Happy Reading...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Pagi datang kembali dengan kehangatan sinar mentari setelah hujan dari habis dzuhur kemarin hingga semalam entah jam berapa baru reda, sisa sisa air hujan yang masih menempel di dedaunan bersinar bak kristal yang menyilaukan mata tatkala sinar matahati jatuh menimpanya, kehangatan dari sinar matahari itu semakin menghangatkan tubuhku saat tubuh tuanya itu sudah kembali beraktifitas seperti sedia kala, tangan tua itu sangat terampil dan cekatan dalam menyiapkan sarapan buat kami berdua, yakni nasi aking dengan sambel terasi, karna beras kemarin yang hanyut terbawa air itu ahirnya kami pagi ini hanya bisa memasak beras aking yang sudah barang tentu harganya lebih murah di banding dengan beras biasa, di karnakan beras aking hanya nasi basi yang di jemur sampai mengering hingga bentuknya kembali menjadi beras tapi lehih keras dan tidak seputih beras, setidaknya nasi aking yang di urap dengan kelapa serta garam dan di lengkapi dengan sambal terasi osek bisa sebagai penganjal perut sebelum berangkat mengais rezeki kembali hari ini.
Senyum ku kembali terbit dengan berbinarnya mata tua itu, tidak akan ada kesedihan selama dia wanita tercantik dalam hidup ku kembali dapat beraktifitas dan mengomeli ku lagi serta tubuh tuanya yang masih gesit akan berjalan kesana kemari, di sertai tanganya yang akan sedikit sedikit menabok punggung, atau bahuku, itu di lakukan karna sangking sayangnya dia padaku, bagaimana tidak tingkahlah ku yang seperti laki laki di tambah yang sedikit bandel selalu membuatnya berhasil ngomel ngomel setiap harinya, apa lagi kalau sudah mencari ku ke semua tempat tidak ketemu dan menemukan aku tengah berada di atas pohon, tidak akan tangung tangung lagi ngomelnya, pasti akan terjadi live streming saat itu juga..🤭🤭🤭, tapi meskipun aku bandel dan pecicilan sekalipun aku tidak pernah malu melakukan pekerjaan apapun asalkan itu halal buat kami, semua aku terima dengan senang hati, tanpa mengeluh sedikitpun asal dia masih bersamaku aku pasti akan kuat..
"Zill, Emak berangkat kerja dulu, jangan lupa nanti kamu ke ndalem,.." pamit Emak sebelum melangkah keluar dari rumah..
"Iya Mak, nanti Zilla nyusul ke pabrik kalau sudah selesai nyuci.." jawab ku..
"Tidak usah nyusul Emak, kamu langsung le Ndalam saja.."
"Sudah Zilla bilang, sekarang masih libur Mak.." kataku sembari tangan ku cekatan menarik kain jarik yang di buat selimut untuk kami, dan hendak mencucinya..
"Ya kamu bantu bantu saja di sana, siapa tahu banyak tamu, ya sudah Emak berangkat, Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumussalam..." jawab ku dan langsung merapaikan dipan tempat kami tidur, lalu mengangkat bantal yang kebocoran kemarin untuk di jemur. Saat tiba tiba beberapa surat jatuh dari bawah aku tertekun untuk beberapa saat kemudian teringat akan surat yang di berikan oleh pakde Mukmin kemarin,ku pandangi sebentar sebelum ahirnya tangan ku terulur meraihnya dan menaruhnya di dipan depanku lalu aku tinggalkan itu disana untuk melakukan pekerjaan ku.
Denting jam di Masjid yang cukup keras sembilan kali menghentikan aktifitasku bersih bersih yang sudah usai setelah menjemur tikar juga sarung bantal dan kemudian kembali kedalam dengan mengerjapkan mataku beberapa kali karna masih gelap, ketika hendak pergi ke dapur mengambil air minum mataku tiba tiba tertuju pada beberapa surat yang tengah teronggok di atas dipan karna tirai dari pintu aku cuci maka tidak ada lagi pembatas disana, tiba tiba rasa penasaran ku timbul dan ingin sekali segera tahu apa sebenarnya isi dari surat surat itu, dengan tergesa setelah dari dapur aku masuk kemar dan mengambil surat surat ku bawa ke bagian ruang tamu.
Ku periksa satu persatu surat surat itu, dan kebanyakan tertulis dari Masrukin, aku berfikir sebentar tentang nama itu dan setelah aku ingat aku membulatkan mulutku membentuk huruf O besar, sambil bergumam..
