'Bermain Sandiwara'

Sinb pikir dengan ia mengikuti perintah paman Jeon dan ibunya untuk tinggal dirumah jungkook makan semua permasalah akan berakhir dengan tenang. Namun nyatanya ia salah besar.

Sinb sadar bahwa jungkook lebih banyak menghabiskan waktu diluar, pulang selalu lewat tengah malam, bahkan pemuda itu kadang lebih memilih untuk menginap ditempat lain. Dan tanpa sadar hal tersebut membuat perasaan bersalah sinb seketika menciat ke permukaan.

Sinb paling tahu bagaimana rasanya terusir dari rumah sendiri, dan saat ini ia membuat jungkook mengalami hal yang serupa.

Pemuda itu sendiri pun sama, ia tahu jika sejak tadi sinb berulang kali menatap kearahnya, namun ia terus mengabaikan. Jungkook pikir dengan ia membiarkan sang tunangan berkeliaran sesuka hati didalam rumahnya, gadis itu akan membawa perubahan disana. bahkan ia sampai rela mengalah untuk tinggal dihotel ataupun dirumah seungkwan agar membuat hidupnya tenang. Namun aneh, jungkook malah merasa bahwa telah mengabaikan seseorang, ia sangat tahu betul bagaimana rasanya diabaikan dan tidak dianggap.

" ayahku akan menggelar konferensi pers besok? " Buka jungkook seraya berjalan menghampiri keberadaan sinb .

"Ibuku sudah mengatakan itu. " Sinb menjawab dengan senyum getir.

Prediksi dia selama ini ternyata salah, hidup tenang tidak akan pernah ada dalam kamus sang ibu maupun ayah jungkook. Semakin banyak orang yang tahu tentang pertunangan mereka, maka semakin banyak pula peluang kedua perusahaan itu untuk mendapatkan investasi besar.

"Apa kau gugup? " Tanya sinb

Gadis itu sendiri sesungguhnya tengah berusaha untuk menenangkan diri di tengah-tengah luasnya lapangan golf yang sebentar lagi akan menjadi saksi, bagaimana takdir akan mempermainkan keduanya.

"Sama sekali tidak. Cukup berakting dengan baik saja, tentu kau pernah mendapat kelas pelajaran akting bukan? "

"Kau bisa, jika mau. " Sinb menjawab dengan nada setengah berbisik. "Kau boleh pergi sekarang. Berpura-pura sakit atau apapun terserah padamu, aku tidak akan menahan. "

Jungkook menatap sinb geli, "Apa harus aku yang melakukannya lagi? "

Gadis itu mengangguk, "Tidak masalah untuk yang kedua kalinya bukan? "

"Lalu kenapa tidak kau saja yang berkorban untuk kali ini? aku rasa kau juga bisa. "

Sinb menggeleng panik, "Kau tahu ibuku seperti apa jungkook. "

"Kau juga tahu, sinb.. ayahku, " Jungkook menjawab dengan nada tulus "Dia jauh lebih menakutkan, dan aku belum sekuat itu untuk melawannya. "

Pupus sudah harapan gadis cantik itu, sinb berjalan dengan langkah gontai ketengah lapangan untuk menyelesaikan permainan.

"Mungkin dikehidup dulu kita adalah musuh jungkook, atau mungkin kita pernah saling membunuh, hingga di kehidupan sekarang kita harus melewati takdir seperti ini. " Ucap sinb seraya mengatur posisi, bersiap untuk mengayunkan stik.

"Atau mungkin juga, kita adalah pasangan yang tidak bisa bersama. " Jungkook menimpali, menggoda keengganan gadis itu lebih lama lagi, "Hingga akhirnya kau dan aku berjanji untuk saling bertemu lagi di kehidupan ini, apapun itu rintangannya. "

Sinb tersenyum sinis, "Terdengar romantis, tapi aku lebih memilih hubungan thriller jika itu menyangkut tentang dirimu. Siapa tahu aku yang menjadi pembunuh. "

Pemuda itu sontak tergelak, lalu mendekat kearah sinb. Merangkul leher tunangannya, seperti saat pertama kali mereka bertemu di bandara.

Aneh, sinb sama sekali tidak mengelak, dia juga tidak meminta jungkook untuk pergi. gadis itu hanya memasang raut wajah memelas dan kembali memohon pada jungkook untuk menggagalkan acara hari ini.

"Dengarkan aku, mulai sekarang kau harus belajar bersabar. " Ucap jungkook masih tetap merangkul sinb, "Tidak mudah menghadapi kedua orangtua kita hanya dengan amarah. " Lanjutnya.

Sinb mencelos, ia menyikut perut jungkook hingga membuat rangkulan pemuda itu terlepas dan sedikit mundur kebelakang.

"Aku harap mereka tahu seberapa kasar tunangan ku ini dalam memperlakukan calon suaminya. " Sindir jungkook seolah dirinya kesakitan.

"Tidak akan mungkin. yang ada besok seluruh sekolah akan tahu bahwa aku adalah gadis menyedihkan yang diduakan juga tidak di inginkan oleh tunangannya sendiri. "

Sahut sinb, menyindir dengan suara paling sedih yang pernah ia utarakan.

Jungkook menghela napas lirih, ternyata hal inikah yang sinb takutkan? bukan karena gadis itu malu tentang hubungan pertunangan mereka terkuak, melainkan karena gadis itu tidak ingin dianggap rendah oleh orang lain.

Sebelah tangan jungkook terangkat, hampir saja ia menyentuh pucuk kepala sinb yang menunduk murung, sebelum akhirnya beberapa caddy car datang membawa para tamu, sudah mulai terlihat dari kejauhan.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan, jungkook? " Sinb bertanya cemas, seolah jika ia hanya bisa bergantung pada tunangannya itu.

Jungkook kembali menurunkan tangannya, "Kau harus tenang. " Ucapnya dengan nada bersahabat, "Kau tunangan ku sinb, meski diatas kertas sekali pun kau tetap berlindung dibalik namaku. Apa kau pikir aku akan diam saja saat kau di permalukan oleh orang lain. "

"Kau yakin bisa bersikap layaknya seorang tunangan? Bukankah dari mereka semua ada yang juga teman sekolah kita? Bahkan mereka tahu tentang hubungan mu dengan chaeyon, " Sinb sengaja menatap pada jungkook, "Oh, apa baru saja aku salah bicara? " lanjutnya polos, begitu menyadari perubahan pada raut wajah sang tunangan yang mengeras.

"Bisa kau tidak membahasnya sekarang? disni hanya ada kau dan juga diriku. "

Sinb mengerti maksud dari perkataan tunangannya itu, para pewaris lain yang juga berada ditempat ini adalah orang pintar. mereka tidak akan menyimpan rahasia besar begitu saja.

"Baik, jika kau berpikir seperti itu, mari kita sambut mereka semua. Tunjukkan seberapa bagus akting kita dihadapan mereka. "

*********

Senyum lebar sinb yang sejak tadi terus merekah, seketika lenyap kala gadis itu memisahkan diri dari kerumunan para pewaris yang terus menginterogasi nya.

Ia berjalan kearah jungkook, menyentuh pelan lengan pemuda itu, lalu memintanya undur diri dari beberapa pewaris lain yang tengah bercengkerama dengan tunangannya itu.

"Maaf sekali teman-teman, sepertinya tunangan ku ini sudah sangat merindukan ku. "

Gelak tawa beberapa orang terdengar kala jungkook mengerling jahil, seraya mengikuti langkah sinb meninggalkan kerumunan nya tadi.

"Boleh aku pergi sekarang? " tanya sinb begitu jarak pendengaran mereka sudah agak jauh dari yang lain, namun masih nampak begitu sangat jelas dalam pandangan mereka.

Mendalami perannya, jungkook perlahan menyentuh lembut pipi sebelah kiri sinb dengan jemarinya, "Kau lelah? "

Mendoktrin diri sendiri bahwa semua ini hanya akting hebat dari seorang Jeon Jungkook, sinb mengangguk pelan lalu melirik sebal kerah kerumunan para gadis-gadis yang saat ini tengah menatap tajam kearah dirinya.

"Boleh kan? " Sekali lagi ia memastikan. dengan nada sedikit merajuk, membuat jungkook menaikkan sebelah alis geli

"Jadi kau menyerah sebelum perang? Ini sama sekali bukan seperti dirimu sinb. " Jungkook tidak mengizinkan nya begitu saja.

"Tapi mereka semua membuatku muak. " Desis gadis itu, kontras dengan bibirnya yang mencebik kesal, "Mereka terus mencerca ku dengan banyak pertanyaan. "

"Kalau begitu berbohong saja, bukankah tidak sulit? "

"Mau sampai kapan? " Sinb hampir berteriak kesal, ia benar-benar sudah tidak tahan lagi. Apalagi melihat reaksi jungkook yang begitu tenang, seolah tidak memiliki ke khawatiran tentang apapun.

Entah karena ingin membuat tunangannya itu semakin kesal, atau karena ingin terlihat menjiwai peran? Jungkook reflek mendorong tubuh kecil sinb kearah sebuah pohon besar yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri tadi, lalu mengurung gadis itu disana.

