Happy Reading...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Perputaran bumi pada porosnya yang memisahkan antara siang dan malam, pagi dan siang, juga memutar waktu menjadikan yang tertinggal di belakang sebuah kenangan, terus saja bergulir tak memerdulikan mereka yang terlena oleh kenangan dan gagal menatap masa depan karna terlalu menikmati rasa yang tidak benar, itu pula yang terjadi padaku empat bulan terahir ini, nilai nilai ku menurun meski tidak drastis tapi itu cukup bagi ku untuk di panggil oleh guru dan memberi peringatan keras terhadap ku.
Cukup, cukup sudah, sekolah hanya tinggal beberapa bulan lagi tentu aku tidak mau keadaan ini terus berlanjut dan membuatku harus mengorbankan beasiswa yang sudah aku incar sedari dulu, yakni bisa melanjutkan sekolah sampai jenjang SMA, mungkin bagi orang lain sekolah sampai ke tahab itu bukanlah hal yang istimewa tapi bagi ku itu layaknya sebuah cita cita yang hanya bisa aku gapai lewat sayap yang ku sebut beasiswa.
Bunda Ikah pernah bilang padaku akan lebih baik jika aku ikut melanjutkan sekolah di Ahliyyah bersama Mbak Fika, dan soal biaya Bunda Ikah dan Gus Farid yang akan menanggungnya asalkan aku mau belajar dengan tekun dan bersungguh sungguh, tapi bagiku selama aku bisa berusaha sendiri, aku akan lebih nyaman melakukan hal itu timbang harus menambah rasa hutang budiku pada mereka yang terus menumpuk dan menumpuk setiap harinya.
Maka karna itulah aku selalu berusaha agar nilai ku tidak sampai jeblok dan empat bulan ini memang terparah banget dalam sejarah nilai ku sampai sampai Guru memanggilku, ku pastikan setelah pulang untuk 2 hari ini aku akan memgembalikan nilai nilai ku seperti sedia kala dan ku pastikan aku akan mendapat beasiswa di tempat Anoman menuntut Ilmu sekarang, yakni SMK Negri di Kecamatan.
Sore ini hati ku cukup bahagia karna datangnya surat dari adik ku Mamad, baiklah, baiklah Ghani, dia mengabarkan bahwa keluarga ku yang berada di Kalimantan semuanya baik baik saja dan usaha Ayah sudah mulai jalan, dan insya'Allah jika tidak ada halangan yang mencegah usaha Ayah berkembang maka sekitar dua tahunan lagi, Ayah akan menjemputku untuk tinggal bersamanya, tak lupa juga Ayah menitipkan sedikit Uang untuk aku dan Emak yang di kirimnya lewat tetangga kami.
Bukan dari nominal Uangnya yang membuatku bahagia mendapat kabar dari Ayah ku, tapi lebih pada cintanya untuk ku yang tidak berkurang meski jarak memisahkan kami, itu jauh sekali dengan Maslikah yang sama sekali tidak menginginkan aku hadir di kehidupanya, yang telah bahagia berkelimang harta. Meski aku belum pernah bertemu denganya tapi foto serta alamatnya masih terekam jelas di ingatan ku dan tidak akan sampai ku lupakan saat nanti aku ada kesempatan mendatanginya dan menuntut penjelasan darinya.
Dengan menggunakan pakaian serba putih, seperti biasa aku berjalan menjemput Ilmu di Pesantren Gus Farid, tapi kali ini dengan sunggingan senyum manis dan tentu saja tanpa pemanis buatan seperti minuman kemasan,🤭🤭🤭🤭.
Pelan tapi pasti langkah kecil ku semakin jauh meninggalkan rumah, ku sertai senandung lantunan ayat ayat Suci dengan berbagai cara baca yang beda beda.
"Lagi seneng nih kayaknya.." kata Anoman yang tiba tiba muncul di pertigaan jalan, aku hanya memutar bola mata ku jenggah lalu kembali melanjutkan langakahku dan terus mengacuhkan dia yang mengekori ku.
"Ling, aku ada kejutan untuk mu.." katanya lagi setelah aku mengahiri lantunan ayat Suci ku, ku toleh dia dan dengan cepat dia mensejajari langkah ku.
"Jauhan.." ucap ku.
"Kenapa sih, kamu kayaknya menghindar dari aku beberapa bulan belakangan ini.." katanya
"Syukur kalau nyadar.." jawab ku singkat.
"Mana bisa gitu, kamu kan sudah jadi teman ku, harusnya..." ku potong ucapanya..
"Ralat, kamu yang maksa aku jadi teman kamu.." ucap ku.
"Apa karna Gus Hafidz waktu itu.." katanya langsung pada poinya dan tanpa basa basi, aku langsung menghentikan langkah ku dan memandang lurus ke arahnya.
"Kenapa sih suka banget ikut campur.." ucap ku kemudian langsung kembali berjalan.
"Enggak ikut campur, cuma curiga saja.." jawab nya enteng dan langsung memgambil tas yang ku pegang lalu lari mendahuluiku, dan mau tidak mau aku berusaha untuk mengejarnya yang berlari ke arah tempat yang sudah empat bulan ini tidak ku datangi, pohon Asem.
Sesampainya di sana Anoman segera meraih tali yang mengantung di dahan paling bawah pohon Asem tersebut, dan jatuhlah dua ayunan yang tebuat dari kayu yang di talikan di dahan besar.
"Kamu menyakitinya.." kata ku saat dia sudah mendudukan dirinya disana.
"Ayolah, aku sudah susah payah membuat ini untuk kita,.." katanya dengan sudah mengayunkan kakinya..
"Kayak anak kecil, baiklah karna aku sedang bahagia saat ini jadi aku kabulkan permintaan mu.." ucap ku, dengan berjalan menuju ke ayunan tersebut dan mendudukan diriku disana, di samping ayunan Anoman. Kami diam menikmati angin yang membelai pelan wajah kami saat tubuh kami mengikuti gerak ayunan yang terus terpacu oleh kaki kami, setelah cukup lelah kami sama sama berhenti dan tanpa sengaja pandangan kami saling bertemu lalu terkunci untuk beberapa saat, dan setelah tersadar dengan segera aku membuanganya begitu saja ke arah lain.
"Sebentar lagi aku sudah mau ujian ujian dan ujian, kamu juga kan..?" katanya pelan.
"Iya.." jawab ku singkat lalu menatap jauh ke depan ke arah Matahari yang telah bersemu jingga di ufuk barat.
"Dan juga Khotmil akan semakin dekat, kayaknya aku akan sedikit sibuk dan kita bakal jarang bertemu.." lanjutnya seolah berbicara pada dirinya sendiri dan ada seperti kesedihan karna tidak bisa bertemu dengan ku.
"Tidak masalah, aku akan lebih bersyukur jika itu benar, dengan begitu aku tidak perlu menjadi korban kejahilan serta ke narsisanmu.." jawab ku cuek.
"Jangan sampai kamu merindukan aku ya.." katanya dengan tawa khasnya..
"Weekkk banget.." ucap ku dengan gaya mau muntah.
"Habis ini kamu mau melanjutkan kemana..??" tanya nya keluar dari bahasan semula.
"Belum tau.." jawab ku menunduk memperhatikan ujung sandal ku yang berbanding terbalik dengan sandal yang tengah di pakai oleh Anoman, dari segi manapun saja kami jelas berbeda..
"Menurutmu Mbak Fika bagaimana..??" tanya ku dan rasanya aku mau merutuki diriku sendiri karna telah keluar tanya seperti itu padanya..
"Mbak Fika.?, kenapa dengan Mbak Fika..?"
tanyanya heran..
"Ya nanya saja, menurutmu Mbak Fika itu bagaimana..?" ulang ku.
"Mau jawaban seprti apa, sebagai seorang laki laki atau sebagai seorang Santri pada Ningnya.." jawabnya dan Deg.. kenapa hatiku berdenyut ngilu saat dia menjawab seperti itu, serta membuat kepalaku makin tertunduk dalam lalu dengan cepat aku menoleh ke arahnya agar tidak begitu ketara bahwa ada rasa aneh yang ikut menyelinab disana.
"Terserah saja.." jawab ku pelan kemudian.
"Sebagai seorang laki laki, jelas menurut ku dia cantik, juga manis, serta berahlaq bagus tentu tidak ada kuranganya, dan sebagai seorang Putri dari Kyai dia sangat pandai dalam menempatkan dirinya juga sopan santunnya sangat terjaga, di tambah kata katanya yang senantiasa lembut menambah nilai bagainya.." jawabnya dengan memandang lekat kepadaku, aku tersenyum lalu mengangkat tangan ku ke depan dan menyingsingkan sedikit lengan bajuku..
"Juga berkulit bersih.." kataku, " Dia tentu menjadi idaman bagi setiap laki laki ya.." lanjutku dan kembali menunduk,
"Bisa jadi, tapi kan setiap laki laki itu punya selera masing masing, kadang ada yang suka dengan yang hitam manis, kadang ada yang suka dengan cewek rame, ada juga yang suka denga cewek yang supel,." jawab nya lalu kembali memandang ke arah ku, "Kalau menurutmu laki laki seperti apa yang kamu inginkan.." tanyanya dan seperti langsung mambidikan anak panah kepadaku dengan pertanyaanya ini.
"Entahlah, yang pasti bukan seperti kamu.." jawab ku lalu berdiri hendak meninggalkanya namun dengan segera dia menarik tangan ku..
