tanganya..

"Apaan sih pegang pegang, sudah tidak ada alasan untuk ku tetap disini, jadi mendingan aku manfaatkan waktu yang tersisa ini untuk hal yang lebih bermanfaat.." jawabku dan dengan muka tanpa dosa dia malah menautkan ke dua tanganya seolah sedang mencari jawaban yang aku sendiri tidak tahu apa itu..

"Tangan perempuan kok kasar banget kayak parut.." katanya tanpa merasa bersalah sama sekali, mendengar ucapanya segera aku mendelikan mataku ke arahnya tapi sejurus kemudian juga melihat kedua telapak tanganku yang di penuhi dengan kapalan tersebut, cukup lama aku menatap kedua telapak tangan ku sampai tidak sadar bahwa dia sudah berdiri di depanku..

"Mau sampai besok rambut kamu beruban enggak akan berubah tu kapalan, kalau cuma kamu pandang saja.." katanya, lagi lagi aku mendengus sebal mendengar ucapanya, kenapa juga aku tadi mesti datang kemari dan menjadi orang baik bagi dia, toh keyataanya aku juga tetap menjadi orang yang tertindas olehnya.

"Ayolah temani ngobrol sebentar.." ucapnya dengan nada suara lembut yang tidak di buat buat, dan inilah kelemahanku di depanya yang akan melunak begitu saja bila sudah memintaku dengan ucapan yang lembut, sungguh aku tidak bisa mengabaikan sisi baik di hatiku jika sudah ada yang meminta tolong padaku, dengan menghembuskan nafas dalam aku menatapnya yang kini juga tengah menatapku dan untuk beberapa saat mata kami sedikit terkunci..

"Baiklah.." ucapku datar setelah melihat kesungguhan di matanya, bahwa dia benar benar membutuhkan teman mengobrol dan tidak akan menjahiliku..

"Trimakasih..." ucapnya dan kemudian duduk kembali di tempat semula lalu aku mengikuti duduk di sampingnya tidak terlalu dekat juga tapi juga tidak terlalu jauh.

"Katanya mau ngobrol..." ucapku, setelah aku rasa cukup lama tidak ada kata keluar dari dia, dan dia malah asik dengan kameranya..

"Bentar,.." jawabnya singkat saja..

"Kang Huda berapa bersaudara.." tanyaku, tiba tiba dan entah datang darimana rasa ingin tahuku itu, yang pasti aku rasa ini pertayaan standar saja sebagai basa basi, di pandangnya aku sedikit lama sebelum dia menjawab tanyaku.

"Aku anak tunggal, kamu berapa bersaudara..??" tanyanya balik..

"Ohh, anak tunggal pantesan" gumamku lirih lalu menjawab pertanyaanya.

"Saudaraku banyak dan aku anak tertua.."

"Tapi sepertinya kamu tinggal hanya berdua dengan ibu kamu.." katanya dengan ragu ragu,

aku sedikit heran juga darimana dia tau kalau aku hanya tinggal berdua dengan Emak dan tau darimana tempat tinggalku.

"Ohh karna saudara saudarku tinggal bersma orang tua ku,." jawab ku dengan membuang pandangan ku jauh ke arah lain, mengalihkan sesuatu yang menyubit di hatiku.

"Cekrek.." suara bidikan kamera mengarah kepadaku dengan segera aku menatap ke arahnya dan dia tengah tersenyum simpul ke arah kameranya..

"Lagi lagi mencuri gambarku ya.." ucapku sedikit meninggi..

"Ihh.. Ge-Er banget sih, aku ngambil gambar matahari yang berada di belakang mu itu, dasar suka perasan.." jawabnya dengan masih mengamati kameranya, aku menoleh ke samping, ya memang matahari berada lurus dengan tubuhku, kenapa aku bisa berfikir dia mengambil gambarku, lha memang aku ini siapa dia, batinku.

Kami kembali diam sibuk dengan pikiran masing masing sebelum ahirnya dia membuka kata kembali yang tidak dapat aku percayai meski aku mendengarnya berulang kali.

"Ling, Keling, ayo kita jadi teman.." katanya dan serta merta aku menolehnya dengan tatapan tidak percaya.

