Sekeras apapun sinb dan jungkook mencoba untuk melawan, namun usaha itu dikembalikan lagi pada mereka dengan berkali-kali lipat lebih menyakitkan.
Kebahagian mereka yang berhasil terlepas dari rencana pemotretan nyatanya tidak berlangsung lama. Sebagai ganti dari gagalnya foto pertunangan itu, Ayah jungkook dan ibu sinb memutuskan untuk tidak mengulur waktu lebih lama lagi.
Dan untuk memulai semuanya, sinb diharuskan untuk pindah ke kediaman jungkook. Karena menurut ayah pemuda itu, rumah jungkook juga akan menjadi rumah sinb. Rumah mereka berdua saat mereka menikah kelak, yang berarti untuk selamanya mereka harus tinggal bersama.
Sinb merasa marah dan sangat malu, ini semua sama saja seperti memasangkan penjara lalu menjual dirinya lebih awal. Mengatakan bahwa umur mereka berdua yang masih terlalu muda untuk menjalankan sebuah pernikahan nyatanya dibantah keras oleh sang ibu.
Sinb menghela napas kasar, Dia yang saat ini sedang dalam perjalanan menuju rumah barunya bersama dengan pengawal pribadi jungkook menoleh ke depan begitu mobil yang ia tumpangi berhenti secara tiba-tiba.
"Ada apa? Kenapa berhenti? "
"Itu,,,, " Jawab pengawal Lee gugup.
"Aku lupa, jika ternyata barang milik nona ada yang tertinggal di lobi hotel. Bagaimana kalau kita mengambilnya sebentar? "
Gadis itu memutar bola mata malas, mengira jika tadi mereka menabrak orang atau sesuatu, "Tidak perlu, besok saja ambilkan untukku. "
"Tapi itu sepertinya tas yang berisi barang-barang penting anda nona, kita harus mengambilnya kembali. " Ucap pengawal Lee bersikeras membujuk.
"Ada apa dengan mu? " Tanya sinb menatap curiga pada tingkah aneh pengawal Lee.
Pemuda berpakaian formal serba hitam tersebut, mengusap tengkuknya panik, bahkan berkali-kali terus memandang khawatir kearah rumah milik jungkook.
Sinb yang penasaran pun mengikuti arah pandangan pengawal tersebut. ah, ia mengerti sekarang.
"Antarkan saja barang ku kekamar, ada sedikit urusan yang harus aku selesaikan. " Perintah sinb. Gadis cantik itu mengukir senyum licik pada sudut bibirnya setelah melihat apa yang membuat pengawal Lee begitu ingin membawa dirinya pergi dari kediaman jungkook.
******
Jungkook merasa jika malam ini begitu sangat sempurna. Foto pertunangan dia dengan sinb yang gagal, sang ayah tidak melakukan pergerakan apapun. Dan sekarang,,,, Sang kekasih berdiri tepat dihadapannya, setelah hampir seharian penuh jungkook membujuknya untuk datang.
"Aku harus pulang, jungkook.. " Ucap chaeyon seraya tersenyum kecil kala kekasihnya itu mengeratkan pelukan mereka.
"Tinggal lah sebentar lagi, kita tadi hanya makan malam. Tidakkah kau ingin menghabiskan waktu denganku? " Protes jungkook tidak ingin melepaskan kekasihnya itu.
"Aku harus pergi bekerja, jungkook.. "
"Keluar saja dari sana, aku akan mencarikan pekerjaan baru untukmu. "
Ucapan jungkook barusan terdengar sangat serius hingga membuat chaeyon tidak tahan untuk tertawa. "Kau pikir semudah itu membujuk ku? Aku ini seorang pekerja kerasa jeon jungkook, "
"Dan aku, benci saat kau menjadi keras kepala seperti sekarang. " Jungkook menimpali cepat, chaeyon tersenyum sangat manis lalu mengecup pipi kekasihnya itu singkat.
"Kalau begitu, ayo antarkan aku pulang sekarang. " Ucapnya lembut.
"Tunggu disni, aku akan mengambil motor sebentar. "
Chaeyon hanya mengangguk, menatap kepergian jungkook yang berlari kecil kearah samping rumah, rasanya baru sebentar pemuda itu pergi. Namun chaeyon kembali mendengar suara langkah kaki kembali.
"Cepat sekali?, Ooh, maaf. " Chaeyon mendadak canggung, begitu menyadari seseorang yang berada dihadapannya.
Seorang gadis cantik bersurai hitam panjang, dengan pakaian mewah melekat pada tubuh rampingnya. Kini menatap tertarik pada diri chaeyon dengan senyum sinis yang terukir sangat jelas.
"Kau siapa? " Chaeyon bertanya gugup.
"Kau sendiri? " sinb bertanya balik seraya menaikkan sebelah alis, "Aku rasa berada dirumah seorang laki-laki lajang saat malam hari seperti ini sudah menegaskan tentang siapa dirimu. " Lanjutnya sinis.
"A, aaku,,, "
"Apa yang kau lakukan? " Bentakan sebuah suara yang tentu saja membuat kedua gadis itu langsung menoleh.