"J, jungkook, apa yang,,,, "

"Diam." pemuda itu menyela kalimat sinb yang terdengar bergetar, "Lihat mereka, apa semuanya sekarang menatap kearah kita? "

Sinb sedikit menolehkan kepalanya yang terhalang oleh tubuh besar milik jungkook, ia terpana kala melihat kini semua pasang mata tengah tertuju pada dirinya juga jungkook, dan posisi mereka sekarang,,,,? Oh tidak, ini bisa menjadi salah paham besar..

Ia coba untuk sedikit bergeser namun, "Berhenti bergerak, lalu tersenyum padaku. " Perintah jungkook begitu tegas.

"Apa? "

"Kau ingin mereka semua berhenti mencerca bukan? "

Bagaikan anak anjing yang begitu polos, sinb mengangguk pelan. Tidak ingin bertanya lebih jauh lagi, ia menuruti perintah jungkook lalu tersenyum lembut meski perasaan nya sendiri kini tengah bingung, apa tujuan sang tunangan dengan semua ini?

"Gadis pintar, sekarang aku akan mendekatkan wajahku dan kau tidak di perbolehkan untuk bergerak atau pun mundur. " Tegasnya.

Sekali lagi sinb kembali mengangguk, namun gadis itu hampir saja melanggar perintah jungkook, dan memundurkan wajah kalau saja jungkook tidak segera menahan tengkuk nya untuk tetap diam disana.

Begitu sangat dekat jarak wajah mereka,bahkan hidung mancung milik jungkook kini telah menyentuh hidung sinb, hingga mereka bisa saling merasakan hembusan nafas satu sama lain.

Mata pekat jungkook tidak beralih sedikit pun, entah mengapa ia seolah tidak ingin berpaling dari wajah cantik yang ada dihadapannya saat ini.

Sinb tidak berani untuk mengangkat wajah, gadis itu terus menundukkan pandangan matanya, meski ia tahu bahwa saat ini mata pekat jungkook terus menyorot padanya.

"A-aapa masih lama? " suara sinb benar-benar bergetar sekarang.

"Mmm, " Jawab jungkook berdehem singkat.

"Ng, i, itu jungkook, boleh aku bertanya? " ucapnya tersenyum tipis.

"Tanyakan."

"Jika kau memang sangat membenci pertunangan ini, lalu kenapa kau berusaha untuk menutupinya dengan begitu baik? "

"Maksudmu? "

"Bukankah akan sangat bagus jika kita berhenti sekarang? Kalau sampai mereka semua tahu tentang hubungan palsu ini,, "

"Jadi haruskah kita mengakhirinya sekarang? "

Masih dengan menatap gadis itu tajam, Jungkook perlahan menyudahi gerakan tubuh nya yang mengurung sinb dibalik pohon besar, lalu sebelah tangan pemuda itu berganti mengelap bibirnya meski mereka tidak melakukan apapun.

"Aku tidak tahu. " Sinb menjawab lemah. Ia sungguh tidak tahu, haruskan ia benar-benar berhenti sekarang? ataukah ia harus bersabar agar bisa meraih kebebasan sendiri.

"Jika ini memang bisa membuatmu lebih baik, maka kau harus mendengarnya. Kita,,,, tidak akan pernah menikah. " Ucapnya.

Sinb kontan mendongak terkejut. jungkook merasa jika kalimat ini bukanlah yang ingin ia katakan, namun dia juga tidak mengerti.

"Benarkah? "

Jungkook tidak ingin menjawab, ia hanya mengulurkan sebelah tangan, meminta gadis itu untuk kembali menemaninya kedalam medan pertempuran yang belum usai mereka jalani.

"Sungguh dengan apa yang kau katakan barusan jungkook? Kau tidak sedang membodohi ku kan? " Sinb bertanya senang, "Kita benar tidak akan menikah? "

Gadis itu terus bertanya, meski tidak mendapatkan balasan apapun. Dan sayang sekali kini langkah mereka telah mendekat pada kerumunan para pewaris lain yang sejak tadi menanti keduanya.

"Jungkook, jawab aku. "

Mengulum senyum semanis mungkin, dan berakting dengan sangat baik. Jungkook mengusap pucuk kepala sinb dengan penuh sayang.

"Yah, aku berjanji. " Ucapnya, kemudian setelah mengatakan kalimat itu ia menjauh dari hadapan sinb, menyambut kembali senda gurau dari para pewaris yang telah menjadi saksi dimulainya pertempuran jungkook dengan sang ayah.

**To Be Continue**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!