" Ah, maaf . Tadi aku habis shalat Dzuhur. Jadi, agak lama ya ! " ujar Rangga.
" Tidak, oh iya Bapak pasti ingin menggendong putra Bapak? "
Mendengar perkataan Adelia, Adnan berusaha menahan tawanya. Pasalnya, sebutan untuk Rangga terdengar lucu di gendang telinganya.
" Waduh, kok aku dipanggil bapak sih ? Apakah aku setua itu ? " batin Rangga.
" Kenapa nggak panggil mas atau Kakak saja ! " ujar seseorang yang baru saja datang.
" Septian ? " ujar Adnan dan Rangga bersamaan.
Pria yang dipanggil Septian itu mengeluarkan senyumannya. Dia, kemudian mengucapkan salam, dan , dengan senang hati mereka menjawabnya.
" Oh iya Kakak, Adel sebentar lagi harus pulang. Soalnya, Ummi, sama Abi sedang banyak pesanan, jadi, Adel pulang duluan ya ! "
" Baiklah, hati-hati ya sayang! "
" Iya, eh ini, aku titipkan ke Kakak saja. Adek, Tante pulang dulu ya, Assalamualaikum! "
Adelia menyerahkan Arga kepada Adnan, dan dia menerima nya dengan baik. Setelahnya, Adel bersalaman, mencium punggung tangan Adnan, dia kemudian pamitan. Hal tersebut, membuat kedua pria yang sedari tadi memperhatikan mereka sedikit iri. Adelia, berbalik arah, dan mendapati dua orang pria tengah memperhatikannya, dia kemudian tersenyum manis ke arah mereka, dan memberi salam sembari membungkukkan tubuhnya.
" Pak Arga, Mas, saya pamit dulu ya. Assalamualaikum ! "
" Waalaikummussalam ! "
Adelia menangkupkan kedua tangannya di dada, sebagai tanda hormat. Rangga dan Septian pun mengerti, jika seorang wanita yang bukan mahramnya tidak boleh disentuh sama sekali. Itulah cara Islam memuliakan wanita.
" Apa dia tidak ada niatan untuk kembali ke kediaman Firdaus ? Aneh, dia memanggil nama orang lain dengan sebutan, Abi,dan Ummi. Apa ayah dan ibu kamu tahu soal ini? " cerocos Rangga.
" Tidak sama sekali, justru Mama dan Papaku sepertinya, hanya mencintai Aradea, terbukti mereka tidak pernah menanyakan perihal Adelia. Itulah sebabnya, aku sangat membenci kedua orang tuaku ! " kata Adnan kesal.
" M... maaf brother ! " ujar Rangga.
Pria itu hanya bisa menepuk-nepuk punggung sahabatnya tersebut, supaya Adnan bisa lebih tenang, dan tidak di kuasai oleh emosi.
" Tenang saja, aku tidak apa-apa kok ! " ujar Adnan.
Adelia, akhirnya sampai di rumahnya, kemudian dia bergegas menuju toko pakaian Abi, dan, Ummi nya.
" Assalamualaikum, Kak Adel! "
" Wa'alaikumusallam, Reza . Mau kemana? "
" Itu, mau main futsal Kak ! "
" Oh gitu, hati-hati ya ! "
" Iya kak, mari ! "
" Mari ! "
Begitulah, keseharian Adel di kampung ini. Para murid Abi,dan, Ummi nya begitu menghormati dia sebagai anak ustad terpandang di kampung ini. Maka dari itu, Adelia, jadi tidak bisa jauh-jauh dari kampung yang menerimanya sebagai manusia normal ini. Tidak seperti, kedua orang tuanya, dan para saudaranya yang selalu menganggap dirinya sial. Hanya, Adnan saja yang menyayangi dia, di keluarganya.
" Tinggal di tempat, dimana kamu dihargai rasanya begitu menyenangkan. Masyaallah! " batin Adelia.
Setelah berjalan, beberapa menit, Adelia akhirnya sampai juga di toko pakaian milik kedua orang tua angkatnya.
" Assalamualaikum! "
" Wa'alaikumusallam! "
" Ummi, Abi, Adel pulang lebih awal, apakah kalian senang? "
" Masyaallah, tentu saja kami senang, anak kami yang shalihah ini akhirnya pulang juga ! "
" Adel bantu ya, siapa saja yang pesan pakaian hari ini ? "
" Terimakasih Nak, Ibu Romlah, Ibu Widy, Ibu Indri, Bu Uswatun Hasanah, dan Ibu Hesti ! "
" Apa Adel, harus mengantarkan pakaian pesanan ini ? "
" Kalau nggak keberatan, boleh Nak ! "
" Adel, tidak pernah keberatan Ummi . Sini, Adelia antarkan, sepedanya sudah diperbaiki? "
" Iya, tadi pagi Abi sudah membawa sepeda kamu, ke bengkel! "
" Alhamdulillah, kalau begitu Adel pamit dulu ya. Assalamualaikum! "
" Wa'alaikumusallam! "
Malam hari, di kediaman keluarga Rangga, seperti biasanya, mereka makan bersama. Ada, Arga, Mama, Papa, dan, Septian, dan, juga Zaskia adik bungsunya.
