Di Perusahaan Sabun Atmajaya, tepatnya di ruang kerja Rangga . Septian, alias adik dari Rangga. Dia, begitu antusias menceritakan tentang seseorang yang sangat mirip, dengan Aradea, kakak iparnya yang telah tiada.
" Kak, beneran. Aku kemarin liat cewek, mirip banget sama Aradea ! " ujar Septian.
" Aih, sudahlah. Aku mengetahuinya, tidak usah seheboh itu, bisa ? " kata Rangga kesal.
" Ya sudah, sekarang tergantung Kakak saja. Aku sih siap menerima Kakak ipar baru, kasian Arga dia butuh seorang ibu ! " ujar Septian dengan nada dibuat-buat.
" Kamu juga harusnya menikah, sudah mempunyai calon istri kan, maka segeralah menikahinya, kasihan calon istrimu ! "
Septian cengengesan, adik kandung Rangga itu memang sudah mempunyai calon istri. Maka dari itu, dia tidak ingin membuat sang kakak terluka karenanya.
" Nah itu, Kakak paham seharusnya ! " ujar Septian.
Rangga mengangguk,
" Sebenarnya kalau, aku berusaha untuk mengejar gadis itu. Apakah boleh ? " tanyanya.
" Siapa ? gadis berhijab itu ? " tanya Septian bingung.
" Aih, tentu saja . Tetapi, resikonya besar, gadis itu adalah saudari kembarnya Aradea, dan, adik kandung dari sahabatku, Adnan ! " ujar Rangga menerawang jauh.
Septian membulatkan matanya, dia menutupi mulutnya.
" APA ? "
" Sudah kuduga, kamu pasti terkejut dengan fakta sebenarnya ! Maka dari itu, aku berusaha tuli, dan, tidak mau mendengarkan pendapat mu. Aku, sudah mengetahuinya, lebih awal daripadamu. Jadi, sebaiknya jika kamu berniat untuk menikah maka menikahlah. Hal itu lebih baik, daripada nantinya kamu melakukan kesalahan. Jangan memikirkan perasaanku, aku tidak akan terluka karena pernikahanmu . Kamu sudah cukup umur, jadi sudah selayaknya menikah, menjalankan sunah rasul ! " ujar Rangga serius.
Septian mengangguk, ternyata kakaknya itu memang bijaksana. Walaupun dia kehilangan sang istri, akan tetapi, tidak membuat hidupnya hilang semangat. Bahkan, kakaknya tersebut selalu menjadi panutan bagi bawahannya.
" Makan siang, kita makan di restoran yang kemarin ya kak. Aku yang traktir, karena kemarin aku tidak bisa hadir, jadi hitung-hitung sebagai permintaan maaf hehehe ! " kata Septian mencoba mencairkan suasana.
Rangga mengangguk, dan mengiyakan apa yang sang adik katakan.
Siang harinya, Rangga seperti biasanya menggendong Arga putranya yang sangat menggemaskan, Arga sedang aktif-aktifnya. Tidak sengaja, ketika dia sedang membenarkan posisi gendongannya, matanya tertuju pada sebuah bangku yang berada di pojok dekat jendela.
Gadis yang beberapa saat lalu dibicarakan oleh adiknya itu, sedang tertawa riang bersama sahabatnya. Dia melihat Adnan pun sama, mereka begitu bahagia, entah apa yang sedang dibicarakan oleh keduanya, membuat dia sedikit iri pada sahabatnya tersebut. Entah mengapa, Rangga refleks tersenyum manis, ketika, melihat wajah cantik yang sangat identik dengan istrinya itu.
" Mammmm... Mama ! " oceh Arga.
" Arga sayang, dia bukan Mama kamu Nak ! " ujar Rangga.
" Hwaaaaaa, Mammmma... Mmmama ! "
Tangisannya terdengar kencang, hingga membuat Adelia, dan, juga Adnan menoleh. Karena, Adelia adalah seorang manajer di restoran ini. Jadi, refleks dia bangun dari duduknya, dan, menyapa kedua pelanggannya.
" Assalamualaikum, Pak boleh tahu kenapa adeknya nangis ? "
Adnan, yang melihat Adelia menghampiri sahabatnya itu, mengepalkan kedua tangannya. Dia tidak mau, jika Rangga akhirnya mengincar adiknya yang merupakan kembaran Aradea. Adnan, tidak mau jika Rangga hanya menjadikan Adelia sebagai pengganti Aradea. Dengan sigap dia pun menghampiri mereka.
" Arga sayang, ini Om Adnan. Sini sama Om ! " ujar Adnan.
Pria tampan itu berusaha, memecahkan keheningan diantara Adelia dan Rangga. Seolah paham, Arga menggeleng, dia menangis dan tangannya mengisyaratkan ingin digendong oleh Adelia.
" Oh, kamu mau minta digendong sama Tante ya ? " ujar Adelia.
Gadis itu, meminta izin dari ayah anak itu. Rangga, mengangguk mengiyakan, dia sedikit canggung karena tanpa diduga Adelia menghampiri mereka, dan sekarang sedang menggendong buah hatinya bersama Aradea.
" Ada yang ingin aku bicarakan ! " ujar Adnan.
Rangga dengan patuh, mengikuti ajakan sahabatnya tersebut. Dia mengikuti langkah lebar Adnan.
" Entah mengapa aku menyukai cara Adelia memperhatikan, Arga. Ya Allah, bolehkah aku berharap lebih ! " batin Rangga.
Di sebuah taman, dekat restoran. Kedua pria tampan, sedang terlibat sebuah pembicaraan, keduanya begitu serius, sehingga, tidak ada yang mau mengganggu pembicaraan mereka.
“ Apa maksudnya itu ? Kamu sengaja ingin bertemu Adelia, dengan membawa Arga. Karena, kamu tahu Adelia suka anak kecil, iya kan ? “ kata Adnan geram .
“ Nan, tahan emosimu dulu. Aku kesini, karena memang mau makan siang bersama Septian. Kemarin, saat kita makan siang, dia tidak datang, karena ada keperluan yang mendesak. Jadi, dia merasa bersalah. So, dia mengajakku makan siang bersama lagi ! “
Adnan, menghela napasnya kasar.
" Kalaupun kau menyukai Adelia, aku berharap, kau tidak menganggapnya sebagai pengganti istrimu yang telah tiada! "
" Namanya Aradea, tidak bisakah kau mengucapkannya. Aku tidak tahu, jujur aku tertarik padanya, tapi, aku sama sekali tidak menganggapnya sebagai pengganti istriku. Dia, justru berbeda dengan Aradea, banyak sekali perbedaan diantara keduanya. Jika Aradea pemalu, tetapi Adelia tidak seperti itu. Dia, justru bisa menjadi pemimpin yang baik seperti yang kita lihat saat ini! "
“ Kau benar, aih sudahlah, mungkin, aku terlalu mengkhawatirkan dia. Adelia adalah satu-satunya adikku, maka dari itu, aku tidak mau jika dia terluka. Maafkan aku, terlalu emosional ! “
“ Tidak apa-apa, aku paham kok ! “ ujar Rangga.
“ Ya sudah, sebaiknya kita kembali lagi. Kasian Adel, dia sebentar lagi pulang, karena shift pagi. Dan, saat ini masih belum makan siang karena, harus menjaga anakmu. Dasar duda menyusahkan ! “
“ Aih, Adnan. Aku ini idaman para wanita loh , jangan sembarangan ya ! “
Mereka berbaikan kembali, memeluk tubuh satu sama lain. Baik Rangga maupun Adnan, keduanya tidak mau memperpanjang masalah ini lagi. Bersenda gurau bersama lagi, seolah-olah tidak ada masalah sama sekali, padahal baru saja mereka hampir baku hantam.
Adelia begitu telaten menyuapi makan siang Arga, anak kecil itu begitu menggemaskan. Dia memakan bubur khusus bayi yang dia pesan, karena dia mendengar suara perut anak itu berbunyi.
“ Sudah kenyang kah ? “ tanyanya.
“ Mam... Mamamama ! “ oceh Arga.
Adelia, yang tidak paham, dia berpikir mungkin saja si kecil masih lapar jadi, dia menyuapinya kembali.
“ Adel, sepertinya Arga kekenyangan. Dia hampir memuntahkan isi perutnya ! “ ujar Adnan.
Pria yang baru saja datang, tiba-tiba menghampiri mereka.
“ Ya ampun, maaf ya dek. Tante nggak tahu. Kak Adnan bagaimana ini ? “ ujar Adelia.
Nampak sekali Adelia khawatir, melihat wajah anak kecil yang kekenyangan itu.
“ Eh tunggu, kok Kakak kenal dia ? “
“ Anak ini adalah putra dari Aradea dan juga Rangga. Pria barusan itu, namanya Rangga ! “
“ Loh kok, kakak nggak ngasih tahu aku sih. Kalau dia anak Aradea ! “ kata adel kesal.
“ Kakak minta maaf, karena kakak kira kamu tahu tentang Arga. Sebab, kamu begitu akrab dengannya. Jadi, Kakak kira kamu mengetahuinya ! “
“ Aradea, dia memang selalu diberi keberuntungan, mulai dari kasih sayang keluarga, suami, dan, anak yang sangat menggemaskan. Sedangkan aku ? Hah, aku hanyalah butiran debu yang tidak berharga. Aku merasa jika Tuhan tidak adil padaku ! “ kata Adelia sembari menerawang jauh.
“ Astaghfirullah, Tidak Del, jangan pernah berpikir begitu ! “ ujar Adnan.
“ Tapi, itu dulu kak. Insyaallah saat ini aku akan belajar apa itu ikhlas, dan, akan menerima kenyataan ! “ ujar Adelia.
Sembari tersenyum manis, gadis itu dengan sabar memeluk tubuh putra Aradea tersebut.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments