Kantin Rumah Sakit
" Kamu pesan apa Gni ? " tanya Meysa.
" Hmm.. Nasi goreng cumi aja Kak.. laper " jawab Agni.
" Oke.. " balas Meysa.
" Eh Kak.. aku aja yang pesen.. Kakak duduk aja sama Kak Imel " ucap Agni.
" Udah santai aja " balas Meysa.
" Iya Gni, tunggu aja sini sama aku, kalo Meysa dia biasa kaya gitu, udah paham urusan pesan memesan hehehe " ucap Imel tertawa disusul oleh tawa Agni juga.
Tidak lama Meysa kembali lalu duduk dekat mereka berdua.
" Udah tinggal tunggu aja " ucap Meysa.
" Makasih Kak.. " balas Agni.
" Oke.. santai.. "
Disaat yang bersamaan Arif pun berjalan menuju kantin, ia melihat Agni sedang bersama Meysa dan Imel.
" Oh.. jadi dia itu Bidan, pantesan kemaren ada beberapa karyawan baru yang masuk mungkin salah satu nya cewe itu " batin Arif.
Arif berjalan menghampiri meja Meysa dan Imel juga Agni.
" Hai Mey.. " ucap Arif.
" Woii.. Rif.. shift pagi juga ? " tanya Meysa.
" Iya, biasa abis libur 3 hari.. " jawab Arif.
" Widih ngeri.. kita malah belum dapet libur, tapi kayanya bulan ini dapet soalnya personil kita udah nambah " ucap Meysa melirik ke arah Agni.
Agni hanya tersenyum kecil.
" Eh.. kamu yang waktu itu nabrak kan, kenalin.. Arif " Arif dengan pede nya langsung menyodorkan tangan.
" Saya Agni Kak " Agni dengan gaya namaste.
" Oh ya oke.. " Arif mengerti ia kembali menarik tangannya.
" Mel.. gak bisa liat cewek cantik dia.. " ucap Meysa ke Imel.
" Benerrr... jangan mau sama dia Gni hahahah playboy kelas kakap " Imel berbisik ke arah Agni namun masih dapat di dengar.
Sontak Meysa dan Imel tertawa, Agni pun tertawa kecil. Hanya Arif yang tidak tertawa karena bete dengan ucapan Imel. Tetapi mereka biasa bercanda seperti itu, Meysa dan Imel sudah mengenal Arif, karena mereka masuk untuk bekerja di Rumah Sakit Husada ini di tahun yang sama sudah hampir 5 tahun mereka bekerja disana, lagipula Imel dan Meysa sudah biasa bertemu Arif di ruang bedah, jika mereka berdua diminta menjemput pasien pasca operasi Caesar.
" Eh bentar dulu.. tadi katanya kamu nabrak ? nabrak gimana maksudnya ? kamu kecelakaan ? " tanya Meysa karena ia tahu Agni selalu berangkat ke rumah sakit menggunakan motor matic nya.
" Oh bukan Kak .. waktu itu aku sempet kesiangan, nah aku kan sedikit lari tuh buat sampe ruangan, tau nya aku nabrak Kak Arif ini " jawab Agni.
" Ohh gitu .. pantesan seneng nih Si Arif hahaha " ucap Imel tertawa.
Habis Arif di bully oleh Meysa dan Imel. Namun itu semua tidak membuat Arif marah, karena Arif tahu mereka berdua hanya bercanda.
Mereka menyelesaikan makan siang nya, setelah selesai mereka akan kembali ke ruangan masing-masing, karena Agni, Imel dan Meysa pun masih harus kembali memantau Ibu Ibu hamil yang akan bersalin.
" Agni.. duluan ya.. kalo berkenan nanti pulang saya tunggu di parkiran ya.. " ucap Arif.
Agni hanya tersenyum kikuk.
" Yah..yah.. jangan Agni jangan.. denger ya kata aku jangan.. " Imel sambil mengangkat tangannya.
" Mel ih.. gak dukung banget " ucap Arif.
" Udah yok ah.. balik ke ruangan " balas Meysa.
Mereka bertiga berjalan menyusuri koridor-koridor rumah sakit menuju ruangan nya. Dalam perjalanan nya disaat mereka bertemu dengan teman sejawat mereka saling menyapa, begitu pula jika berpapasan dengan Dokter atau Koas yang sama-sama sedang praktik di rumah sakit ini.
" Mel... " panggil salah satu perawat.
" Hai .. istirahat ? ke ruangan ya.. " balas Imel.
" Bu Bidan pada kemana nih ? " tanya Dokter Andre.
" Dok.. ke ruangan dok abis jajan " jawab Meysa.
Begitulah mereka, Agni pun merasa beruntung ia bisa kenal dengan Meysa dan Imel seniornya yang baik dan bersedia membimbingnya juga.
...****************...
" Ayo Bu.. semangat yaa.. jika sudah kembali mulas Ibu bisa mengejan ya.. " ucap Agni.
Agni dan Meysa membantu Ibu yang akan segera melahirkan dibantu oleh Bu Irna.
" Ayo Bu dorong Bu... "
" Tarik nafas... buang... tarik nafas.. buang.. "
" Tiup tiup Bu.. "
" Ya... sekali lagi Bu... "
" Oe..oe..oe.. "
" Alhamdulillah.. sudah lahir ya Bu... "
Begitulah pekerjaan Agni setiap hari nya, namun ia merasa senang dan nyaman karena memang ini pekerjaan yang ia idamkan. Membantu Ibu-ibu hamil yang hendak bersalin.
Setelah selesai menolong persalinan Agni merapikan alat-alat medis bekas pakai, sedangkan Meysa membersihkan dan merapikan Ibu lalu memposisikan ke posisi yang nyaman.
" Bu saya cek dulu ya tekanan darahnya " ucap Agni.
Agni memeriksa tekanan darah Ibu itu, lalu mengobservasi masa nifas Ibu selama dua jam sebelum dipindahkan ke ruangan Nifas.
" Alhamdulillah normal ya Bu, jika Ibu merasa pusing atau mual, Ibu bisa panggil saya dengan memencet bel di sebelah ya " ucap Agni lagi
" Terima kasih Bu Bidan "
" Sama-sama Bu, saya permisi dulu " balas Agni.
Agni berlalu kembali ke ruang jaga, disana Meysa dan Imel sedang mencatat hasil pemeriksaan begitupun Bu Irna.
" Sudah selesai Gni ? " tanya Bu Irna.
" Sudah Bu, semua normal.. " jawab Agni.
" Oke.. "
Agni duduk di kursi nya lalu ia pun mencatat hasil pemeriksaan Ibu nifas yang ia pantau tadi. Saat semua sedang fokus mencatat terdengar petir menggelegar dan kilatan nya menembus kaca ruangan membuat seisi ruangan sontak kaget.
Saat mendengar petir Agni langsung loncat dari kursinya mendekati Bu Irna, begitu pun Meysa dan Imel.
Mereka merasa seperti orangtua sendiri kepada Bu Irna, Bu Irna memang seorang Bidan senior, kepala ruangan yang baik dan bijaksana, selalu membantu, melindungi anak-anak didiknya sehingga para bidan-bidan junior merasa aman jika dekat Bu Irna.
" Kalian ini... " ucap Bu Irna karena Meysa, Agni dan Imel memeluk Bu Irna.
" Udah balik lagi ke tempat duduk masing-masing " ucap Bu Irna lagi.
" Bu serem ah.. " ucap Meysa.
" Mel.. Mel.. tolong nyalakan lampu ke setiap ruangan, seperti nya akan hujan besar sudah gelap " pinta Bu Irna.
" Siap Bu " Imel memang dikenal agak pemberani dibandingkan bidan-bidan yang lain, mau gelap mau terang Imel tidak jadi masalah.
" Oya Mel sekalian liat pasien-pasien ya.. maaf hehe " ucap Meysa.
" Hmmm.. " Imel berlalu meninggalkan mereka bertiga.
Tidak lama hujan turun sangat deras disertai petir yang menggelegar.
" Duh gimana pulang ini " gumam Agni.
" Kamu bawa motor ? " tanya Meysa.
" Nggak, ban motorku masih bocor belum ditambal hehehe " Agni tersenyum kecil.
" Bawa ke bengkel lah Gni " ucap Bu Irna.
" Iya Bu belum sempat, rencana nya hari ini eh malah hujan " balas Agni.
Mereka kembali dengan laporan pasien, tidak lama Imel kembali ke ruangan.
" Gimana Mel ? " tanya Bu Irna.
" Aman Bu "
" Oke "
" Selesai.. mari kita pulang... eh kemana nih yang shift siang kok belum dateng" ucap Meysa.
" Kehujanan kali " balas Imel.
Tidak lama terdengar pintu ruangan terbuka.
" Assalamualaikum selamat siang " ucap Bidan senior katim shift siang yang bernama Elma mereka biasa menyebutnya dengan sebutan Mbak.
" Wa'alaikumusalam " ucap mereka bertiga.
" Akhirnya Mbak e datang " susul Meysa.
" Mau kemana Mey " tanya Elma.
" Mari pulang marilah pulang bersama-sama " jawab Meysa sedikit bernyanyi disusul gelak tawa dari mereka.
" Jangan dulu, yang shift siang belum ada yang dateng lagi, oya.. cuma bertiga ? " tanya Elma.
" Iya, Dokter Deva di poli " jawab Bu Irna.
" Oh oke jadi yang shift siang dokter nya siapa dong ? " tanya Elma lagi.
" Dokter Shintia " jawab Bu Irna.
" Oke deh "
Disaat yang bersamaan bidan-bidan shift siang berdatangan, sebelum pulang mereka operan dinas terlebih dahulu dari yang shift pagi ke shift siang.
Setelah selesai karyawan shift pagi pulang termasuk Agni.
Saat keluar ruangan, terlihat awan sangat gelap dan hujan begitu deras.
" Gni, kamu pulang naik apa ? " tanya Meysa.
