Tak Tok Tak Tok Tak Tok
Suara pantofel terdengar semakin dekat semakin nyaring, Dokter Ramzie setelah di hubungi oleh Bu Irna bergegas menuju ruang bersalin karena ada pasien yang sedikit gawat, karena ia mengandung bayi kembar.
" Dokter Ramzie.. Dokter Ramzie..." ucap Meysa yang melihat Dokter Ramzie yang ditemani Dokter Deva disampingnya masuk ke ruangan bersalin.
Agni segera beranjak dari duduk nya membawa status pasien di meja, Bu Irna pun bangun dari duduknya berjalan keluar ruangan ditemani Dokter Shintia.
Disaat yang bersamaan Agni, Bu Irna dan Dokter Shintia berpapasan dengan Dokter Ramzie segera menuju kamar bersalin disana sudah ada Meysa yang mendampingi Ibu yang akan bersalin, Meysa sudah memposisikan Si Ibu miring kiri lalu diberikan oksigen.
" Gimana Bu ? saya lihat statusnya " Ucap Dokter Ramzie kepada Bu Irna.
Bu Irna segera melihat ke arah Agni, Agni mengerti lalu ia menyerahkan status pasien itu kepada Dokter Ramzie, membaca.
" Ini yang Gemeli itu kan ? " Tanya Dokter Ramzie.
" Iya betul Dok " Jawab Bu Irna.
" Berapa DJJ terakhir ? " Tanya Dokter Ramzie lagi.
Bu Irna langsung menyenggol tangan Agni, karena tadi Agni yang memeriksa. Agni terhenyak kaget.
" Berapa ? " Dokter Ramzie tidak sabaran.
" Untuk bayi pertama 188 kali per menit lalu untuk bayi kedua 190 kali per menit " Ucap Agni.
" Oke.. itu termasuk normal atau tidak ? " tanya Dokter Ramzie sedikit meninggi.
" Tidak Dok.. " jawab Agni cepat.
Semua memandang ke arah Agni termasuk Deva, ia pun sedikit kaget lalu melihat ke arah Agni.
" Persiapkan inform concent, lalu panggil keluarga nya, harus segera SC .. hubungi ruang bedah juga " Ucap Dokter Ramzie.
Agni dengan sigap mengikuti perintah Dokter Ramzie, ia berjalan setengah berlari ia tidak peduli ada Dokter Deva disana yang sedari tadi memperhatikan nya, Dokter Shintia yang melihat Agni mempersiapkan sendiri menjadi kasihan, Dokter Shintia menghampiri Agni.
Karena dikamar bersalin, Bu Irna, Meysa, Dokter Ramzie dan Dokter Deva sedang memantau dan kembali memeriksa Si Ibu yang akan melahirkan, karena keadaan nya sudah sangat gelisah.
" Gni.. aku bantu ya.. mana inform concent nya ? " tanya Shintia.
" Di Map Merah Dok.. " Agni berjalan kembali untuk memanggil keluarga pasien, namun ia kembali lagi masuk ke ruangan jaga.
" Dok, gak apa-apa sama Dokter ? " Tanya Agni merasa tidak enak, karena Shintia yang mencari Inform concent.
Shintia melihat ke arah Agni yang berada di depan pintu.
" Sama aku aja, kamu segera hubungi keluarga pasien " ucap Shintia.
Dokter Ramzie memang terkenal sebagai Dokter yang baik dan ramah kepada pasien namun berbanding terbalik kepada para tenaga kesehatan khusus nya bidan dan para dokter muda ia terkenal sebagai Dokter yang killer bukan tanpa alasan Dokter Ramzie bersikap seperti itu karena ia ingin para juniornya disipilin dalam segala hal apalagi pekerjaan mereka berhubungan dengan nyawa seseorang.
Agni memanggil keluarga pasien tersebut, lalu menjelaskan jika Dokter ingin berbicara, Suami dari pasien itu masuk kedalam ruang jaga, Agni meminta Suami dari Ibu yang akan bersalin itu untuk duduk terlebih dahulu, ia melihat sekilas Dokter Shintia sedang menyiapkan Inform concent.
Agni kembali berjalan menuju kamar bersalin, lalu membisikan kepada Bu Irna jika keluarga pasien sudah menunggu. Bu Irna mengangguk, lalu ia langsung menyampaikan kepada Dokter Ramzie.
Agni tidak begitu berani untuk mengatakan langsung kepada Dokter Ramzie, nada bicara Dokter Ramzie sedikit meninggi juga sudah membuat nyali ia menjadi ciut.
Agni kembali ke ruangan jaga, saat ia akan melihat lebar inform concent yang sedang disiapkan oleh Shintia, ia lupa jika satu tugas lagi belum ia laksanakan yaitu menghubungi ruang bedah.
Dokter Ramzie dan Bu Irna datang ke ruang jaga, saat bertemu dengan suami dari pasien itu, ia langsung mengabarkan kondisi istrinya, setelah Dokter Ramzie menjelaskan, Suami dari pasien itu bersedia jika istrinya dilakukan tindakan lebih lanjut. Lalu Dokter Ramzie meminta Agni menyerahkan lembar Inform concent untuk dibaca dan dipahami, setelah memahami Suami dari pasien itu membubuhi tanda tangannya di atas materai.
Persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga yang telah mendapatkan penjelasan secara lengkap dan rinci mengenai tindakan medis yang akan dilakukan. Komponen penting yang diperlukan dalam informed consent adalah persetujuan/penolakan pasien/keluarga yang kompeten, informasi yang jelas dan rinci mengenai tindakan medis yang akan dilakukan, serta keterangan bahwa persetujuan diberikan tanpa paksaan.
Meysa dan Bu Irna sedang menyiapkan pasien karena akan dipindahkan ke ruang bedah untuk dilakukan operasi sesar.
" Dokter Deva ikut saya, kita siap di ruang bedah " Ucap Dokter Ramzie.
" Siap Dok " jawab Deva.
Dokter Ramzie dan Dokter Deva berjalan keluar ruang bersalin menuju ruang bedah. Sesampainya mereka di ruang bedah belum ada konfirmasi jika sekarang akan dilakukan tindakan operasi sesar karena dari ruang bersalin belum menghubungi, itu membuat Dokter Ramzie sedikit marah, ia khawatir kepada pasiennya, karena kondisi janin yang dikandungnya gawat.
Dokter Ramzie kembali ke rungan bersalin, ia masuk tanpa aba-aba membuat seisi ruangan kaget. Para Bidan senior sudah hafal karakter Dokter kesayangan nya, namun berbeda dengan Agni karena ia baru sehingga ia baru tahu jika Dokter Ramzie seseorang yang tidak bisa berleha dan bersantai.
" Duhh ada apa nih ? " Batin Meysa sudah tidak enak hati.
Deva yang sudah memastikan akan pecah amarah Dokter Ramzie, ia ingin rasanya memberitahu Agni, namun apa daya ia pun tak ada keberanian melawan seniornya.
" Dok, pasien sudah siap, kami antar kan sekarang ? " ucap Bu Irna.
" Siapa yang tadi saya suruh untuk menghubungi Ruang Bedah ? " tanya Dokter Ramzie dengan nada bicara tinggi.
Agni yang mendengar terhenyak kaget. Ia membulat kan kedua bola matanya, ia sadar ia lupa untuk menghubungi ruang Bedah.
Semua terdiam, Agni menunduk tak kuasa melihat wajah Dokter Ramzie, ia maju perlahan.
" Sa..saya Dok, mohon maaf.. saya belum menghubungi ruang bedah " ucap Agni jujur.
" Agni... " gumam Meysa, sudah dipastikan dinas pagi ini tidak akan baik-baik saja.
Bu Irna pun mencoba untuk menengahi.
" Hmm.. Dok maaf tadi Agni sibuk dengan lembar persetujuan pasien dan harus memanggil keluarga pasien juga " Ucap Ibu Irna membela.
" Kamu harus tahu.. Ini darurat, keadaan janin gawat, kamu harus mulai sigap dan siap dengan apapun perintah yang ada.. saya paling tidak suka kepada orang yang berleha dan tidak disiplin " Ucap Dokter Ramzie memarahi Agni.
Agni hanya bisa tertunduk. Bu Irna langsung menghubungi ruang bedah, setelah menghubungi ruang bedah Bu Irna kembali menghampiri Agni yang sedang diceramahi oleh Dokter Ramzie.
Deva yang melihat Agni hanya tertunduk merasa Iba, ingin rasanya ia membantu Agni. Ia mempunyai akal.
" Dok maaf, saya dikirimi pesan oleh ruang bedah, semua sudah siap " ucap Deva berbohong.
Ia menganggap biar saja berbohong yang terpenting Agni tidak terus di ceramahi oleh Dokter Ramzie. Kalaupun ternyata diruang bedah belum siap, biarkan ia yang bertanggung jawab jika ternyata ia juga dimarahi oleh Dokter Ramzie.
" Bu .. tolong tatar kembali bidan nya.. agar lebih sigap " ucap Dokter Ramzie.
" Iya baik Dok " Ucap Bu Irna.
Dokter Ramzie berjalan keluar di susul Dokter Deva, sebelumnya ia melihat Agni masih tertunduk, hanya Meysa yang mengerti sikap Deva barusan.
" Terima kasih Dok " ucap Meysa hanya menggerakkan bibirnya mewakili Agni.
Deva hanya mengangguk tersenyum, menyusul Dokter Ramzie.
💐💐💐
Cat :
Gemeli : kehamilan kembar
Inform Concent : lembar persetujuan tindakan
DJJ : Denyut Jantung Janin
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
habis sembuh sakit ternyata langsung hectic yah Gni di bagian kamu kerja, jadi deh kena marah karena ada yang terlupa
2025-01-28
0
Alanna Th
salut pd bantu agni yg krempongn
2024-04-05
1
Rara Aida
agni kerja kok banyak melamun , wajar dokter ramzie marah karena ini berkaitan dengan nyawa pasien , waktunya kerja fokus kalau mau melamun dirumah
2024-01-22
1