Bagian 16

Rangga, memasuki kamar, dia membuka dan mengunci pintunya. Lalu, pria itu berjalan menuju ranjang hotel tersebut, dan merebahkan tubuh istrinya. Tidak disangka, Adelia memeluknya begitu erat, seolah dia takut kehilangan dirinya. Sembari menangis terguguk, Adelia benar-benar hancur hari ini. Dia, meminta maaf tidak bisa melayaninya malam ini.

" Kamu jangan memikirkan hal seperti itu. Sungguh, aku mencintaimu Adel, aku juga bukanlah lelaki pecinta s*l*n*k*n**n wanita. Aku tidak ingin meminta hakku terlebih dahulu. Yang penting, kamu baik-baik saja, itu saja sudah cukup! " ujar Rangga.

Adelia, menatap wajah sang suami dengan tatapan matanya yang indah itu. Dia, memeluk kembali tubuh tegap pria itu, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang sang pria . Rangga, membujuknya agar melepaskan pakaiannya.

" Kamu jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku, hanya ingin mengobati lukamu. Pinggangmu berdarah Adel ! "

Adelia, melepaskan kembali pelukannya, dia kemudian menyentuh bagian pinggangnya. Ada darah di sekitar bagian tubuhnya yang itu, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi.

" Tapi, Adel enggak bawa pakaian ganti! "

" Mas sudah siapkan untuk kamu!"

Adelia, menatapnya curiga. Bagaimana bisa, Rangga tahu ukuran pakaiannya.

" Jangan salah paham, yang menyiapkan Ummi loh. Sebelum kita akad, beliau datang membawa beberapa helai pakaian muslim kamu. Ummi bilang, kamu tidak terbiasa memakai pakaian pendek. Jadi, membawakannya padaku ! "

Adelia, tersenyum menatap wajah sang suami. Begitupun dengan Rangga, dia mengusap lembut puncak kepala Adelia. Karena, lukanya ada pada bagian pinggangnya. Akhirnya, Adelia melepaskan pakaiannya, lalu memakai kain batik pemberian Ummi pada sebuah tas. Dia, berjalan mendekati sang suami, lalu meminta bantuan padanya untuk mengobati luka pada pinggangnya tersebut.

" Pak Rangga, eh Mas maksudnya! "

Rangga, tertawa saat mendengar suara sang istri.

" Aku yakin, kamu nantinya akan terbiasa memanggilku Mas. Terimakasih Sayang, sudah mau berusaha menerimaku! "

Adelia, mengerutkan keningnya.

" S...sayang ? "

" Apakah seorang suami tidak boleh memanggil istrinya dengan panggilan seperti itu? Adel, aku sangat mencintaimu lebih daripada aku mencintai Aradea. Aku berani bersumpah kalau aku..."

Adelia, segera menghentikan ucapan suaminya tersebut dengan menutup mulutnya mengenakan jari telunjuknya.

" Tolong, jangan mengatakan hal yang buruk. Aku tidak suka, sekarang lupakanlah itu. Aku, akan berusaha untuk mencintaimu Pak Rangga ! "

Adelia, menatap wajah sang suami. Dia, malu untuk mengatakan ini. Tapi bagaimanapun, dia tidak bisa melakukannya sendiri. Sementara itu, Rangga memeluk pinggangnya. Walaupun sakit, Adelia tetap menuruti keinginan sang suami.

" Aduh Mas, Bisakah kamu membantuku untuk mengobati luka pada pinggangku ? "

Rangga, menatap Adelia dari atas hingga bawah, dia baru sadar jika Adelia hanya mengenakan kain batik untuk menutupi tubuhnya. Pria itu, meneguk salivanya, sebab sang istri di hadapannya ini begitu seksi. Wajahnya, hampir mirip dengan mantan istrinya. Akan tetapi, Adelia lebih cantik ketika melepaskan jilbabnya. Wanita itu, memiliki rambut panjang yang lurus. Berbeda dengan Aradea, dia memiliki rambut hitam bergelombang. Keduanya sama-sama cantik, akan tetapi kecantikan Adelia, sulit diartikan.

" Mas, kok melamun sih, jangan bilang mas sedang membayangkan tubuhku ? "

" Astaghfirullah, Maaf sayang. Mas, tadi memang sedikit berpikir kotor. Kamu, benar-benar cantik, Masyaallah. Betapa beruntungnya aku, memiliki kamu! "

Adelia, tersipu wajahnya memerah saat sang suami memujinya. Rangga, dengan segera mempersilakan istrinya untuk duduk di sampingnya. Kemudian, Adelia duduk di samping sang suami. Kebetulan, sebelum ke kamar saat sedang panik dia meminta bantuan dari asisten pribadinya untuk mengambilkan kotak p3k di mobil. Dan, setelahnya, Febrian membawakannya pada Rangga, tepat saat Adelia mengganti pakaiannya di dalam kamar mandi.

Secara perlahan, Rangga meminta Adelia menunjukkan lukanya. Mau tidak mau, Adelia harus melepaskan kain batik yang menutupi tubuhnya dia hanya memakai pakaian dalam saja . Membuat Rangga, semakin salah fokus.

" Ya ampun, aku jadi horny melihatnya. Dulu, saat aku bersama Ara, aku tidak seperti ini. Ah mungkin saja, dulu aku dan Ara sudah sering melakukan hubungan intim bahkan sebelum menikah. Astaghfirullah, Rangga ayo fokus ! " batin Rangga.

Perlahan, dia mengambil kotak p3k di nakas. Dia, meminta sang istri untuk telungkup di ranjang. Lalu, dengan sangat hati-hati, Rangga mengoleskan alkohol, dan obat luka. Setelahnya, pria itu mengatakannya pada sang istri. Jika, pengobatan sudah selesai.

" Terimakasih, Pak, ah Mas maksudnya. Maaf, aku masih belum bisa lancar memanggil anda Mas ! "

" Tidak apa-apa kok sayang, pelan-pelan saja. Nantinya, kamu akan terbiasa! "

" Adel " panggil Rangga dengan suara seraknya.

Adelia, karena dia polos, tanpa mengenakan kain batik penutup tubuhnya. Dia, menatap wajah sang suami, yang berdiri di sampingnya. Fokusnya kini teralihkan, saat melihat wajah Rangga merah padam.

" Mas, kenapa ? ".

Wanita cantik itu, menepuk-nepuk pipi sang suami. Rangga yang di perlakukan seperti itu, dia menarik wajah sang istri dan menciumnya paksa. Adelia, tidak bisa melawan, karena memang kewajibannya sebagai seorang istri adalah melayaninya. Dia, hanya pasrah ketika sang suami menyentuh bagian tubuhnya yang lain . Rangga, yang tersadar akhirnya menghentikan aksinya, dan sedikit menjaga jarak dari sang istri.

" M..maaf sayang. Kita lanjutkan nanti kalau kamu sembuh. Kenakan pakaianmu kembali, Mas cari makan dulu untuk kita ! "

" Mas enggak mau tidur sama aku ? "

(Tidur disini merujuk pada hubungan intim antara suami istri)

" Mas akan menunggu kamu sembuh, kamu sedang sakit. Jadi, Mas tidak akan melakukannya! "

" Mas Rangga, terimakasih ya. Sudah mau menghargai aku ! "

" Sama-sama sayang, kamu tunggu disini ya ! "

Adelia menganggukan kepalanya.

Sementara itu, Firdaus dan juga Adnan sama-sama masih tidak habis pikir dengan Septi. Wanita itu, begitu kejam pada anak kandungnya sendiri. Padahal, tidak ada bedanya antara Adelia dan Aradea. Keduanya, merupakan putri kandungnya sendiri. Lantas, mengapa dia justru menganggap Adelia seperti sampah. Tidak berharga baginya, berbeda dengan Aradea yang merupakan anak kesayangannya.

" Ma, mengapa anda melakukan hal buruk pada Adel, dimana hati nuranimu Ma ? "

" Diam , dan jangan membicarakan tentang dia lagi. Dia bukan anakku! "

" Lantas kalau dia bukan anakmu, lalu dia anak siapa? Bukankah kau melahirkan anak kembar Septi? Benar-benar ya. Oke, kalau dia bukan anakmu terserah. Tapi, dia adalah anakku, darah dagingku ! "

" Maksudnya, kamu menyukai dia ? Dia sudah merebut kebahagiaan Ara. Anak kita akan menangis jika, Rangga menikah lagi ! "

" Jangan gila. Septi, dia sudah tiada. Apanya yang menangis? Kau tahu, Rangga sangat kesepian pasca kepergian Ara. Dan, baru kali ini dia menyukai seorang wanita. Itupun, karena Gaffi, alias Arga sangat menyayangi Adelia. Bahkan, anak itu bisa bicara untuk pertama kalinya saat melihat Adelia. Kau ini benar-benar ya ! "

" Pa, sebaiknya kita pergi saja. Mama memang egois, Adnan benci Mama! "

Bahkan anak lelaki satu-satunya yang sangat dibanggakan olehnya. Kini, membenci dirinya. Septi, benar-benar merasa kesal. Emosinya tidak dapat dibendung lagi, dia menghancurkan guci keramik mahal milik nya. Para asisten rumah tangga hanya bisa diam, melihat Nyonya mereka sedang melampiaskan rasa kesalnya pada barang-barang mahal tersebut.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!