Bagian 14

Rangga, pagi-pagi sekali dia sudah begitu rapi dengan jas setelan kerja miliknya. Sementara itu, putranya Gaffi menatap wajah sang Ayah dengan tatapan heran.

" Papa mau kemana ya ? " batin Gaffi.

" Papappap ! "

" Ah, kesayangan Papa sudah ganteng ya. Selamat Pagi Nak ! "

Gaffi tersenyum bahagia, dia sampai bertepuk tangan.

" Pa....Pi! " ( Papa sudah rapi)

" Iya, Papa mau pergi mengunjungi Mama Ara . Papa, mau meminta izin darinya. Supaya , pernikahan Papa dan Mama Adelia lancar Nak ! "

Gaffi, mengangkat kedua tangan dan menyatukannya. Dia, seolah mengamini pernyataan Rangga barusan.

" Masyaallah, pinter banget sih anak Papa ! "

" Jajajajjjjjaaaa ! "

" Bukan Jaja, tapi iya ! "

" Ya hihihi! " ( Gaffi tertawa riang)

Gaffi, mencium pipi sang Ayah, membuat Rangga mengulas senyumnya.

" Anak Papa ganteng banget sih. Mau ikut ke makam Mama Ara tidak? Kita, doakan Mama, supaya tenang disana! "

" Ote ! "

" Bukan ote, tapi Oke ! "

" Pa, Ndong ! " ( Papa, gendong)

" Jadi, kamu mau ikut ya. Oke, sekarang mari kita berangkat! "

Rangga, menggendong putranya, Gaffi begitu ceria hari ini. Dengan riang dia menepuk-nepuk pipi ayahnya.

" Mau kemana kalian ? "

" Mama... !"

" Masyaallah, cucu Oma pintar sekali ya. Sudah bisa menjawab pertanyaan seperti itu!"

" Iya dong, anakku pastinya pintar dong Mi . Ah sudah dulu ya Mi, Rangga takut kesiangan !"

Ibu Rangga tersebut, mengangguk sembari mengulas senyumnya.

," Ya sudah hati-hati ya Nak !"

" Baik Mami, Rangga dan Gaffi pergi dulu ya. Assalamualaikum!"

" Wa'alaikumussalam !"

Adelia, melaksanakan shalat Dhuha, dia berdoa kepada Allah SWT. Memohon agar, dilancarkan segala urusannya, termasuk pernikahannya. Gadis itu, juga berdoa untuk kembarannya agar Allah Ta'ala memberikan tempat terbaik, untuk saudari kembarnya tersebut. Begitu pula, dengan kedua orang tuanya, baik itu kandung maupun angkat. Tidak lupa, untuk Kakak tercintanya, Adnan Januzaj Firdaus. Adelina, setiap kali shalat, dia selalu menangis teringat akan dosa-dosanya di masa lalu. Dia, memang masih belum bisa memaafkan kedua orang tuanya, terutama ibu kandungnya. Entah mengapa rasanya dia tidak bisa dengan mudahnya memaafkan wanita yang sudah melahirkan dirinya ke dunia ini.

Alasannya mungkin, karena sang Ibu selalu membandingkan dirinya dengan Aradea. Wanita cantik, yang baik hati dan juga berbudi luhur itu, selalu menjadi anak kesayangan kedua orang tuanya. Dia iri mengapa Aradea begitu beruntung, selalu menjadi yang pertama, tidak dengan dirinya yang hanya mendapatkan sisa dari sang adik. Termasuk calon suaminya, dia mendapatkan mantan suami dari Aradea mengingat hal itu, hanya membuatnya sesak. Tetapi, Rangga, berjanji tidak akan mengungkit masa lalunya bersama Aradea. Dan, benar saja, pria itu bahkan mengubah nama anak dari Aradea. Yang semula adalah gabungan dari nama keduanya, kini berubah menjadi Gaffi. Mengingat hal itu, membuat Adelia sedikit tersentuh. Setelah selesai beribadah, Adelia membantu kedua orang tuanya untuk beres-beres rumah. Dan setelah selesai, dia menonton acara televisi favoritnya, tidak terasa sudah Dzuhur dan dia segera melaksanakan shalat dzuhur. Lalu, dia pergi ke dapur setelah selesai beribadah, untuk memasak makanan untuk kedua orang tua angkatnya.

Rangga, menangis di pusara sang istri, dia meminta maaf atas apa yang diinginkannya. Sementara itu, Gaffi duduk manis, melihat wanita cantik yang mungkin adalah ibunya, dia tersenyum manis melihat sosok yang tak terlihat tersebut. Sementara itu, Rangga berdoa dan memohon agar istrinya ditempatkan di tempat paling terindah di sisiNya.

" Ara. maafkan Kakak sebelumnya aku pernah menyukai kamu. Tapi, ternyata itu hanya sebatas kagum saja, bukan cinta. Tapi, sekarang aku benar-benar jatuh cinta pada seorang gadis bahkan saat pertama kali bertemu. Aku, berpikir karena dia mirip denganmu, tetapi aku salah . Ternyata, aku benar-benar mencintainya, tidak bertemu dengannya sekali saja aku gundah. Tidak hanya itu, aku bahkan mengganti nama putra kita, yang semula Arga menjadi Gaffi. Terimakasih Ara, selamat tinggal , semoga kau tenang di sana ! " batin Rangga.

Pria itu, kemudian menggendong buah hatinya bersama Aradea. Dan kini, keduanya segera kembali ke rumah keluarga Firdaus.

Devan, menatap nanar photo kenangannya bersama Adelia, difoto itu dia sedang mencium pipi sang mantan kekasih.

" Adel, kita memang tidak berjodoh, akan tetapi kamu akan selalu ada dalam hatiku. Karena, hanya kamu yang aku cintai ! " ujar Devan lirih.

" Kamu masih menyimpan photonya ? Devan, kita sudah menjadi suami istri. Mengapa kamu justru masih memikirkan wanita lain? "

Devan, menatap kesal wajah sang istri.

" Bisa tidak, kamu diam dan enggak banyak protes hah ? Kamu sendiri kan, yang mau menikah denganku, dan menjebakku sehingga aku menjadi suamimu. Aku kira kamu pakai pengaman nyatanya, kamu menjebakku supaya kamu hamil anakku, dan menikah denganku. Kamu pikir, aku bahagia hidup bersamamu, kamu pikir aku ingin anak darimu? Siapa yang mau anak darimu Alina, kamu jadi seorang istri saja tidak becus apalagi menjadi seorang ibu? Ya, kuakui kamu sungguh hebat dalam urusan ranjang. Tetapi, kamu tidak bisa melakukan apapun, hanya bisa tidur dan tidur saja. Padahal, aku ingin kamu seperti layaknya ibu yang lain. Walaupun aku tidak mencintai kamu, setidaknya kamu urus Vino dengan baik. Setiap hari Vino lapar, kamu tidak pernah mau memberikan dia susu formula. Bahkan, saat dia bayipun kamu tidak mau menyusuinya !"

" Dev, bagaimana kamu bisa tahu? "

" Kamu pikir aku bodoh, aku memasang Cctv disekitar sini. Dan, aku melihat dengan jelas, di video kamu mengabaikan Vino. Justru, kamu menyuruh baby sitter untuk membuatnya diam . Dimana nuranimu sebagai seorang ibu Hah ? "

" Devan, aku bisa jelaskan! "

" Cukup, aku muak dengan semua tingkah lakumu Alina. Minggir, aku mau keluar! "

Pria itu, mendorong tubuh wanita itu, hingga istrinya tersebut jatuh tersungkur di lantai.

" DEVAN... ! "

" Aku sungguh tidak peduli ,dengan wanita gila itu. Aku, hanya akan fokus mengurus Vino dengan baik, tanpa memikirkan dia! " batin Devan.

Sementara itu, Alina menangis pilu sembari memegangi dadanya yang terasa sesak tersebut. Dia, terus menerus berteriak memanggil nama sang suami. Sedangkan, Devan, pergi ke kamar anaknya dan membawa Vino pergi dari rumah ini.

" Dengar baik-baik, kita berdua akan segera bercerai. Hubungan diantara kita, sudah berakhir. Aku, akan menggugat kamu di pengadilan, bukti-bukti tentang kamu yang tidak bisa mengurus anak akan ku serahkan ke Pengadilan. Kamu pasti akan kalah Alina, dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim, hari ini aku Devan Ardian Brajamusti menalak engkau Alina Putri Raharjo binti Raharjo Diningrat. Dan, mulai hari ini kamu bebas, untuk masalah Vino, kamu jangan Khawatir, anakku, akan kujaga sepenuh hatiku. Aku permisi, Assalamualaikum! "

Rasanya, Alina benar-benar hancur hari ini. Bagaimana bisa semua ini terjadi. Padahal, baru saja kemarin dia resmi'menikah lagi dengan Devan karena hubungan keduanya dinilai tidak sah. Sekarang, justru dia diceraikan dengan cara yang begitu menyakitkan. Wanita itu, jatuh terduduk di lantai sembari memeluk tubuhnya erat.

" Berakhir, semuanya sudah berakhir. Aku, benar-benar sudah kehilangan Devan, hiks! " kata Alina lirih.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!