"Ayo kita jadi teman atau mau enggak kamu jadi teman ku.." ulangnya dan aku masih tetap sama memandangnya tanpa berkedip karna masih belum percaya dengan apa yang aku dengar..

"Ahhh malah melamun.." ucapnya lagi, dengan segera aku menggelengkan kepalaku..

"Apa aku tidak salah dengar, sampean mau jadi temanku..??" tanyaku..

"Iya, ayo kita bertemen, ayo kita menjadi teman, bukankah itu akan menyenangkan punya teman sepertiku.." katanya dengan jiwa kenarsisanya yang mulai kambuh.

"Gimana ya, kan sampean sendiri yang pernah bilang kalau dekat dekat dengan saya jiwa mempesona sampean meredup.." jawabku, bukan apa apa sebenarnya aku hanya takut kecewa, karna aku tidak memiliki teman sebelumnya selain dari Mbak Afiqah, Mas Hafidz juga Kak Dahlia, karna semua teman disini memusuhi ku dan karna mereka menganggab Ibu ku seorang *******.

"Baiklah aku cabut ucapanku itu, dan sekarang kita menjadi teman.." katanya menyetujui dengan sepihak.

"Entahlah, aku tidak punya teman selain dari mbak Afiqah, dan saudara saudaranya. " jawabku masih bingung..

"Maka dari itu tambahkan aku sebagai teman mu, Okey.." katanya dengan mendekat ke arahku dan menjulurkan tanganya..

"Apa..??" tanya ku..

"Kita berjabat tangan sebagai tanda kita sekarang teman.." jawab nya, masih dengan senantiasa menjulurkan tanganya ke arahku..

"Memang ada yang memulai pertemanan dengan berjabat tangan, baru dengar kali ini aku.." ucapku tanpa mau menjabat tanganya..

"Ahh lama bener sih.." ucapnya..

"Iya kita teman, tapi enggak perlu pakai acara jabat tangan segala, lagian tangan ku kapalan, kasar kayak parut nanti tangan sampean yang halus itu tergores kena tangan ku, lagian kita bukan Muhrim.." ucapku dengan ketus mengingatkan kembali dengan ucapanya tadi..

"Ok.. kita jadi teman sekarang,.."

"Tapi janji jangan sampai mematahkan hatiku, karna ini untuk pertama kalinya aku punya teman selain dari keluarga Gus Farid..." kataku, entah apa yang membuatku ingin mengatakan hal itu, aku cuma takut saja suatu saat aku akan di buat kecewa setelah tahu keadaan ku terlebih setelah dia mendengar tentang Ibu ku.

"Kayak pernah tau rasanya patah hati saja.." jawabnya..

"Sudah sering aku mengalami hal seperti itu, sudahlah, sudah mau Mahrib lebih baik aku segera ke Pesantren sekarang.." kataku dengan membalikan tubuhku dan meninggalkanya tanpa persetujuanya..

"Ling, Keling nanti kalau kamu berubah jadi putih aku harus panggil kamu apa ya.." katanya saat langkahku baru dua tapak meninggalkanya..

"Jangan panggil aku Keling,.." ucapku sebal lagi, sungguh hanya Kang Huda yang membuatku seperti jungkir balik, merasa di hargai sekaligus di buat marah, marah di buat sebal, sebal di buat terharu dan rasanya sungguh aku tidak tahan jika tidak meluapkan emosi di depanya dan hanya di depanya saja aku bisa mengexpresikan diriku sendiri dengan nyaman tanpa canggung.

"Tapi aku terlanjur suka dengan panggilan itu gimana dong..." jawabnya..

"Cari panggilan lain, aku tidak mau di panggil itu.."

"Tapi aku tetap akan memanggilmu itu, karna aku menyukainya dan itu cocok dengan mu..." ucapnya seolah dengan berfikir keras..

"Dasar Anoman.." triak ku...

"Ha..ha..ha..ahirnya keluar juga panggilan itu.." katanya dengan tertawa lebar, aku heran saja kenapa dia malah tertawa saat aku memangilnya dengan sebutan Anoman, apa hebatnya juga nama itu, padahal kan Anoman itu seekor kera di kisah pewayangan.

"Jadi nanti kalau kamu sudah putih aku bakal enggak ngenali kamu dong.." katanya dengan mensejajari langkahku..