"Apa apaan sih..". ucap ku tegas dan langsung mengibaskan tanganya.
"Bukan gitu, rokmu kayak kena darah.." ucapnya pelan seperti malu sekali mengatakan hal itu padaku,..
"Apa.." jawab ku kaget dan langsung memutar sisi rok ku, jelas saja itu adalah darah tapi darah apa aku tidak tahu, aku semakin bingung dan takut,
"Darah apa ini.." tanya ku padanya dan dia makin heran denganku yang belum tau itu darah apa yang tercetak di rok putih ku.
Di helanya nafas dalam sebentar kemudian dia menjawab tanya ku dengan pertanyaan juga.
"Kamu enggak waktunya kedatangan tamu kan. ??" jawabnya..
"Tamu, tamu apa..?"
"Tamu bulanan, menstruasi, hai...." spontan aku langsung berteriak mendengar ucapan itu keluar dari mulut seorang laki laki..
"Stoppp..." ucap ku lantang, dan dengan segera tersadar darah apa ini yang berada di rok ku, ini adalah haid pertamaku dan dosa apa aku hingga Anoman yang harus menyaksikan transisiku dari seorang anak anak menjadi seorang gadis..
"Jangan bilang ini pertama kali buatmu.." katanya dengan menutup mulutnya menertawaiku jelasnya.
"Terus aku musti gimana.." tanya ku koyol dan segera berjongkok karna dengan tiba tiba perut ku terasa kram..
"Cepat pulanglah, tanya sama sohib kamu, jangan bilang kalau sohib kamu itu juga belum pernah dapet.." katanya sambil melepas jaket Hoodie yang di kenakanya.
"Ngawur saja, tapi ide kamu ada benernya juga sih.." kataku, langsung berdiri dan hendak lari namun lagi lagi pergelangan tangan ku di tahan oleh Anoman..
"Apa lagi sih..." ucap ku kembali ingin mengibaskan tanganya namun masih tetap di tahan olenya..
"Kamu itu bodoh atau apa, apa kamu mau semua orang lihat darah yang ada di rok kamu itu, rentangakan tangan.." ucapnya dengan nada tegas dan entah kenapa aku begitu menurut kepadanya mungkin karna aku merasa apa yang di ucapkannya ada benarnya juga. Lalu dia mendekat ke arah ku dan memakaikan jaket di pinggang ku untuk menutupi rok yang terkena noda darah tersebut, jarak yang begitu dekat itu membuat hidung ku mencium aroma Farfum yang di gunakanya dan tanpa persetujuan dariku jantungku tiba tiba berdesir lembut saat tanganya mulai mengikat jaket tepat di perut ku.
"Aku menyukai cewek hitam manis, cewek yang sepertinya selengekan tapi seorang Hafidzul Qur'an, yang kelihatanya nakal tapi sangat manis, yang kelihatanya suka tidak perduli tapi sangat baik dan juga berhati lembut, aku maenyukai mu Zazilla Ni'mah Maulidia.."
ucapnya pelan dan teratur, dan semua ucapanya selesai tepat saat dia selesai juga mengikat jaket di pertutku.
Aku membeku untuk beberapa saat bahkan senyum samarnya membuat desiran halus yang berada di dalam sana sedikit menggila, setelah aku tersadar dari keterbekuanku aku berbalik dan langsung berlari meninggalkanya seorang diri. Ku cerna setiap kata yang keluar dari bibirnya tadi di tambah aroma Farfum yang menguar dari jaket yang tengah melilit di pinggang ku menambah hanyalanku saat berlari, seakan akan aku berlari di tengah tengah taman bunga Mawar yang bermekaran, namun seketika itu pula aku tertusuk oleh salah satu duri dari tangkainya saat tiba tiba kata kata Mbak Fika ikut masuk dalam hayalan ku..
"Hatiku berdebar oleh salah satu penghuni kamar itu mbak Zill, dan senyum manisnya membuatku bersemangat.." ketika kata itu terlintas di benak ku aku terpental kembali ke dunia nyata dan harus kembali memendam semua rasa ini seorang diri, meguburnya di dasar bumi yang paling dalam.
Bersambung...
####
Nah loh.. Emak menyapa kembali, sok tadi yang minta nambah udah Emak kasih tambah lagi, jangan lupa kasih tambah Like, Coment dan Votenya..
Love Love Love...
💖💖💖💖💖💖
By: Ariz kopi
@maydina862
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
mba_yulibae
kamu jahat Mak...kau buat q ikut 😭
2022-07-27
0
uyiz & ruby
tuh kn kejadian jga
fuh gmn tu zill😢
2021-07-12
1
Fanny
kenapa kow jadi sedih ya saat anoma nyatakan cintanya,,, ingat ma Fika😭😭 g rela zilla akan mengalah, demi janji persahabatan nya
2021-03-24
1