"Ohhh pakde Ukin, ternyata masih sering berkirim surat sama Emak,.." gumamku sambil membuka suratnya, Pakde Ukin adalah anak Emak yang pertama dan jumlah anak Emak ada berapa aku sendiri juga tidak tahu karna Emak tidak mau menjawabnya jika ku tanya dan akan bilang jika aku yang akan paling baik di antara semuanya, Pakde Ukin tinggal di Jawa Tengah dan seingatku hanya dua kali datang kesini menjenguk Emak, itupun tanpa anak Istrinya, tau sendiri perjalan dari Semarang ke Banyuwangi itu cukup lama selain juga butuh biaya banyak pasti akan berat buat Pakde untuk membawa ikut serta anak istrinya jika tidak memiliki uang saku yang dobel, aku tersenyum membaca isi surat Pakde Ukin yang menuliskan tentang kerinduan kepada Emak juga menceritakan anak anaknya termasuk ankanya yang baru lahir lalu melipatnya dan memasukan kembali ketempatnya..
Tanganku beralih pada amplop yang masih sangat baru, yakni surat kemarin yang kata Emak dari kelurahan, tapi ternyata itu tidak benar karna pada nama pengirim tertulis dengan jelas nama Maslikah serta beralamatkan dari kota Surabaya, aku mengerutkan dahi pelan sambil berfikir kenapa Emak mesti berbohong padaku, lalu dengan berhati hati aku membuka, tidak hanya kertas disana tapi juga sebuah foto ukuran 4R yang memperlihatkan seorang wanita cantik tengah tersenyum bahagia dengan memeluk seorang gadis cantik pula yang mungkin seusia ku atau bisa jadi lebih tua aku atau muda dariku, kulitnya yang putih bersih di tambah pakaian yang bagus serta senyum yang bahagia membuatku enggan untuk berpaling dari foto tersebut dan sebentar saja membayangkan bahwa gadis di foto itu adalah aku betapa aku akan bahagia seperti dia.
Setelah sejurus aku terpana oleh foto itu aku kembali ke dunia nyata lalu mengambil secarik kertas yang berada di dalamnya kemudian membacanya, tidak ada yang sepesial dari surat itu selain menyatakan bahwa sekarang hidupnya bahagia, tidak seperti isi surat Pakde Ukin yang menuliskan tentang kerinduanya dengan Emak, dan biayalah yang menjadikan kendala akan rindunya untuk Ibu yang telah berjuang membesarkanya, aku terus membaca isi surat itu hingga hampir habis, lalu menganggkat bahuku tidak mengerti atas kepentingan isi surat tersebut, jika memang hidupnya sudah bahagia kenapa tidak membawa serta Emak dalam hidupnya tapi justru membiarkannya menjalani hidup di masa senjanya dengan susah payah dalam garis kemiskinan.
Mataku tertekun seketika saat namaku di sebut dalam surat itu juga tidak percaya akan tulisan itu hingga membacanya berulang ulang.
"Mak, jika ingin saya menjenguk sampean katakan pada Zilla bahwa Ibunya sudah tidak ada lagi, katakan padanya bahwa saya adalah saudara kalian, atau ungsikan Zilla dulu ke suatu tempat, saya tidak mau Zilla menjadi penghalang kebahagiaan saya dengan keluarga yang baru, usahakan agar saya tidak perlu lagi ketemu dengan Zilla.."
Aku tidak sanggup lagi meneruskan membaca surat itu, aku tidak pernah merasa tidak seberharga ini selama hidupku, di buang oleh Ibu kandung dan tidak di inginkan di kehidupanya, senyum sinis sekaligus sesak di hati langsung menjalar dan dengan secepat kilat aku merapikan kembali surat surat itu lalu keluar dari rumah berlari sekuat yang aku bisa menuju tempat dimana aku akan merasa lebih lega.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Nafas ku ter engah engah saat aku sampai di tengah tambak di bawah pohon Asem yang tinggi menjulang, ku tengadahkan wajahku memandang ke atas dan sembari berteriak teriak tidak jelas, setelah puas berteriak teriak aku bergegas naik ke atas pohon, naik dan terus naik hingga sampai di dahan yang paling tinggi, menyalurkan emosiku melalui hafalan ku di sertai dengan airmata yang mengucur, dengan nafas tersengal sengal serta isakan isakan aku terus melantunkan hafalanku dengan suara yang lantang, entah sudah berapa lamanya aku di atas sini dan saat aku sudah mulai lelah aku turun dengan sudah menghapus airmata ku serta sudah melatih senyum terlebih dahulu.