" Pa, Ma, aku kemarin bertemu dengan seorang gadis yang sangat mirip dengan Aradea. Kakak iparku ! "
" Ah, yang benar kamu Septian. Aradea, sudah tiada, jangan mengada-ada! "
" Dia serius Ma, Pa ! "
Semua orang, menatap Rangga, pria yang dengan cueknya mengunyah makanannya.
" Ayolah anak-anak, jangan mempermainkan kami yang sudah renta ini ! "
" Iya Nih, Kak Rangga, sama Kak Septian demen banget bikin Mama sama Papa penasaran! " celetuk si Bungsu Zaskia.
" Aku ada bukti, sebentar ku coba kasih liat Mama dan Papa ! "
Setelah mengunyah makanannya, Septian meminta asisten rumah tangga, alias Bi Leha, membawakan handphonenya di nakas. Setelah selesai, dia minum air putih terlebih dahulu, kemudian, dia berdiri dan menghampiri kedua orang tuanya. Lalu, dia menunjukkan photo Adelia, yang sedang bekerja.
" Dia, manajer di restoran bintang lima R.G Pa, Ma ! "
" Ih coba aku mau lihat! "
" Astaghfirullah, Kia sakit tahu ! "
Kedua orang tua, mereka hanya bisa menganga, saat melihat Septian terdorong, dan, jatuh ke lantai.
" Zaskia, dimanakah sopan santun kamu ? "
" Ah, Maaf Kak Rangga! "
" Duduk kembali, ingat jangan seperti itu lagi. Kak Septian juga, nantinya akan memberitahu kamu. Jangan kau dorong dia, tidak sopan tahu! "
" Iya kak maaf, Ya Allah! "
Gadis itu terus bergumam, karena Rangga terus menceramahinya.
" Yang dikatakan Kak Rangga itu benar adanya, kamu tuh kalau dinasehati nggak pernah mau denger. Sadar nggak sih, kalau kamu itu udah dewasa 20 tahun tahu ! "
" Baiklah, Mama. Udah dong, jangan marah lagi sama Zaskia, kan tadi nggak sengaja ih menyebalkan! "
" Sudahlah, berhenti jangan ribut lagi oke. Sekarang, kembali makan, mubazir ! "
" Baik Papa ! " ujar mereka serempak.
" Masyaallah, cantik sekali ya. Penampilannya, begitu anggun, dan, juga sepertinya gadis ini sangat keibuan! "
Mama Rangga, alias Anna, memuji kecantikan wanita yang ada dalam photo di ponsel milik Septian.
" Coba Papa lihat ! "
Anna, menyerahkan ponsel milik Septian pada suaminya, Atmajaya.
" Masyaallah, sepertinya dia cocok dengan anak ke-tiga kita Ma, Si Usman ! "
Mendengar perkataan sang ayah, Rangga tersedak, dia sampai tidak bisa bernapas, kalau saja dia tidak dibantu oleh Septian.
" Astaghfirullah'aladzim, Rangga kamu kenapa sih? " tanya Mama.
" Iya ih aneh banget! " ujar Zaskia.
" Mencurigakan! " ujar Papa.
" Pa, Ma, kali ini Rangga tidak setuju! "
" Kenapa? "
" Karena...!"
" Kak Rangga, jatuh cinta pada pandangan pertama padanya Pa ! " cerocos Septian.
" Apa?"
" Bagaimana dengan Aradea ? Bukankah kamu berjanji tidak akan jatuh cinta kepada selain dirinya? "
" Ma, come on Kakak ipar sudah meninggal. Biarkanlah, Kak Rangga mencari kebahagiaannya ! "
" Iya nih Mama sama Papa. Kayak nggak tahu Kak Usman aja, dia mah tidak akan pernah mau dijodohkan."
" Zaskia, jangan sok tahu deh ! "
" Zaskia benar kok Ma, Pa. Usman, bukanlah seseorang yang dengan mudahnya dijodohkan begitu saja! "
" Iya, Kak Rangga benar, yes akhirnya ada yang setuju sama pendapat Kia ! "
" Mmmmamammaaa ! "
Arga, yang sedari tadi bermain alat pengasah gigi, dia sekarang begitu kegirangan seolah tahu. Jika, Adelia , tidak jadi di jodohkan dengan Usman, adik kandung Papanya .
" Tuh, lihat Arga saja setuju, kalau aku sama Adelia ! "
" Tapi, Rangga Kamu itu sudah berjanji padanya untuk menjaga anakmu seorang diri! "
" Sudah hentikan, kembali ke kursi masing-masing, dan, makanlah kembali. Seperti yang Papa bilang sebelumnya M...! "
" MUBAZIR! "
Mereka serempak, menjawab perkataan sang ayah. Dan, kembali ke kursi masing-masing, dan, makan dengan khidmat.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments