Part 16

Happy Reading...

💖💖💖💖💖💖

Setiap apa yang tertinggal itu akan menjadi kenangan, dan masa masa Khotmil pun juga sudah menjadi kenangan yang tertinggal beberapa bulan lalu, tapi setiap aku menatap foto berbingkai indah di sudut ruangan yang sebenarnya tidaklah begitu pantas untuk meletakanya, hatiku membuncah bahagia, karna saat melihat foto ku dengan Mbak Fika yang tengah tertawa lepas senyumanpun akan tersungging di bibirku, ya itu untuk pertama kali kami bersanda gurau dengan Anoman yang tengah mengambil foto kami berdua dan mencandai kami yang tidak bisa bergaya di depan kamera, dan baru aku tahu ternyata dia tidak semenyebalkan dari pikiran ku sebelumnya.

Dia yang biasanya sangat selengekan, dan berbicara seenak dia, nyatanya di depan Gus Farid beserta keluarga dapat bersikap kebalikanya sekaligus juga sangat sopan, dan kalimat kalimat lembut yang keluar seolah sudah ditata rapi olehnya, sebenarnya aku tidak perlu heran juga, jika mengingat dia berasal dari Jawa Tengah sudah barang tentu secara logika saja memang bahasanya sedikit lebih halus daripada kami yang berada di Jawa timur, terutama daerah ku yakni Banyuwangi, yang mempunyai bahasa tersendiri yakni bahasa Oseng, dan cendurung cepat juga sekaligus lantang dalam pengucapanya.

Dan Bross dari Kang Huda juga masih senantiasa aku simpan dan jarang sekali aku pakai, karna menurutku itu sungguh sangat tidak cocok dengan ku terlebih setelah tau Filosofi dari Bunda Ikah waktu itu, aku justru menyimpannya dengan baik, takut nanti jika dia meminta sesuatu yang tidak bisa aku penuhi, maka aku tinggal menggembalikan kepadanya dengan keadaan yang masih bagus.

Aku yang kini tengah berdiri di tepian pantai membiarkan kaki ku yang telanjang di jilat air laut yang silih berganti datang seperti tidak ada lelah terus berkejaran, debur suara ombak yang menghantam karang juga seolah ikut andil dalam melengkapi keindahan pantai selatan yang berpasir hitam kelam ini, terulas senyum tipis saat aku mengingat kejadian beberapa tahun silam, tepatnya 7 tahun yang lalu, saat pertama kalinya aku bertemu dengan Mas Hafidz.

Saat itu aku masih berusia 8 tahun begitupun dengan dia, saat anak anak kecil masih asik bermain dengan mainan mereka justru aku telah menjalani peranan sebagai wayang yang maha kuasa, bagaimana tidak, ketika yang lain mencari kerang untuk sekedar bersenang senang saja aku justru sebaliknya, melupakan senang senang hanya untuk mencari sesuap nasi hangat dari laut yang tengah surut ini.

Masih ku ingat jelas waktu itu seorang anak laki laki datang menghampiriku yang tengah berjongkok sambil mengais ngais di bebatuan karang, dengan senyum manis dia datang menayai ku, suara lembutnya begitu renyah menyentuh gendang telingaku, pipinya yang putih bersih sedikit bersemu merah karna kepanasan,sementara keringat sebesar biji biji jagung terus merembes keluar dari kepalanya yang tertutup peci hitam.

"Apa yang kamu lakukan.." tanyanya..

"Mencari kerang,.." jawab ku singkat lalu kembali fokus dengan pekerjaan ku..

"Aku sudah lihat sampean dari tadi disini,.." katanya lagi..

"Bukan kah ini sangat panas..?" lanjutnya..

"Tidak apa apa, aku sudah terbiasa.." jawab ku sambil terus membenarkan rambutku yang ku biarkan tergerai, rambut merah khas anak pinggiran pantai tentunya..

"Kenapa kamu tidak mengikat rambutmu.." tanya nya lagi, sepertinya dia benar benar memperhatikan aku dari tadi buktinya sampai rambut saja dia komentari..

"Dari pada banyak omong, kenapa sih enggak bantu saja.." celetuk ku begitu saja sembari menghadiahinya sebuah tatapan jengkel tentunya karna terus mengganggu ku..

"Maaf, aku harus segera pergi karna aku sudah pergi dari tadi, takut nanti di cari kemana mana.." jawabnya dengan nada seperti menyesal..

"Ya sudah sana, cepetan pergi menganggu saja.." jawab ku tanpa memperhatikanya..

"Tapi aku janji besok akan membantu sampean.." katanya kemudian

"Iya,kalau aku besok kesini.." jawab ku

"Ya sampai kita bertemu kembali disini.." jawabnya lalu beranjak pergi meninggalkan aku, ku tatap punggungnya yang kurus itu,

"Siapa juga kamu,." gumamaku pelan lalu kembali mengais bebatuan karang, hingga matahari tergelincir aku masih senantiasa disana.

Keesokanya aku tidak mencari kerang, melainkan sedang mencari buah Asem karna Emak ada pesanan dari seorang tetangga, maka dengan senang hati aku ikut Emak mencari buah Asam,tentu saja tanpa di suruh oleh Emak aku langsung memanjat pohon Asem itu dan tak butuh waktu lama aku sudah berada di atas pohon, juga besoknya lagi aku tidak pernah lagi datang ke Pantai karna sedang pasang jadi aku memilih untuk melakukan pekerjaan lain yakni berjualan es Lilin keliling kampung, hingga saat ahir bulan penanggalan jawa baru aku kembali lagi kesana, ya biasanya laut akan surut setiap tanggal awal, tengah dan ahir dari penanggalan jawa, berarti sekitar 15 hari yang lalu lah aku berada disana.

Langkah kecilku kembali ku ayunkan menuju pesisir yang tengah surut, dan setibanya disana dengan menggunakan peralatan seadanya aku kembali mengais bebatuan karang untuk mencari rizki di bawah terik matahari, tidak perduli peluh ku bercucuran, tidak perduli kram di kaki karna terus berjongkok karna itu tidak berarti sama sekali buatku, karna kerasnya kehidupan sedari aku masih balita sudah aku rasakan.

Entah sudah berapa lama aku disini, tangan kecil ku terus sibuk menyibak dan memungut kerang yang bersembunyi di balik bebatuan karang, dan sesekali aku mengusap peluh yang bercucuran serta mengibaskan rambut sebahuku ke belakang, saat aku rasa tiba tiba matahari menggelap aku baru mengangkat kepalaku untuk menoleh, tapi ternyata bukan awan yang menyembunyikan matahari dari ku melainkan anak laki laki yang tengah berdiri menjulang, yang beberapa hari lalu ku temui di tempat ini.

Senyumnya masih sama seperti kemarin, ramah dan hangat, dan pipinya juga masih sama kemerah merahan karna kepanasan, jelas terlihat bahwa dia berasal dari keluarga yang mampu dan bukan orang sini tentunya, karna anak anak asli sini paling tidak memiliki ciri rambut serta kulit seperti ku meski kulitnya tidak sehitam diriku, khas pesisir.

"Pakailah.." katanya, sambil mengulurkan sebuah ikat rambut yang sangat lucu.

"Tidak trimakasih.." jawab ku setelah memandangnya cukup lama.

"Pakai saja, nanti akan ku bantu sesuadahnya.." jawabnya dengan masih menghalangi sinar matahari jatuh kepadaku.

"Sini.." kataku lalu mengambil ikat rambut darinya dan menali rambutku dengan itu.

"Trimakasih ya.." lanjutku cuek dan kembali melakukan aktifitasku lagi.

"Yang di cari seperti apa.." ucapnya yang sudah ikut berjongkok di sampingku.

"Yang seperti ini.." jawab ku sambil menunjukan kepadanya..

"Ohh iya,.." jawabnya, kemudian kami saling diam sibuk dengan pekerjaan kami, hingga air laut yang sudah mulai naik membuat kami harus menyudahi pencarian kerang untuk hari ini.

Saat sudah cukup istirahat, kami sepakat untuk pulang ke rumah masing masing, sebagai ucapan trimakasih karna sudah membantu ku mencari kerang ku berikan dia sedikit kerang untuk di masaknya nanti di rumah, jalan kami yang tidak searah membuat kami harus berpisah di persimpangan jalan tambak yang membentang, kami sama sama berbalik menuju arah tujuan kami masing masing dan langkah ku kembali terhenti saat dia kembali berlari menyusul ke arah ku sambil terengah engah .

"Namaku Hafidz.." katanya setelah bisa bernafas dengan benar..

"Aku Zilla.." jawab ku..

"Nama yang bagus, Zilla,.." jawabnya lalu langsung berbalik dan berlari meninggalkan aku yang masih terus memandangnya hingga tak terlihat dari pandangan ku, dan sesudahnya itu kami sering bertemu di pantai saat pantai tengah surut dan karna dia juga aku mengenal keluarga Gus Farid dan menjadi teman dekat dari Mbak Afiqah hingga kini..

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Senyum kecil masih senantiasa menghiasi bibirku saat mengingat itu semua, dan sudah dua hari yang lalu Mas Hafidz kembali dari Pesanten untuk liburan sama seperti ku saat ini, setidaknya itu yang aku dengar dari Mbak Fika. Untuk itulah aku berdiri disini di tempat untuk pertama kalinya kami bertemu meski pantai sedang tidak surut, karna begitu banyak kenangan yang tidak bisa aku hapus disini, karna di tempat inilah untuk pertama kalinya aku memiliki teman.

Dengan menggengam erat ikat rambut pemberianya setahun lalu aku masih senantiasa membiarkan air laut menjilati kaki ku, membiarkanya memberikan rasa perih di bekas goresan goresan kecil karna pekerjaan keras ku.

Aku tidak tahu apa alasanya Mas Hafidz suka sekali memberikan ku ikat rambut, meski sudah selama tiga tahun aku tidak pernah lagi memperlihatkan mahkotaku kepada orang yang bukan mahram ku, tapi sepertinya itu menjadi kesenangan tersendiri jika memberikan ikat rambut kepadaku, dan sudah tidak dapat ku hitung berapa banyak ikat rambut yang sudah di berikanya untuk ku selama 7 tahun ini.

Aku hendak beranjak dari tempat itu saat ku rasa sudah cukup untuk ku, mengingatkan hatiku soal Mas Hafidz..

"Benar kata Emak,hati ini akan terlalu jahat jika menginginkan yang lebih.." gumamaku pelan, lalu berbalik meninggalkan pesisir pantai dengan senyum yang masih tertahan di bibirku, perlahan dan pasti ayunan langkah ku menyusuri tambak untuk sampai di Pesantren Gus Farid, saat melintas di pohon Asem ternyata aku juga merindukan sikap Anoman yang suka sekali menjahili ku, dan semua berjalan begitu saja jika bersamanya, tanpa ada sekat seperti aku dengan Mas Hafidz, sekat itu makin terlihat bercelah saat aku sudah semakin sadar dengan keadaan ku yang bukan apa apa, dan kembali mengingatkan hatiku bahwa kami hanya teman kecil.

Apa setiap suka itu harus di identikan dengan debaran di dada, seperti aku yang berdebar saat pertama kalinya melihat Kak Galang, tapi rasa kagum untuk Mas Hafidz jauh lebih dari debaran yang aku rasa untuk Kak Galang, rasa ini sudah aku sadari jauh sebelum aku bertemu dengan Kak Galang, rasa itu begitu aku nikmati sebagai seorang sahabat sedari kecil untuknya, hingga hati yang begitu bodoh ini meningkatkanya setahap lebih tinggi dari seharusnya, dan dengan susah payah aku harus menginjak tunas rasa itu agar jangan sampai tumbuh dengan subur dan membuatku harus terjebak dengan sesuatu yang tidak bisa untuk ku masuki suatu saat nanti, lagi lagi aku harus mengingatkan bahwa dia hanya teman kecil ku saja.

Dan berlahan Anoman memasuki kehidupan ku sebagai teman baru yang menyita seluruh pikiranku, dengan sikapnya yang jahil namun juga sering membantuku dia memberi warna baru untuk pertemanan di usiaku yang tengah memasuki puber dan memberi nama lain yang di sebut kagum dengan lawan jenis, sebelumnya aku tidak pernah berfikir ke arah situ hanya saja pada saat beberapa waktu lalu Mbak Fika yang membicarkanya membuatku sedikit memikirkanya..

"Senyum kang Huda itu manis banget ya Mbak Zill.." kata Mbak Fika beberapa waktu lalu saat kami bersiap siap hendak tidur, waktu itu tanpa sengaja kami berpapasan dengan Anoman di depan Asrama pas baru sampai dari Al-Ma'aly pusat, dia melempar senyum ke arah kami dan juga menyapa kami berdua.

"Apa iya sih Mbak Fika.." jawab ku, namun sebenarnya aku juga heran kenapa Mbak Fika membahas soal Anoman.

"Bukankah Kang Huda PSG ya bulan depan..?" kata Mbak Fika, entah itu bertanya atau memberi tahuku, dan aku semakin di buat bingung dengan Mbak Fika..

"Enggak tahu Mbak Fika.." jawabku karna memang aku tidak faham dengan itu semua.

"Biasanya gitu Mbak Zill.." kata Mbak Fika lagi dan banyak lagi yang kita bahas sesudahnya,

Semenjak saat itulah, mau tidak mau aku sering memperhatikan Anoman, dan ahirnya aku harus mengakui memang benar ucapan Mbak Fika senyum Anoman memang manis dan kenapa juga aku harus sering terjebak denganya bahkan menghabiskan waktu denganya saat sedang pulang, dan baru kali ini liburan panjang ku akan ku lewati tanpa ada Anoman di sekitarku yang ternyata baru kusadari bahwa hidup ku sepi tanpa ada dia yang menjahiliku.

Ku hela nafas dalam lalu melanjutkan langkah ku menuju tujuan ku tadi, sungguh masa remaja yang sulit sekali, tapi semua akan hilang begitu saja saat aku kembali ke gubuk tua ku, kerasnya hidup ku dengan Emak harus rela mengubur semua hasrat tentang indahnya masa masa remaja, indahnya menyimpan rasa untuk lawan jenis atau seperti mereka yang berkucukupan, semua pikiran tentang itu akan lenyap saat wajah kriput itu di penuhi oleh peluh, tanganya yang sudah tidak secekatan dulu itu kembali membalik ikan Asin demi dapur yang harus terus mengepul, cukup sadarkan diri bahwa semua itu hanya angan angan, seperti cita cita ku untuk menjadi pengacara yang tak pernah terlahir kepada siapapun karna aku sadar betul itu hanya akan menjadi cita cita yang mengantung di udara tanpa bisa aku meraihnya karna aku tidak punya sayap untuk terbang meraihnya.

Tidak terasa pikiran gila itu membawa langkah ku semakin mendekat ke tempat tujuan ku, di ujung jalan sana sudah ku lihat benteng tinggi menjulang dengan pintu kecil yang tengah terbuka di salah satu sisinya, ku percepat langakah ku agar segara sampai kesana supaya pikiran liar ini segera hilang dan mengantikanya dengan kalam kalam Ilahi.

"Lala... apa kabar..?" sapa sebuah suara sesaat setalah kaki ku baru menapak di balik benteng tinggi, tanpa aku memandanganya sudah dapat ku ketahui suara milik siapa itu yang berada di depanku, dan senyum itu kini berubah semakin hangat dan berwibawa selayaknya nasab yang tersemat padanya, dan semakin jauh dari jangkauan ku tentunya..

Bersambung..

####

Membingungkan..

Seperti diriku yang tengah bingung,

bingung karna habis holiday bukanya happy malah Galau di buat Zilla..🤭🤭🤭

Masih selalu nunggu untuk Like, Coment dan Votenya yah...

Love Love Love...

💖💖💖💖💖💖

By: Ariz kopi

@maydina862

Terpopuler

Comments

Daffodil Koltim

Daffodil Koltim

aya2 wae,,,,ikut alur yg dbuat emak,,,blum berani mnafsirkn apa2😂😂😂😂💪💪💪💪

2021-01-30

1

Umi Nadia Azza

Umi Nadia Azza

yg nulis aja bingung apa lg yg baca 😄

ngikut aja kita mah 😊
semangat mak 💪💪

2020-07-08

1

Mamah Syifa

Mamah Syifa

Pasti bingung karena gatel mb Faiq,
pen di garukin 🤭

2020-07-06

1

lihat semua
Episodes
1 Part 01
2 Part 02
3 Part 03
4 Part 04
5 part 05
6 Part 06
7 Part 07
8 Part 08
9 Part 09
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Untuk Reader's..
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Spesial Anniversary
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Part 145
146 Part 146
147 Part 147
148 Part 148
149 End at 149
150 Extra Part 150
151 Extra Part Egen..
152 Egen dan egen extra part.
153 Last Extra part.
Episodes

Updated 153 Episodes

1
Part 01
2
Part 02
3
Part 03
4
Part 04
5
part 05
6
Part 06
7
Part 07
8
Part 08
9
Part 09
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Untuk Reader's..
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Spesial Anniversary
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Part 145
146
Part 146
147
Part 147
148
Part 148
149
End at 149
150
Extra Part 150
151
Extra Part Egen..
152
Egen dan egen extra part.
153
Last Extra part.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!