"Jaga jarak, kita bukan Muhrim lagian banyak mata mata Pesantren, apa sampean mau kena hukuman nanti.." ucapku..

"Ini masih liburan.."

"Libur kan ngajinya, yang namanya santri itu tetap harus menjaga martabatnya sebagai santri.." ucapku sok menasehati..

"Halah kamu saja masih suka naik ke pohon Asem juga, .." jawabnya santai..

"Baiklah kita akan saling mengingatkan nanti, juga saling belajar ." jawabku..

"Jadi aku mesti gimana nanti kalau kamu sudah putih dan aku tidak mengenalimu lagi.." ucapnya dengan serius, aku menghentikan langkahku kemudian berfikir sebentar.

"Memang bisa kulitku jadi putih..." tanya ku padanya dengan nada serius juga..

"Hua..ha..ha..ha.." tawanya langsung pecah mendengar ucapanku.

"Kan tertawa lagi, teruskan saja tertawanya sampai puas.."

"Ya kali saja, kan jelas aku jadi bingung kalau kamu putih dan tidak akan mengenalimu lagi..." ucapnya setelah selesai tertawa, ku hela nafas dalam sebelum aku melanjutkan kataku untuknya..

"Baiklah aku beri tahu satu rahasia dariku yang hanya aku, mbak Afiqah juga Emak yang tahu,.." kataku dengan serius..

"Apa..??" tanya nya dengan serius juga.

"Nihh..aku punya tanda lahir di sini.." kataku dengan sedikit menyibakan jilbabku sampai di samping telinga sebelah kanan, dan dengan intens dia melihat tanda lahir yang berada di pipi kanan dalam ku..

"Enggak begitu terlihat..." katanya..

"Kamu tuh repot banget sih, tadi katanya kalau takut tidak mengenaliku nanti kalau sudah putih, setidaknya tanda lahirku itu juga tidak akan berubah putih kan, hehh.. dasar yang katanya orang cerdas.." jawabku dan kemudian memacu langkahku agat cepat sampai di pintu yang sudah terlihat..

"Ling, Keling..."panggilnya..

"Jaga jarak..." triakku dan langsung berlarian kecil, karna suara dari kang Junet sudah menggema bertanda bahwa Mahrib sudah mau datang dan aku harus segera bergegas.

Bersambung...

####

Bener loh kang Huda jangan kau patahkan hati Zilla, jika sampai itu terjadi bukan tidak mungkin dia akan menjadi seorang yang berbeda dan kamu tidak akan pernah mengenalinya lagi meski kulitnya tetap hitam.

jangan lupa Like, Coment dan Votenya buat Zilla...

Love Love Love...

💖💖💖💖💖💖

By: Ariz kopi

@maydina862

Terpopuler

Comments

Azam Maulana

Azam Maulana

kulit hitam itu karena keadaan zilla, kalu dia anak yang enggk kekurangan pasti kulitnya putih karna terawat

2021-06-17

1

Daffodil Koltim

Daffodil Koltim

penasarab stelah dewasa nanti ktemux bakal gimana?

2021-01-30

1

Rika novita sari lasmidi

Rika novita sari lasmidi

Iya jangan sampek patah karena yg patah tak mungkin bisa kembali tegak..... 🤕🤕🤕

2020-06-30

5

lihat semua
Episodes
1 Part 01
2 Part 02
3 Part 03
4 Part 04
5 part 05
6 Part 06
7 Part 07
8 Part 08
9 Part 09
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Untuk Reader's..
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Spesial Anniversary
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Part 145
146 Part 146
147 Part 147
148 Part 148
149 End at 149
150 Extra Part 150
151 Extra Part Egen..
152 Egen dan egen extra part.
153 Last Extra part.
Episodes

Updated 153 Episodes

1
Part 01
2
Part 02
3
Part 03
4
Part 04
5
part 05
6
Part 06
7
Part 07
8
Part 08
9
Part 09
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Untuk Reader's..
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Spesial Anniversary
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Part 145
146
Part 146
147
Part 147
148
Part 148
149
End at 149
150
Extra Part 150
151
Extra Part Egen..
152
Egen dan egen extra part.
153
Last Extra part.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!