Part 19

Happy Reading...

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

"Zazilla.." seru sebuah suara yang biasanya sangat lembut kepadaku, dan dengan serta merta kami berdua langsung menoleh ke asal suara tersebut, pergerakan ku terhenti sesaat, mencoba mencerna atas tatapan tajam yang tengah menghujam ke arahku itu di sertai dengan gerak tubuhnya yang berlahan mendekat ke arah kami..

"Mas Hafidz, bantu saya.." kataku dengan langsung menarik kamera yang berada di tangan Anoman, karna Anoman yang sedang fokus menatap ke arah Mas Hafidz, sesungguhnya hatiku terasa sedikit bingung, karna kebingan itulah aku berusaha untuk menutupinya dengan merebut kamera dari tangan Anoman, aku sadar betul saat ini pasti Mas Hafidz sedang berfikir buruk dengan sikapku, tapi itu justru aku rasakan akan lebih baik, karna dengan begitu aku tidak perlu mencari alasan untuk menghindarinya..

"Aku menunggumu di pantai hampir dua jam, tak taunya kamu disini.." katanya dengan tatapan nyalang ke arah Anoman..

"Maaf Mas Hafidz, Zilla lupa.." jawab ku enteng dan tak lupa ku sungingkan sedikit senyum ke arahnya meskipun itu hasil dari paksaan juga.

"Gus, kami kebetulan saja ketemu disini.." ucap Anoman, namun tidak di indahkanya ucapan Anoman, dan justru langsung menuju ke arahku yang pura pura tidak memperdulikanya dan lebih asik dengan kamera di tangan ku..

"Zill, sepertinya kamu memilih hal lain untuk dirimu, padahal aku cuma butuh waktu sebentar untuk kamu mendengarkan aku, baiklah aku mengerti sepertinya itu hanya aku saja yang merasaknya,..." ucapnya pelan sembari memandang ke arah ku dan aku mengalihkanya dengan pura pura fokus ke layar kamera, tetap ku acuhkan dia hingga dia pergi dengan berlahan meninggalkan aku dan Anoman berdua saja, ku angkat pandangan ku saat dia sudah mulai menjauh hingga menghilang di balik persimpangan jalan, lalu aku langsung mengembalikan Kamera kepada pemiliknya dan bergegas menyusul langkahnya, hanya ingin melihatnya sebelum dia benar benar meninggalkan aku lagi selama setahun ke depan.

"Ling, kamu baik baik saja.." ucap Anoman saat aku hanya diam saja, aku hanya mengangguk pelan dan meninggalkan dia seorang diri.

"Kamu tidak baik baik saja Ling.." ucapnya yang sudah menyamai langkah ku.

"Akan lebih baik lagi jika kamu jangan menganggu ku.." ucap ku dan kemudian berlari saat aku lihat mobil keluarga dari Mas Hafidz berjalan perlahan keluar dari gerbang, aku terus berlari dan tak ku pedulikan kaki ku yang tertusuk oleh duri dari tanaman putri malu atau terkena tanah yang masih becek, juga Anoman yang terus mamanggil manggil namaku dan ikut berlari mengejarku lewat jalan kecil tambak untuk menuju ke sisi jalan yang akan di lewati oleh mobil keluarga Mas Hafidz dan Mas Hafidz berada di dalam sana, aku tiba tepat di sisi jalan ketika mobil sudah hampir mendekat ke arahku dan secara perlahan mobil melewatiku, kacanya yang terbuka menampakan Mas Hafidz yang tengah duduk dengan airmuka yang datar tanpa mau menoleh ke arah ku padahal Ayah juga Bundanya melempar senyum kepadaku.

