Terbongkar

Kedua laki-laki itu memasuki mobil yang sama dengan Aisyah duduk di belakang mereka, tampak kompak dan akur ketiganya sungguh membuat Laura semakin bersedih.

Tak lama berselang kepergian Aisyah, mobil lainnya memasuki halaman rumah itu, membuat Laura terburu-buru masuk karena dia tahu siapa yang datang.

"Tunggu Laura." Dimitri pun tak kalah terburu-buru mengejarnya, bahkan pintu mobilnya tak tertutup sempurna.

"Laura!" Dimitri meraih tangan Laura.

"Ada apa? Bukankah kita sudah selesai?" tanya Laura dengan tatapan tajam.

Dimitri tak menjawab, hanya menatap wajah Laura dengan tatapan sulit diartikan.

Dimitri berlalu masuk ke dalam rumah Aisyah, tak membuang waktu pria itu melangkah cepat.

"Kau mau kemana?" tanya Laura mengikuti langkah Dimitri.

Di ruang keluarga itu ia tampak bingung, mencari namun tak menemukan siapa-siapa. Begitu pula Laura berdiri di belakangnya tanpa berkata apa-apa.

"Dimana mereka?" tanya Dimitri tanpa menoleh Laura.

"Mereka siapa?" tanya Laura memandangi punggung Dimitri.

Dimitri berbalik menghadap Laura. "Jangan pura-pura Laura, untuk apa kau disini jika tak ada yang membuatmu datang." desis Dimitri dengan tatapan semakin menusuk.

"Apa maksudmu?" Laura sedikit tak nyaman dengan cara Dimitri bicara padanya.

"Katakan dimana pria itu?" tanya Dimitri lagi.

"Apa maksudmu pria siapa?" tanya Laura sedikit meninggikan suaranya.

"Pria yang sudah menyentuhmu, ayah dari anak yang ada di dalam perutmu Laura."

Mata bening Laura membulat sempurna, dadanya naik turun dengan jantungnya berdegup kencang. Rasa nyeri itu tak hanya menusuk hati, tapi seluruh tubuhnya menjadi ngilu.

"Kau jangan asal bicara." ucap Laura pelan namun terlihat takut.

"Apa yang membuatmu menutupi semua ini?" tanya Dimitri dengan wajah penuh amarah. Terlebih lagi saat mata indah Laura mengalirkan sungai kesedihan.

"Aku hanya ingin semuanya berakhir tanpa saling menyakiti." ucap Laura pelan.

"Itu mustahil Laura."

Dimitri berteriak memanggil El dan Aisyah bergantian.

"Ada apa Tuan?" tanya Athy menatap heran.

"Dimana Aisyah dan El?" tanya Dimitri geram.

"Mereka pergi ke puncak Tuan, baru saja bersama Tuan besar." jawab Athy sopan, sedikit melirik Laura yang terisak menangis.

"Kalau begitu kita akan menyusulnya." Dimitri menarik tangan Laura, dia tak peduli Laura tak nyaman atau kesakitan.

Namun tak di duga, mobil yang baru saja berangkat itu kembali memasuki halaman rumah Aisyah.

Dimitri melepaskan tangan Laura, dia terfokus dengan siapa yang akan turun dari mobil tersebut.

Aisyah keluar lebih dulu dengan sedikit terburu-buru.

"Aku mendapat telepon dari asisten Papa, kami akan pergi selama tiga hari. Aku akan membawa Kayla." Aisyah berlalu melewati kedua orang tersebut.

"Dimitri." Adinata menyapa setelah turun dari mobil, tak lupa El juga turun dengan wajah arogannya, melangkah santai menyusul Aisyah.

Tanpa di sangka-sangka tangan yang mengepal sejak tadi kini berpindah mencengkeram erat dada Eliezer, mendorongnya tanpa aba-aba membuat Laura dan Adinata berteriak.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Adinata mencoba melerai keduanya.

Namun tak di hiraukan Dimitri hingga berhasil memikul wajah El dan membuatnya mundur.

"Dimitri, hentikan! Kita bisa bicara baik-baik." Laura meraih lengan Dimitri yang tampak masih belum puas, kembali mendekati Eliezer.

"Berhenti dan jelaskan apa masalahnya." Adinata berdiri di antara kedua pria tersebut.

"Dengar baik-baik Paman Adinata. Dia sudah menghamili Laura, calon istriku. Dan dengan santainya dia malah ingin menikahi putrimu." ucap Dimitri lantang.

"Tutup mulutmu, kau sengaja mengacaukan hubunganku dengan Aisyah!" El mendekati Dimitri mencoba menghentikan pria itu berbicara.

"Itu benar, aku memiliki buktinya!" teriak Dimitri tak peduli siapapun, termasuk Aisyah yang kini berdiri di belakangnya.

"Tidak,, tidak. Yang terjadi tidak seperti itu!" El mencoba meyakinkan Adinata.

"Itu benar Paman, Laura sedang mengandung anaknya." Dimitri menunjuk Eliezer.

"Aisyah." El menyingkirkan tubuh Dimitri dan mendekati Aisyah.

"El." panggilnya dengan suara mengecil menahan kekecewaan.

"Sayang semuanya tidak seperti itu, aku tidak seperti itu. Aku bersumpah tidak menginginkan itu terjadi, aku hanya mencintaimu saja Ay." Eliezer meraih tangan Aisyah berusaha meyakinkannya.

"Kau jahat El." ucapnya lagi dengan air mata mengalir di kedua belah pipinya, wajah cantiknya terlihat sendu dan sungguh membuat Eliezer ikut merasakan sakitnya.

"Tidak Ay, aku tidak begitu." El memeluk Aisyah begitu erat, mata pria itu berkaca-kaca, tangannya bergetar gugup dan bingung sendiri, bagaimana cara meyakinkan Aisyah.

"Mengapa kau tidak jujur, dari awal aku sudah curiga dengan sikapmu juga Kak Laura?" tangis Aisyah sambil berteriak.

"Maaf, aku minta maaf Ay. Aku mohon jangan menangis." El melonggarkan pelukannya namun kembali memeluk erat.

"Dia sudah menghamili kakakmu." ucap Dimitri lagi, memperjelas masalah mereka kepada Aisyah. Membuat tangis wanita cantik itu semakin menjadi.

"Ay maafkan aku, semuanya tidak sengaja." ucap El lagi mengharap Aisyah mendengarkannya.

Kali ini Adinata yang mendekati El dan Aisyah, menarik tubuh Eliezer dan memisahkan keduanya.

"Selesaikan urusanmu dengan Laura." ucap pria berwibawa itu mendorong Eliezer.

"Tidak Paman, aku hanya menginginkan Aisyah, kami akan menikah." El kembali mendekati Aisyah.

"Tidak El, akan lebih baik selesaikan masalah kalian terlebih dahulu." Adinata membawa Aisyah masuk ke dalam.

"Ay." Eliezer tak berhenti mendekati Aisyah.

"Aisyah." kali ini Laura yang memanggil Aisyah dan ingin bicara.

"Pergilah Laura, maaf aku tidak mengizinkan putriku berbicara pada siapapun."

"Tapi Paman." ucap Laura dengan air mata yang tak kalah derasnya dengan Aisyah.

"Saudara tidak akan saling menyakiti Laura." ucap Adinata lagi menutup pintu rumahnya.

Tentu ucapan itu sangat menyakitkan bagi Laura, terlebih lagi itu semua bukan salah Laura sepenuhnya.

"Aku tidak suka di khianati Laura, begitu juga Aisyah. Kalian malah bersandiwara untuk membohonginya, sama seperti aku. Itu sebuah kejahatan!" jawab Dimitri.

"Justru di sini kaulah penjahatnya, kau menghancurkan hubunganku dengan Aisyah." jawab Laura menghapus air matanya.

"Kau menyalahkan aku? Apa tidak salah?" Dimitri tertawa sinis melirik El yang masih tertunduk lemas.

Laura memilih pergi meninggalkan perdebatan yang tak akan menemukan jalan keluarnya.

Kemudian El juga meninggalkan rumah itu dengan langkah gontai ia menuju mobilnya.

Pupus sudah harapan untuk menikahi Aisyah, hal yang akhir-akhir ini ditakutkan malah begitu cepat menjadi nyata.

Kalau sudah begini, tak ada yang bisa di salahkan Eliezer kecuali kebodohannya sendiri.

"Maafkan aku Ay." gumamnya di dalam mobil yang belum juga melaju.

Berharap esok masih punya kesempatan untuk berbicara dan memperbaiki hubungannya dengan Aisyah.

Tapi, akan sulit rasanya ketika kehamilan Laura terbongkar di hadapan Adinata, tentu seorang ayah akan menolak jika anaknya akan tersakiti.

Laura

El melihat wanita itu berdiri di pinggir jalan di depan rumah Aisyah.

Semuanya terasa sangat rumit saat ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!