"Dueerrr...." suara seseorang mengagetkan ku hingga membuatku terpeleset dari pijakan ku lalu jatuh berdentam di tanah yang hanya tinggal beberapa jengkal saja, tawa terbahak bahak langsung menyeruak masuk di telingaku yang sudah aku tau itu suara jelek milik siapa, ya siapa lagi kalau bukan Anoman si orang jahil dan ngeselin. Setelah menghela nafas kasar dan di sertai memasang muka jutek aku langsung berdiri dan berbalik menatapnya yang tengah tertawa lebar menyaksikan kesialan ku bertemu denganya..
"Puas,.." kataku singkat dengan memandang mukanya yang seperti tanpa dosa tengah memandang ku juga dengan intens..
"Muka kamu lucu banget, enggak punya cermin apa di rumah, udah mata jelek di buat sembab dimana mana.. ha..ha..ha.." katanya lalu kembali tertawa lagi sambil memegangi perutnya, seolah memang aku pantas sekali di tertawakan..
"Bodoh amat, perduli setan dengan kamu.." jawab ku lalu hendak berlalu dari hadapanya..
"Ihh orang jelek marah, malah makin jelek..."
katanya dengan menghalangi jalan ku..
"Minggir enggak.."
"Sayangnya enggak mau.."
"Minggir..." kataku sudah mulai ngegas..
"Enggak..." jawabnya dengan masih tersenyum jahil..
"Apa sih maunya situ.." tanya ku ahirnya..
"Nahhh itu yang aku tunggu tunggu, emang kamu enggak ngerasa bersalah apa sama aku.."
"Salah apaan, perasaan aku enggak ngelakuin apa apa.."
"Sini..." katanya dengan langsung menarik tangan ku kembali di bawah pohon Asem.
"Duduk gih.." lanjutnya setelah mendudukan dirinya sendiri di atas rumput, lalu menyuruhku ikut duduk di sampingnya dengan isyarat matanya..
"Enggak mau, buang buang waktu.." jawabku
"Aku bilang duduk, bandel banget sih di bilangin.." katanya dengan langsung berdiri dan meraih bahuku mendudukan di tempatku berdiri tadi, lalu dia duduk di hadapanku sedikit jauh.
"Gini kan enak, nih makan.." lanjutnya dengan memberikan ku sebungkus roti..
"Tidak usah, trimakasih" kataku dengan mengembalikan sebungkus roti itu.
"Makan saja dari pada aku buang.." lanjutnya dengan membuka bungkus rotinya dan memberikan lagi padaku
"Ini tidak gratis, jadi jangan ge-er duluan, aku mau menawarkan kerja sama yang bagus buat kita.." aku tersenyum sinis juga bergumam pelan..
"Ngomong aja enggak usah berkumur kumur kayak gitu, hobi kok ngedumel dikira semua orang paham dengan bahasa aneh mu itu, makan enggak rotinya kalau enggak aku buang.." katanya dengan mengambil roti dalam gengamanku hendak membuanganya..
"Sini, dikira cari makan itu engak susah apa, main buang buang saja, tidak semua orang seberuntung sampean Kang..." kataku dengan langsung menyahut roti dari tanganya dan langsung memakanya, demi Allah ini rasanya sangat lezat, lembut di mulut dan manis serta ada rasa yang seperti pahit yang tiba tiba pecah di mulut ku, aku menikamati setiap gigitan ku dengan terkagum kagum dengan segala ni'mat Allah yang telah memberikan indra perasa dan membuatku merasakan ni'matnya makan sebuah roti, kini aku tau jadi seperti ini rasanya roti yang sedari dulu hanya ada dalam angan anganku saja dan hanya akan menelan salivaku saat melihat orang memakanya sembari membayangkan rasanya.
"Kayak enggak pernah makan roti saja.." ucapan singkat itu langsung membuatku tersadar bahwa sedang ada orang lain di sampingku, dan mau tidak mau aku harus sadar bahwa dia juga orang yang telah memberikanku roti di tanganku..
"Memang ini untuk pertama kalinya aku makan roti, jadi seperti ini rasnya, yang pahit juga seperti meledak di mulut itu apa yah..?" kataku dengan jujur juga sekaligus bertanya padanya..
"Ha..ha..ha.., ada orang di dunia ini yang baru pertama kali makan roti kayak kamu,.." jawabnya seolah tidak percaya padaku..
"Memang ini baru pertama kali buatku, lagi kan sudah aku bilang setiap orang tidak seberuntung sampean,.." kataku dengan membuang pandanganku jauh ke tambak..
"Baiklah lupakan saja, itu tadi namanya coklat, itu tadi tidak gratis ya, kamu ingat kan.." katanya..
"Iya ingat, lalu apa yang harus aku lakukan untuk membayarnya.." jawab ku setelah menelan gigitan terahirku..
"Aku hanya mau kamu menyimak hafalan ku, atau sebaliknya, gimana setuju..?" katanya dengan mengulurkan tanganya..
"Hemm sepertinya tidak akan sulit, baikalah ayo mulai.." kataku kembali merapikan duduk ku dan menghadapnya lagi..
"Siapa bilang hari ini, besok saja di mulai, lagian juga masih libur Pesantren.." jawabnya enteng saja..
"Ehhh, enggak bisa gitu, rotinya sudah aku telan masak aku harus punya hutang sama kamu.."
"Anggap saja sebagai uang muka kerja sama.."
"Enggak bisa gitu dong, iya nanti kalau aku masih di beri kelonggaran waktu atau masih di beri umur panjang sampai besok, masak aku mat...."
"Ya sudah sebagi pembuka kerja sama kita, aku dengarkan kamu hafalan.." potongnya
"Apa.."
"Iya, kamu yang hafalan aku dengarkan.."
"Tap.. tapi.."
"Ya aku tau kamu sudah lama hafalanya, kemungkinan juga sudah mau khatam, ya sudah gih baca saja kenapa sih, perkara aku ngerti apa enggak itu tanggung jawab kamu sendiri.."
"Kok jadi gitu, kan sampean yang...."
"Kan tadi sudah saya bilang besok saja di mulainya, siapa juga yang ngenyel, lagian udah mau dzuhur, jadi besok jam 09.30 sudah sampai sini,.." katanya dan langsung berdiri dari tempatnya hendak beranjak dari situ..
"Tunggu, tunggu, saya kadang mesti kerja kalau pagi, gimana kalau sore saja sambil menunggu sunset seperti biasanya kita enggak sengaja bertemu disini.." ucapku membuat penawaran..
"Baiklah, besok kita ketemu disini menjelang sunset.." katanya dengan sedikit mengulas senyum hangat, atau aku yang salah lihat karna itu hanya sekilas bahkan sangat sekilas juga samar..
"Baiklah Kang, oh iya trimakasih kemarin sudah membantu saya, Assalamu'alaikum.." kataku lalu berbalik dan meninggalkanya yang masih berdiri di tempatnya, sambil berjalan aku berfikir tidak semua yang awalnya tidak baik akan tetap seperti itu, buktinya kang Huda yang kini sudah sedikit bersikap baik padaku meskipun kata katanya masih ngeselin, dan harapan terbesarku adalah sikap Ibu ku yang tidak menginginkan aku hadir di dunianya juga akan membaik dengan seiringnya waktu, aku rela pergi kemanapun agar dia datang menemui Ibunya yang tak lain adalah cinta ku juga nyawaku, apapun yang tersisa di hatiku untuk nama seorang Maslikah mudah mudahan bukan sesuatu yang akan menjadi bara di kemudian hari, walau bagaimanapun dia telah berjasa melahirkan aku ke dunia ini, dan semoga saja meskipun aku tidak di inginkanya tapi aku lahir atas nama cinta darinya bukan seperti kata orang orang kepadaku..
#####
Bersambung dulu..
Para Reader trimakasih sudah setia untuk emak Maydina,
Emak masih setia menunggu untuk Like, coment serta Votenya untuk penyemangat...
Love Love Love...
💖💖💖💖💖💖
By: Ariz kopi
@maydina862
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Daffodil Koltim
emakx zilla sungguh terlalu,😈😈😈 tp salut dng zilla smua yg bergejolak dhatix dbawa kpd hal2 yg baik,,,💞💞💞🙏🙏🙏
2021-01-30
1
Endang Werdiningsih
smoga suatu saat maslikah yg mengemis buat diakui sebagai ibu oleh zilla
2020-08-19
2
Rika novita sari lasmidi
Tu maslikah boleh dak di sambelin......😡😡😡
Aku tahu itu roti sari****** yg isi coklat kesukaan ku.. 😋😋😋😋
Semangat mak semoga kelak kalo ketemu sama maslikah aku gak emosi biar bisa rujakan..... 😎😎😎
2020-06-30
2