" Paling angkot Kak, kalo gak taxi aja " jawab Agni.
" Aku duluan ya, kamu hati-hati " Meysa berjalan menuju parkiran motor karyawan karena arah pulang Agni dan Meysa berbeda.
Agni berjalan kembali menyusuri koridor-koridor rumah sakit, ia melihat panah bertuliskan EXIT. Ia keluar rumah sakit melalui pintu itu. Agni sudah berada di halaman rumah sakit banyak orang yang berteduh disana entah tukang dagang, entah itu keluarga pasien dan beberapa tenaga kesehatan lain yang sebagian Agni belum mengenalinya.
" Duh gimana ini, mau naik angkot harus nyebrang ke halte depan, mana gak bawa payung lagi " batin Agni.
Ia menunggu agar hujan sedikit reda, sehingga ia bisa berjalan sampai halte, agar ia bisa menaiki angkot menuju rumahnya.
Hampir 20 menit Agni menunggu, Do'a Agni terkabul hujan mulai mereda lalu ia mulai berjalan menuju halte depan rumah sakit, namun tanpa disangka belum juga ia sampai halte hujan kembali deras dengan kilatan yang menyambar.
" Ya Allah Ya Rob.. lindungi Aku.. " Batin Agni.
Akhirnya ia sampai di halte dengan baju yang basah kuyup. Karena kehujanan. Ia pun menunggu dengan beberapa orang lain yang sama kehujanan juga.
Hampir 20 menit juga menunggu, belum ada juga angkot maupun taxi yang lewat.
" Duh gimana ini ? udah makin sore gak ada angkutan, baju basah, kedinginan, sedih banget hikss " batin Agni.
Agni mulai teringat kenapa ia tidak menghubungi Ayah nya saja, Ayah nya pasti masih dikantor.
Saat Agni membuka tas nya untuk mengambil ponsel tiba-tiba Mobil berwarna abu-abu tua berhenti tepat di hadapannya. Lalu membuka kaca mobil nya.
" Agni... Bu Bidan... " Teriak pria didalam mobil itu.
Agni sontak mengangkat wajahnya melihat ke arah pria itu.
" Dokter Deva " gumam Agni.
" Ayo naik " ucap Deva.
" Terima kasih banyak Dok, saya menunggu angkutan saja " susul Agni.
" Diluar hujan deras, lihat baju kamu.. " teriak Deva lagi.
Agni melihat baju seragam putih yang ia kenakan, benar saja sedikit menerawang karena basah diguyur air hujan. Ia pun menjadi tidak nyaman jika ada orang yang melihat ke arahnya.
" Ayo masuk " teriak Deva lagi.
Mau tidak mau Agni masuk kedalam mobil yang sudah di buka pintu nya oleh Deva. Ada perasaan ragu tapi mau bagaimana ia pun tidak bisa berlama-lama di halte dengan baju yang basah kuyup bisa bisa ia menjadi bahan tontonan orang-orang.
" Maaf ya Dok " Agni duduk di kursi penumpang lalu menutup pintu mobil.
" Gak perlu minta maaf, lebaran masih jauh " ucap Deva sekenanya.
" Hah.. " Agni sedikit mendongakkan wajahnya ke arah Deva.
Deva langsung mengambil jas dokter nya yang ia simpan di jok belakang.
" Pakai ini " Deva memberikan jas nya kepada Agni.
" Tidak usah dok terima kasih " Agni menutupi beberapa bagian tubuhnya dengan tas yang ia bawa.
" Kamu mau saya lihat kamu dengan baju yang basah seperti itu ? " ucap Deva.
Agni pun berpikir. Benar juga apa kata Deva.
" Oh.. nggak.. Dok.. iya terima kasih " Agni mengambil jas dokter Deva, lalu ia pakai untuk menutupi bagian tubuhnya yang perlu ditutupi.
" Oke.. rumah kamu dimana ? saya antar kamu pulang " ucap Deva.
" Hmm.. sampai ada angkutan saja Dok " balas Agni.
" Hmmm... " Deva hanya mengehela nafas dalam lalu menyalakan mesin kembali melajukan mobil nya meninggalkan halte.
Hening di dalam perjalanan, hanya terdengar deru mesin mobil.
" Buseettt ini jas wangi bener, perasaan gak wangi-wangi banget gini deh waktu aku duduk di sebelahnya kemaren-kemaren, mimpi apa aku semalem, bisa naik mobil Dokter Deva " batin Agni.
Agni tetap menatap lurus kedepan begitupun Deva, namun sesekali Deva melirik ke arah Agni dengan ujung ekor matanya, tanpa Agni sadari.
" Kayanya gue naksir sama ni cewe.. Agni apakah kamu menerima cintaku... arghhhhh Gila emang !! " batin Deva.
💐💐💐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
wah dok beneran naksir nih
2025-01-28
0
Rahma Inayah
mulai tumbuh benih2 cnt
2024-02-27
1
Yuni Verro
cepat di lamar dok agni nnti diambil arif
2023-04-12
1