Sinb tersenyum menantang,
Menggenggam erat tangan sang kekasih dengan wajah jengah yang hanya ia tujukan pada sinb, tanpa mengatan kalimat apapun jungkook sudah menegaskan tentang hubungan mereka berdua tanpa malu atau sembunyi-sembunyi dihadapan sinb.
"Lanjutkan saja, aku tidak akan mengganggu kegiatan kalian, toh aku hanya ingin istirahat. " Ucap sinb begitu sinis dan tidak perduli.
Ia berjalan melewati tunangannya itu dengan tatapan yang sangat merendahkan, hingga membuat chaeyon yang tangannya masih berada dalam genggaman jungkook pun menunduk malu saat pemuda itu beralih meraih lengan sinb lalu mendorongnya pergi menjauh.
Perlakuan jungkook barusan hampir bisa dikatakan sangat kasar, dan chaeyon yang melihat pun merasa sedikit kasihan pada sinb yang terbelakak marah.
"Apa yang kau lakukan? kau tahu ini rumahku, untuk apa kau kemari? " Desis jungkook menahan emosi.
"Tanyakan itu pada ayahmu. " Sinb menjawab dengan intensitas kemarahan yang sama besar.
Mereka saling membunuh dengan tatapan masing-masing hingga chaeyon yang berada disana pun coba untuk menarik jungkook agar pemuda itu melepaskan tangannya dari sinb.
"Aku pulang, " pamit gadis itu dengan senyum menenangkan, ia lantas beralih menoleh pada sinb dan juga tersenyum bersahabat. "Kau tidak perlu salah paham, aku dan jungkook hanya makan malam. " lanjutnya.
"Siapa yang meminta penjelasan darimu. " Hardik sinb.
"Diam sinb!! " Teriak jungkook muak.
Sinb menggeleng kecil melihat sepasang kekasih yang berada dihadapannya saat ini, lalu tertawa lirih. "Terserah padamu jungkook, bahkan jika kita sudah menikah nanti kau masih mencari wanita lain pun, aku tidak perduli. Hanya saja, tolong jangan pernah membawa wanitamu itu kedalam rumah kita, karena ini sangat menjijikan, kau tahu."
Ucapan yang sinb lontarkan barusan, pada kata 'rumah kita' dan 'Menjijikan' membuat chaeyon tersentak kaget.
"Kau hanya salah paham, aku dan jungkook, kami berteman. " Gadis itu mengatakan nya sedikit bingung, bahkan suaranya pun terdengar bergetar.
Sinb tergelak kecil, "Berhenti bercanda, kau pikir aku anak kecil? "
"Kami benar-benar hanya berteman. " Tegas chaeyon dengan suara yang agak lebih keras, dan sekarang air matanya mulai menetes.
"Bagaimana mungkin hanya berteman, sementara kau selalu mengekorinya kemana pun. "
"SINB! sekali lagi kau bicara,,, " Teriak jungkook menghentikan argumen kedua gadis itu, "Dan untukmu chaeyon, pulanglah. Jangan mengkhawatirkan tentang masalah ini hemm,, " Lanjutnya menghapus air mata sang kekasih.
"Ah, jadi namanya chaeyon? aku kira selama ini namamu gadis pelayan. "
"HWANG EUNBI !! " Raung jungkook murka, amarah yang sejak tadi ia tahan nyatanya meledak juga. Ia menarik kerah baju sinb hingga tubuh kecil gadis itu terangkat dihadapannya.
Sinb yang mendapatkan perlakuan kasar seperti itu, menatap marah pada jungkook. Muak dengan perbedaan perlakuan yang pemuda itu berikan antara dirinya dan chaeyon.
yah, sinb tahu bahwa dirinya tidak berarti apapun dimata jungkook.
"Lepas.!! " Ucap sinb dengan mata yang telah berkaca-kaca.
Jungkook membeku, melihat sepasang mata tunangannya yang memerah, ia sedikit merasa jika saat ini dirinya sangat keterlaluan. sungguh jungkook membenci situasi semacam ini.
Ia melepaskan kerah baju sinb dengan kasar, kemudian menarik tangan chaeyon untuk pergi dari sana, sebelum ia mengingatkan sang tunangan jika setelah ini mereka harus bicara.
Sinb menyeka air matanya yang jatuh dengan susah payah. ia memilih untuk memejamkan mata diatas sofa ruang tamu. Pemuda itu mungkin sebentar lagi akan kembali dengan puluhan pertanyaan yang ingin dilontarkan atau mungkin juga jungkook akan mengusirnya keluar.
"Pria aneh itu ternyata memiliki rumah yang sangat nyaman. " Sinb memuji dengan tulus.
Ia memperhatikan sekeliling, rumah berdesain serba klasik yang juga akan menjadi rumahnya selama beberapa bulan kedepan, atau mungkin berpuluh tahun seperti yang pernah jungkook katakan.
