Happy Reading...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
"Anomannnnn...." teriak ku tanpa menoleh atau bangun dari tempat ku jatuh, aku sudah lebih dulu meneriaki nama orang yang super ngeselin di hidup ku selama satu tahun ini, alih alih menolong ku berdiri orang super ngeselin dan jahil itu semakin tertawa terbahak bahak sembari melangkah di hadapanku. Dengan santainya dia berjongkok di depanku di ulurkan tanganya mengambil bungkusan pemberian dari Mas Hafidz dan karna gerakan ku yang kurang cepat ahirnya bungkusan itu berada dalam tanganya yang kini sudah berdiri menjulang di depanku. Aku bangkit dari posisiku sembari membersihkan pasir yang menempel di sekitar tubuh ku.
"Kira kira kalau benda ini jatuh ke keamanan, bakal jadi seperti apa ya..??" katanya sambil menimang nimang bungkusan itu..
"Jangan berani berani melakukanya.." desis ku
"Ahh takut aku, sayangnya bohong.." jawabnya dan langsung membawa serta bungkusan itu lari bersamanya, aku tau kemana dia akan pergi setiap sore seperti ini maka dengan langsung mengendong tasku akupun ikut berlari menyusulnya, seperti drama India di TV kami berkejaran di jalan tambak yang sempit sampai di bawah pohon Asem dan berputar putar mengelilinginya, dan saat aku sudah lelah serta ngos ngosan aku langsung berhenti di tempatku dengan memegang lututku dan tanpa ku sadari dari balik pohon Asem yang berlawanan muncul si Anoman itu dengan tiba tiba "Brukkkk..." tubuhnya menabrak tubuhku dan entah dalam hitungan detik keberapa kami langsung jatuh bersamaan dengan posisi aku di bawah tubuhnya, mata kami saling terkunci untuk beberapa detik memperhatikan masing masing dengan jarak yang lumayan dekat bahkan sangat dekat dan sempat beberapa kali mataku mengerjap karna tidak percaya harus terjebak dalam posisi seperti ini dengan orang yang sangat jahil seperti Anoman, sebelum ahirnya aku mendorong tubuhnya dari atas tubuh ku dan langsung memukul perutnya dengan tas ku.
"Suka banget cari kesempatan, dasar.." kataku dan langsung berdiri setelah berhasil membuatnya meringis kesakitan,
"Siapa juga yang mau cari kesempatan sama gadis kayak kamu, di bilang gadis tapi setengah cowok, di bilang cowok kok pakai rok.." jawabnya ketika kami sudah sama sama berdiri.
"Memang apa perduli mu hah, mau aku cewek setengah cowok, atau cewek jadi jadian juga enggak ada ruginya buat kamu.." jawab ku dengan langsung berbalik dan berjalan menjauh dari tempat itu setelah bungkusan pembarian Mas Hafidz sudah berada dalam tangan ku kembali.
"Jelas aku di rugikan, karna pesona ku langsung redup ketika kamu berada di sekitarku.." jawabnya dengan sedikit berteriak, aku hanya berbalik ke arahnya sambil menjulurkan lidahku sebagai tanda mengejek kepadanya. Memang kalau di perhatikan sekilas wajahnya lumayan, maksud ku lumayan adalah lumayan bersih dan tentu lebih putih dari kulitku, dan entah mengapa semenjak kedatanganya ke Pesantren milik Gus Farid, seperti mbak mbak yang lebih gede selalu berebut mencari perhatianya, bahkan yang lebih mengherankan ibu ibu tetangga Pesantren banyak yang berlomba lomba ingin menjodohkan dia dengan putri mereka, aku tidak habis fikir dengan apa yang mereka lakukan justru yang aku fikirkan adalah, apa sih sebenernya yang istimewa dari dia, hingga banyak sekali yang berlomba lomba menginginkanya, meskipun itu sempat masuk dalam fikiran ku tapi tidaklah menjadi prioritas yang harus aku cari tau, karna bagiku hal semacam itu tidak akan mudah untuk ku jangkau lagian aku juga tidak mau berfikir ribet seperti mereka, karna kehidupan ini sudah begitu ribet untuk ku juga Emak ku.
Sembari menyungingkan sedikit senyum aku terus saja berjalan seperti orang yang tuli tanpa mendengarkan teriakan teriakanya yang terus memanggilku dengan sebutan Keling, bodoh amat dengan dia, aku tidak mau meladeni dia yang suka jahil, dan sok tampan.
Dan sunggingan senyum ku semakin lebar tatkala langkah kecil ku sudah berada di depan rumah reot yang telah memberiku naungan selama 14 tahun kehidupan ku ini, aku mengendap endap di samping pintu yang tengah terbuka separo dan sedikit heran karna tumben ada orang yang sedang berkunjung di rumah kami, karna biasanya jangankan berkunjung bahkan menjawab sapaan kami saja mereka enggan.
"Assalamu'alaikum..." ucapku ahirnya
"Wa'alaikumussalam.." jawab suara lirih dari dipan yang sudah usang di makan usia, mataku langsung tertuju pada dipan dimana Emak tengah terbaring lemah disana, sontak dengan langsung membuang tas ku di sembarang tempat aku langsung menubruk tubuh tua itu dan menangis layaknya anak kecil yang di pukul oleh ibunya..
"Emak sakit, apa.." kataku begitu aku sudah puas menangis di sampingnya,
"Kecapekan saja, kamu itu kalau nagis kayak di apain saja, mbok ya malu kamu itu sudah anak prawan, kok masih kayak anak bayi saja kalau nangis.." cerocos Emak sambil memukul sedikit kepalaku, meskipun tangan itu sudah keriput di makan usia jangan tanyakan kekuatnya jika memukul masih sangat terasa sakit..
"Sakit Mak" kataku sambil mengelus kepalaku bekas pukulanya.
"Jangan bilang Emak sakit dari Zilla pulang 15 hari lalu.." lanjutku.
"Sudah Emak bilang kecapekan, sana buatkan air untuk Pakde Mukmin..." ucap Emak, aku yang baru tersadar ada salah satu tetangga sedang berada bersama kami..
"Tidak usah repot repot Yu Mar, saya tadi cuma mampir untuk mengantar suratnya Likah.." katanya lalu mengeluarkan sebuah amplop berwana terang itu kepada Emak.
"Itu surat dari siapa Pakde..??" tanya ku saat Emak buru buru menyimpan surat itu di bawah bantalnya..
"Hanya surat dari Kelurahan, kamu itu kok masih disini sudah Emak bilang buatkan Pakde Mukmin air ..." kata Emak dengan mengangkat tanganya hendak memukul bahuku..
"Tidak usah Zill, Yu Mar, saya pamit dulu, semoga lekas sembuh, Assalamu'alaikum.."
ucap Pakde Mukmin dan langsung berdiri meningalkan rumah kami tentu setelah aku menyalaminya. Aku masih senatiasa duduk di samping Emak, tanganku memijat kakinya pelan sambil menceritakan setiap kegiatan ku di Pesantren juga di sekolahan, dan binar kebahagiaan muncul di mata wanita tua itu, saat aku bilang bahwa aku mendapat beasiswa untuk siswi berprestasi karna aku menyabet juara umum di sekolah sekaligus Pesantren, bersamaan dengan itu sayup sayup adzan Mahrib terdengar dari berbagai penjuru kampung terutama suara khas adzan Kang Junet muadzin andalan Al- Ma'aly.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Keesokan paginya sebelum subuh aku terbangun lebih dulu dan mendapati Emak masih mengigil kedinginan di balik kain jarik yang menjadi selimut kami, ku pegang keningnya sungguh sangat panas, dengan tergesa gesa aku mengambil air dari sumur dan mengompresnya dengan sebuah kain kecil, sebentar saja kain itu sudah mengering, lalu aku celup kembali ke air dan menempekannya lagi begitu seterusnya hingga subuh datang, setelah mengerjakan kwajibanku aku masih senantiasa menunggui Emak di sampingnya sambil sesekali masih membenarkan kompres di kepalanya, mata yang sempat berbinar malam tadi kini masih senantiasa tertutup rapat.
Saat ku pastikan demam Emak sudah mulai turun aku bergegas menuju dapur dan mulai menghidupkan tungku api, lalu memasak air untuk membuatkan minuman hangat agar saat Emak bangun nanti segera dapat minum teh hangat dan akan lekas membaik, dengan keterampilan ku di dapur api kini sudah jadi lalu ku lanjutkan masak sekalian, aku berjalan ke belakang rumah di mana tempat Emak menanam sayur sayuran dalam bekas plastik detergent ataupun bekas plastik minyak goreng, dan sudah aku dapati 3 buah terong dengan cepat pula aku membakar terong tersebut beserta bumbunya sekalian karna tidak ku dapati minyak goreng disana, lalu aku berjalan ke tempat Emak menyimpan beras hanya tinggal satu kali masak saja yakni hari ini, aku tersenyum kecut lalu mengambil beras tersebut dan kemudian mencucinya, setelah selesai aku masuk kembali ke dapur dan ku dapati Emak sudah berada di samping tungku api membetulkan api yang sedikit keluar dari tungkunya..
"Emak kok sudah bangun.." kataku sambil tanganku mengerjakan pekerjaan ku.
"Memangnya Emak enggak butuh shalat apa.." katanya sambil menabok punggung ku pelan,lalu bergegas menuju sumur dan tak lama sudah kembali lagi sambil menggigil kedinginan, setelah selesai shalat Emak kembali lagi ke dapur dan duduk di depan tunggu untuk menghangatkan diri.
"Mak sudah tak buatkan teh lo.." kataku dengan mengupas terong yang sudah aku bakar tadi, bawang merah, bawang putih, serta cabe yang ikut aku bakar tadi kutaruh di lemper beserta dengan garam, micin,kencur juga gula, setelah itu aku ulek jadi satu baru aku masukan terong yang sudah ku kupas dan menguleknya sekalian, baru sesudah itu ku beri parutan kelapa serta daun kemangi dan mengurapnya bersamaan.
"Masak apa Zill..??" tanya Emak sambil meraih gelas tehnya yang berada di sebrang ku..
"Terong bakar mak nyosss Mak.." jawabku asal asalan saja.
"Nanti setelah nasinya matang Emak segera makan dan kemudian istirahat lagi, sambil nunggu Zilla pergi beli obat.." lanjutku..
"Memang kamu punya uang, Emak juga mesti berangkat kerja habis ini..?" tanya Emak..
"Enggak ada kerja untuk hari ini biar Zilla yang gantiin Emak, nanti habis kerja Zilla beliin obat buat Emak.." kataku dengan mengangkat nasi kemudian mengantinya dengan tempat yang lain agar matang dengan sempurna...
"Emak enggak sakit, hanya capek kemarin.."
"Tidak ada alasan, pokoknya hari ini Emak istirahat.." jika Emak adalah orang yang keras kepala maka aku adalah orang yang di atas keras kepala 🤭🤭🤭
"Baik Emak nurut sama kamu.." kata Emak kemudian lalu menyeruput teh buatan ku. singkat cerita aku sudah selesai masak dan mengambilkan makan untuk emak yakni dengan sambel terong ala ala itu beserta lauk ikan asin yang hanya aku bakar juga, perih sebenarnya hatiku memberi makanan orang sakit hanya dengan seperti itu terlebih kepada seorang yang sudah tua seperti dia, namun apa dayaku karna hanya itu kemampuanku saat ini.
Setelah selesai sarapan dan memastikan Emak kembali ke dipan tempat tidur kami, aku mengayuh sepeda ontel yang sudah karatan dimana mana itu untuk berangkat kerja mengantikan Emak. Cuaca hari ini tidaklah secerah kemarin kemungkinan akan turun hujan jika mendung yang bergelayut manja tidak pergi untuk menepi, dan pekerjaan Emak tergantung dari cuaca yang terjadi, jika cuaca bagus dan hasil jemuran Emak banyak maka upah yang di dapatpun akan sedikit bertambah, dan jika cuaca mendung seperti sekarang bisa jadi Emak hanya bekerja setengah hari saja dan itu artinya upah yang di dapatpun hanya setengah hari karna Emak hanya buruh lepas harian, bukan buruh kontrak.
Tidak terasa kayuhan sepedah ku sudah membawaku sampai ke Pabrik tempat bekerja Emak, setelah menepikan sepedah rongsok itu aku bergegas masuk dan bertemu teman teman Emak yang sudah hafal dengan ku dan menyapa mereka dengan sopan, cuitan, pertanyaan bahkan cicitan sempat aku dengar dari berbagai mulut yang berada di situ, menayai baik baik atau sekedar basa basi, juga yang lebih parah adalah hal yang akan membuatku langsung marah sewaktu masih kecil dulu ketika semua orang mengolok ku dengan kata kata, anak yang di buang, anak dari seorang sundal.namun kini ada Al- Qur'an di jiwaku maka aku sekuat tenaga selalu menjaga agar ahlaq ku Qur'ani seperti pesan Bunda Ikah, meskipun itu sangat sulit sekali.
Semua pekerjaan telah usai kami kerjakaan hanya tinggal menjemur ikan saja, namun matahari enggan untuk muncul hingga adzan Dzuhur berkumandang maka dengan berat hati mandor menyuruh kami pulang dan membayar upah kami dengan muka masam, jika sebagian banyak orang yang bekerja disini hanya mengisi waktu luang mereka saja, maka lain halnya dengan ku atau Emakku yang memang menggantungkan hidup kami dari pabrik ini, maka dari itu berapapun upah yang aku dapat akan begitu sangat berharga buat kami menyambung hidup hari esok, ya hanya cukup hari esok tidak perlu muluk muluk untuk menabung bahkan sampai harus bermimpi membeli hal mewah untuk di taruh di dalam gubuk reot kami, itu akan bagai mimpi di saat kita tengah seratus persen sadar dan tanpa tertidur.
Setelah mendapat upah tiga puluh lima ribu aku tersenyum seraya berucap syukur padaNYA atas limpahan rizki hari ini yang insya Allah halal, dan aku bergegas mengayuh sepedaku untuk menuju warung sembako dan membeli beberapa kebutuhan pokok yang sudah tidak tersedia di dapur kami, dan dengan uang tiga puluh ribu aku bisa membeli, minyak goreng setengah liter, bawang putih satu ons, bawang merah satu ons juga, di tambah beras satu kilo yang cukup untuk kami berdua selama dua hari dan tentu juga obat untuk Emak agar segera sembuh, masih sisa lima ribu itu akan menjadi bagian si jago alias celengan Emak, dan hanya di isi jika ada uang sisa.
Dengan senyum sumringah aku kembali menuju rumahku saat gremis mulai datang dan tepat di persimpangan jalan banyak anak anak seusiaku juga sebenarnya merupakan teman SD ku, yang sedang berkumpul dengan sepeda motor mathic keluaran terbaru mereka, aku bingung hendak lanjut mengayuh sepeda ku takut mereka menganggu ku lagi seperti dulu, tapi terlambat bagiku hendak berbalik karna mereka sudah menyadari keberadaan ku dan dengan lantang mereka memanggil namaku untuk mendatangi mereka, maka dengan nafas berat aku mengayuh sepedaku untuk kearah sana yang memang jalanku untuk pulang.
Aku sungguh menyesal karna tidak berbalik saja karna nyatanya mereka tidaklah berubah, dengan sombongnya mereka menghinaku yang hanya naik sepeda rongsokan sedang mereka sudah bergaya dengan motor keluaran terbaru di tambah gaya berpakain mereka yang sudah semakin kekinian, tebuka dimana mana tentunya, dan ahirnya hujanlah yang menyelamatkan ku dari mereka, seolah belum puas menghinaku salah satu dari mereka meraih kresek yang berada di stang ku dan menjatuhkan seluruh belanjaan ku,
"Byurr.." suara beras yang berserakan membuat ku menagis terisak tak bersuara sembari tangan ku berusaha sangat keras untuk memungutinya namun sia sia saja, karna hujan yang datang dengan lebatnya membawa serta butiran beras bersama air yang sudah menganak sungai di tanah, aku terus teisak sembari tanganku tetap mengumpulkan sisa belanjaan ku yang dapat aku kumpulkan terutama obat untuk Emak, hingga sebuah payung datang mengahampiriku saat ku tengadahkan wajahku melihat sesorang yang memayungiku senyum ramah juga tatapan hangat bersahabat tercetak di wajahnya...
#####
Bersambung dulu ya...
Love Love Love...
💖💖💖💖💖💖
By: Ariz kopi
@maydina862
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
ana kristianti123
zedih
2022-05-08
0
momy ida
😭😭😭
2022-04-06
0
Daffodil Koltim
zilla,hatiku perih,smoga ada kebahagiaan yg tk trkira untukmu,,,,,
2021-01-30
1