"Selamat jalan, semoga cita cita sampean tercapai serta mendapat Ilmu yang barokah.." ucapku pelan saat mobil sudah berlalu dan meninggalkan kebulan asab bercampur debu di belakangnya, aku masih tetap terus memandanganya hingga benar benar hilang dari pandangan ku, sesal yang telah membuatnya pergi dengan perasaan kecewa, sesal karna harus berpisah dengan salah paham, sesal karna aku tidak mampu menjelaskan semuanya, hingga membiarkanya pergi dengan rasa kecewa, tapi saat dia kembali nanti tentu semuanya akan kembali seperti sedia kala bukan.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Anoman terus saja membuntutiku meski aku tidak menolehnya aku tau dia tetap setia di belakang ku mengekor kemanapun kaki ku melanglah, di sertai gumaman ayat ayat Suci aku terus saja membawa langkah ku semakin menjauh dari Pesantren dan berahir di pinggir pantai tepat di tempat Mas Hafidz berdiri tadi dan terukir nama Zazilla disana yang masih belum tersapu ombak, pasti lambat laun itu akan hilang saat ombak besar datang menghapus semua yang tergores di pasir hitam legam ini, begitupun yang aku harapkan untuk mas Hafidz, semoga kemarahannya padaku akan di sapu oleh waktu dan saat kembali nanti dia tetap akan menjadi sahabatku seperti sedia kala.

"Ling.. sudah hampir Mahrib," ucap Anoman pelan, tanpa menjawabnya aku berbalik dan melangkahkan kaki ku menuju ke Pesantren, melatih senyum ku di balik kepala yang tertunduk dalam, derap langkah kaki ku seirama dengan derap langkah Anoman yang masih setia berada di belakangku, seperti bayangan yang terus mengekor.

Kami masuk ke Pesantren secara bergantian, aku masuk terlebih dahulu dan langsung menuju ke kamar mandi untuk mencuci kaki serta sekaligus mengambil Wudhu karna sebentar lagi pasti seruan dari kang Junet yang memanggil umat manusia akan segera bergema.

Setelah Shalat mahrib aku masih senantiasa di Mushalla hingga Isya' datang dan setelah itu aku baru menuju kamar, ku lihat Mbak Fika yang tengah melancarkan hafalanya disana seorang diri, pelan aku memasuki kamar agar tidak menganggu Mbak Fika tapi ternyata dia sadar juga dengan kehadiran ku di kamar ini.

"Mbak Zill, kemana saja tak tunggu dari tadi loh.." tanya Mbak Fika, ku sungingkan senyum palsu ke arahnya lalu menjawab nya dengan pelan.

"He..he..he.. habis ikutan siaran langsung di Musholla.." jawab ku

"Ahh Mbak Zilla, ada ada saja, ayo kita mulai deresanaya.." kata mbak Fika lagi..

"Hemm anu, boleh enggak kalau hari ini saya libur dulu Mbak Fik,.." kataku dengan jurus rayuan maut yakni dengan memerkan gigu ku kepadanya.

"Kenapa, sedih karna di tinggal Dek Hafidz, lagian sih mbak Zilla dari mana saja sampai dateng sore bener, ehh bukan sore lagi tapi Mahrib.." jawab Mbak Fika..

"Kok jadi ke Mas Hafidz, kan saya cuma mau tidur.." jawab ku dan sejurus kemudian aku merebahkan tubuh ku..

"Emang Mbak Zilla sudah deres,.." tanya mbak Fika lagi..

"Udah dong, tadi sore di pinggir pantai.."

"Baiklah, mbak Zilla Istirahat, kata Abi kita berangkatnya besok pagi bareng sama Abi dan Bunda yang mau kesana.." kata mbak Fika dan sontak membuatku langsung terduduk..

"Mbak Fika kok baru ngomong sekarang sih..." ucapku dan langsung berdiri mengambil tas dan memasukan baju baju ku ke dalamnya.

"Sengaja.." jawab Mbak Fika sambil terkekeh melihat ku yang langsung dengan sigab bersiap siap..

"Ahh, Mbak Fika nakal.."

"Dikit saja, habisnya dari tadi tak perhatiin Mbak Zilla murung gitu karna di tinggal Dek Hafidz.." mendengar ucapan Mbak Fika tangan ku langsung berhenti dan kembali mengingat cara kami berpisah sore tadi, sungguh perpisahan yang sama sekali tidak aku inginkan, perpisahan dengan salah faham di sertai kekecewaan hingga untuk memandang ku saja dia merasa enggan, meskipun aku ingin menghindar darinya tapi bukan berarti kami harus berpisah dengan cara yang tidak baik seperti ini, aku ingin semuanya kembali seperti dulu saat semua rasa itu tidak ada hanya murni rasa persahabatan.

"Mbak Zill, kok malah bengong.." ucap Mbak Fika membuyarkan lamunanku dan dengan tergagab aku mencoba menjawab Mbak Fika.

"Ahh itu Zilla teringat bahwa Emak belum tau kalau Zilla berangakt besok, apa enaknya Zilla pulang saja sekarang ya mbak Fika.." kataku membuat alasan..

"Emang Mbak Zilla berani,.."

"Ya lewat depan.."

"Jangan, bahaya banyak anak anak muda nongkrong di pos ronda.." jawab Mbak Fika..

"Ya udah kalau gitu mending sekarang tidur saja lah, besok habis subuh langsung pulang saja.." kataku bertepatan dengan aku menutup tas ku lalu kembali merebahkan tubuh ku di kasur lantai dan menutup tubuh ku dengan selimut, sebenarnya mataku enggan sekali tertutup bahkan telingaku sangat jelas mendengar setiap ayat Al-Qur'an yang keluar dari bibir Mbak Fika, hingga Mbak Fika selesai dan mematikan lampu lalu merebahkan tubuhnya di samping ku, pikiran ini terus saja bekerja memutar kembali pada kejadian tadi sore yang sengaja aku ciptakan sendiri, menciptkaan keretakan, menciptakan kesalah fahaman, dan pasti akan menciptakan jarak di antara kami nantinya. Semua rasa bersalah bercampur baur menjadi satu dan berkumpul di dada yang kemudian menyesak disana hingga semua sesak ini berangsur angsur berterbangan saat bayangan indahnya belajar di Al-Ma'aly pusat ikut menari disana dan meringankan semua asa lalu mengantinya dengan buaian mimpi..

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Pagi datang kembali dan seperti biasa aku akan menjalani rutinitas pagi ku dengan menyusuri jalan setapak tambak yang masih berembun, menghirup aroma tanah yang masih basah oleh embun sebulum matahari datang menyapu semua dengan panasnya, tidak ada yang berubah dari dari jalan ini semua masih saja sama seperti dahulu hanya saja setiap harinya akan muncul cerita baru dari sebuah jalan yang hanya biasa ini, rumput yang bergoyang oleh angin pantai, angin yang semilir serta dedauan pohon Asem yang ikut berjatuhan menjadi saksi bisu atas perjalanan ku selama bertahun tahun yang senantiasa di sertai oleh perjuangan keras di bawah garis kemiskinan, harusnya aku cukup sadar diri hanya dengan melihat jalan ini tanpa ada seseorang yang mengingatkan ku lagi.

Sebelum aku kembali tadi Bunda Ikah memanggilku dan mengatakan bahwa kami akan berangkat ke Pesantren pagi ini sekitar jam 09,00, dan memintaku untuk menyampaikan salam ke Emak, agar Emak ikut serta mengantar aku kesana mengingat ini tahun ke tiga aku di Al-Ma'aly dan Emak sama sekali belum pernah melihat tempat ku menimba Ilmu disana.

Sesampainya di rumah ku lihat wajah tua itu berseri begitu aku mengabarkan hal tersebut padanya, dan dengan masih menyungging senyum dia berjalan keluar rumah pamit kepada tetangga yang juga kerja bersama Emak untuk menyampaikan bahwa tidak bisa bekerja hari ini.

Sebelum pukul 09.00 aku juga Emak sudah sampai di Pesantren Gus Farid, masih dengan senyum sumringah Emak ngobrol dengan Gus Farid mengenai perkembangan pendidikan ku, dan senyum wanita tua itu makin mengembang saat Gus Farid bilang bahwa aku termasuk Santri yang bercahaya baik disini maupun di Al-Ma'ly pusat dan tak luput pula Gus Farid memberi nasehat kepadaku agar mempertahankan prestasiku lalu menawariku agar ikut belajar bersama Mbak Fika di Ahliyyah sesudah ini.

"Kakak sudah selesai bersiapnya.." ucap Bunda Ikah saat melihat Mbak Fika turun dari lantai atas dan berjalan ke arah kami.

"Sudah Nda, emm Bunda boleh pinjam Mbak Zilla sebentar enggak.." kata Mbak Fika sambil mencium pipi Bunda Ikah..

"Hemm, rayuanya kurang.." kata Gus Farid, aku juga Emak hanya tersenyum memperhatikan keluarga sempurna ini..

"Abi yang paling baik.." kata Mbak Fika sambil memberikan dua jempolnya pada Gus Farid..

"Hanya itu.." jawab Gus Farid..

"Sementara itu dulu, sabar ya Bi.." jawab Mbak Fika sambil menarik tangan ku agar ikut bersamanya..

"Anak anak selalu seperti itu Mak Mar, biarkan mereka sebentar sambil Mak Mar menghabiskan tehnya.." ucap Bunda Ikah kepada Emak sebelum kami melangkah jauh meninggalkan mereka.

Aku terus di seret oleh Mbak Fika dengan senyum yang sungguh sangat lain dari biasanya dan langkah langkah kecil kami terus naik ke atap di tempat menjemur pakaian, baru setelah itu Mbak Fika melepaskan tanganku dan menuju ke arah pagar yang sedang tidak di tutup itu, pandanganya lurus ke arah Asrama Putra dan akupun ikut mengikuti arah pandangnya dengan heran, karna tidak seperti biasanya Mbak Fika melakukan hal segila ini.

"Ok, Mbak Zill, aku mau jujur sama Mbak Zilla, dan aku berharap Mbak Zilla tidak memberi tahu kepada siapapun nanti.." ucap Mbak Fika serius dan menatapku dengan tatapan seolah aku harus benar benar menjaga rahasia ini.

"Baik janji.." jawab ku singkat, lalu Mbak Fika kembali membuang pandanganya ke arah Asrama Putra dan tanganya mulai menunjuk kesalah satu kamar yang tepat menghadap ke arah kami..

"Hatiku berdebar oleh salah satu penghuni kamar itu di Asrama itu mbak Zill, dan setiap melihat senyumnya membuatku bersemangat menjalani hari.,." kata Mbak Fika dengan tersipu malu, kuperhatikan kamar tersebut dan aku tau siapa siapa yang berada di dalam kamar tersebut meski aku tidak tau siapa yang di maksud oleh Mbak Fika..

"Nahh itu oranganya Mbak Zill.." kata Mbak Fika, lalu dengan cepat Mbak Fika bersembunyi di balik pagar, aku sangat mengenal punggung itu dan aku juga sangat sering mengahabiskan waktu bersamanya, di saat senja di bawah pohon Asem saling menyimak hafalan masing masing sembari menunggu Sunset tiba.

"Anoman.." kataku pelan, setelah pemilik punggung itu berbalik, entah kenapa dia seolah mendengar desisan ku dan dia berdiri lurus memandang ke arah ku dengan senyum hangat tersungging di bibirnya, untuk sesaat aku masih terpaku oleh senyumnya dan ada rasa yang tidak ku mengerti saat mbak Fika mengatakan bahwa dialah orang yang mendebarkan hatinya.

"Mbak Zill, sudah pergi belum Kang Hudanya.." kata Mbak Fika dengan menarik sedikit rok ku..

"Ohh..belum Mbak Fika.." kataku sambil ikut berjongkok dengan Mbak Fika.

"Mbak Zilla janji jangan bilang siapa siapa yah.." kata mbak Fika..

"Iya janji Mbak Fika, tapi masak iya sih Anoman.." jawab ku..

"Anoman..?, siapa Anoman..??" tanya Mbak Fika dengan heran..

"Ya itu, Kang Huda, Huda Pucang Anom, Zilla panggilnya Anoman.." jawab ku.

"Ihh Mbak Zilla panggilnya kok gitu amat, orang manis kayak gitu di bilang Anoman,.." kata Mbak Fika dengan menutup wajahnya dengan kedua tanganya yang sudah mulai memerah, aku tersenyum menyaksikan tingkah Mbak Fika yang malu malu hanya menyebut namanya dan tak lama sesudah itu aku mengajak Mbak Fika untuk segera turun karna sudah di tunggu oleh meraka yang hendak mengantar kami ke Pesantren.

Sesampainya di bawah kami langsung mengambil barang barang kami di kamar, kemudian membawanya ke depan dan tak lama sesudah itu Gus Farid dan Emak keluar dari dalam rumah dan di susul oleh Bunda Ikah dan Gus Ali yang langsung meminta gendong kepadaku, kami berjalan beriringan menuju ke mobil, sebelum Gus Farid masuk ke mobil, beliau terlebih dahulu memanggil Kang Ikhsan tapi yang keluar justru Anoman, aku langsung menundukan kepalaku tidak ingin mataku bersitubruk denganya, bukan apa apa aku hanya menjaga pandangan ku kepada seseorang yang di sukai oleh sahabatku, karna aku takut hatiku akan menghianati mataku, dan membuatku harus kehilangan sahabat kembali karna Anoman juga.

Bersambung...

####

Hemm, memasuki konflik masa remaja, konflik dengan hatinya sendiri...

Hai hai, Emak masih senantiasa menunggu Like, Coment dan Votenya yah...

Love Love Love...

💖💖💖💖💖💖

By: Ariz kopi

@maydina862

Terpopuler

Comments

Naurah Ramli

Naurah Ramli

suka sm ceritanya

2021-02-18

1

Daffodil Koltim

Daffodil Koltim

di dlm diri gus hafidz ada rasa yg terpendam,n di hati zilla ada rasa yg sma nmun sllu dkubur sdalmx2 krn ada prbedaan yg sangat kontras,spya rasa itu msh murni yg berbalut dng nma persahabatan dstu sisi rasa nyaman jga didpt dr kang huda yg rasa itu blum dsadarix krn msh d byangi oleh gus hafidz,,,jdi dilema yg berkepanjangannn,,,,🙏🙏🙏🤔🤔🤔🤔

2021-01-30

1

Mmh Liya

Mmh Liya

jadi sedih mengingat problem hidup zilla dengan kenyataan yg ada

2020-12-20

1

lihat semua
Episodes
1 Part 01
2 Part 02
3 Part 03
4 Part 04
5 part 05
6 Part 06
7 Part 07
8 Part 08
9 Part 09
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Untuk Reader's..
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Spesial Anniversary
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Part 145
146 Part 146
147 Part 147
148 Part 148
149 End at 149
150 Extra Part 150
151 Extra Part Egen..
152 Egen dan egen extra part.
153 Last Extra part.
Episodes

Updated 153 Episodes

1
Part 01
2
Part 02
3
Part 03
4
Part 04
5
part 05
6
Part 06
7
Part 07
8
Part 08
9
Part 09
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Untuk Reader's..
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Spesial Anniversary
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Part 145
146
Part 146
147
Part 147
148
Part 148
149
End at 149
150
Extra Part 150
151
Extra Part Egen..
152
Egen dan egen extra part.
153
Last Extra part.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!