Tatapan gadis itu terpaku pada satu-satunya sebuah lukisan yang tergantung didalam ruangan tersebut. Sinb tersenyum manis dengan sorot mata yang sama persis seperti jungkook, namun lebih nampak ramah dan terlihat bersahabat.
"Menjadi wanita cengeng tidak cocok dengan dirimu. "
Sinb tidak ingin repot-repot mendongak, ia tahu suara milik siapa yang baru menyapa nya . Dia hanya terus menatap pada lukisan itu dengan rasa penasaran.
"Cantik, " Ucap sinb pelan lebih kepada dirinya sendiri.
Jungkook hanya memalingkan wajah, tidak berminat untuk membahas lukisan yang sinb maksud. Ia berjalan kearah sofa lalu menarik tangan gadis itu agar berdiri menghadap padanya.
"Kau terlalu kasar . " ucap sinb sinis seraya membenahi pakaiannya yang sedikit kusut akibat perlakuan jungkook.
Gadis itu berjalan kearah mini bar, lalu menuangkan minuman berkadar alkohol rendah kedalam gelas sloki. Sinb berhasil mendapatkan perhatian jungkook sepenuhnya.
Pemuda itu menatap tajam, saat sinb menyodorkan minuman itu pada dirinya.
"Untuk merayakan putusnya hubungan mu dengan si gadis pelayan. " Sinb beucap santai.
"Kami tidak akan pernah putus.! "
"Ah, benarkah? " Sinb mengangguk tertarik, "Sayang sekali kalau begitu. "
Jungkook menghembuskan napas lelah, "Sebenarnya ada apa dengan semua ini, sinb? "
"Apa kau sedang berpura-pura bodoh dihadapan ku? " Sinb menjawab ketus.
"Bodoh? " Jungkook mengulangi, berusaha untuk bersabar dalam menghadapi sang tunangan.
Sinb mengangguk, lalu bersedekap dengan dagu yang terangkat tinggi. membuat jungkook tidak tahan untuk menyeret gadis itu keluar dari rumah, namun sayang itu hanya angan-angan saja. Jungkook masih cukup bisa untuk menahan diri agar tidak bersikap kasar, orang gila sekali pun pasti tahu jika harus ada salah satu yang mengalah diantara mereka berdua.
"Apa maksudnya dengan kau berada dirumah ku sekarang? "
Sinb menaikkan sebelah alis geli, "Bukan rumahmu, sekarang ini juga adalah rumahku. Dan mulai detik ini kau harus merubah sebutannya menjadi rumah kita. "
Tanpa banyak bicara lagi gadis itu, mengeluarkan surat kuasa yang telah diberikan oleh pengacara keluarga jeon padanya. Sontak tatapan jungkook beralih pada surat yang di ulurkan oleh tunangannya itu.
Sinb tersenyum saat jungkook secepat kilat menyambar surat tersebut dan membacanya tidak sabaran.
"Aigoo, menyedihkan sekali, kau ternyata selalu menjadi yang terakhir mendapatkan berita. " Ucap sinb setengah mengejek.
"Brengsek, apa yang... "
Sinb yang sudah setengah berjalan hendak menuju kamar itu pun, mendadak lengannya ditahan oleh jungkook.
Ia menatap penuh tanya.
"Kau yang meminta semua ini pada ayahku.. " tuduh jungkook.
"Kenapa tidak langsung kau tanyakan saja pada ayahmu, jika ingin tahu. Bukan malah menuduh ku seperti ini. "
"Jangan berkelit, jelaskan saja. " Teriak jungkook tegas.
Sinb sama sekali tidak berniat untuk mengatakan yang sebenarnya pada jungkook. namun, ia juga tidak sudi harus tinggal satu atap dengannya dan dinilai sebagai wanita yang haus akan kekayaan. Apalagi rumah ini adalah tempat dimana jungkook sering membawa masuk wanita rendahan seperti chaeyon sesuka hati.
Alih-alih pergi dari hadapan pemuda itu, sinb dengan berani menyilangkan kedua tangan diatas dada.
"Ayah mu yang membuat peraturan agar aku tinggal dirumah ini sampai hari pernikahan. "
"Cih, kau bercanda. " Jungkook berdecak pelan, entah ditunjukan pada sinb ataukah pada dirinya sendiri.
"Terserah, kau berhak tidak percaya. "
"Tidak bisa! Aku menolak mu untuk tinggal disini"
"Aku juga tidak mau. Tapi aku tidak punya tempat tinggal lain, ayahmu memblokir semua akses ku. Jadi,,,, dimana kamar ku yang sudah kau siapkan? "
Sinb berlalu pergi begitu saja tanpa mendengar jawaban dari jungkook, pemuda itu mungkin saja marah besar, namun sinb jauh lebih marah. Tunangan mana yang suka jika rumahnya dimasuki oleh wanita simpanan dari calon suaminya sendiri? Lagipula apa konfrontasi yang ia tunjukkan pada chaeyon tadi nampak bercanda?
Tentu saja tidak. Sekalipun sinb tidak menyukai jungkook, namun ia masih punya harga diri.
**To Be Continue**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments