Bimbang

Sebuah mobil memasuki halaman rumah Aisyah, seorang pria turun dan melangkah cepat menemui Aisyah yang sedang duduk bersantai dengan Kayla di sore itu.

"Ay."

Aisyah tersenyum dan berpindah tempat duduk meminta Dimitri duduk bersamanya. "A_"

"Aku ingin di sini sebentar." ucap Dimitri memotong ucapan Aisyah.

Aisyah menautkan alisnya, menatap heran Dimitri yang terlihat kusut.

"Tadinya aku ingin pulang ke Australia, tapi aku mengurungkan niatku lantaran aku tak bisa tenang. Aku bertengkar dengan Laura." jelas Dimitri dengan sedikit terbata-bata.

"Bukankah kau sedang melamarnya? Mengapa harus bertengkar?" tanya Aisyah pelan dan halus terdengar.

Dimitri tak menjawab, dia hanya menunduk dan berpikir.

Tak lama kemudian sebuah taksi berhenti di depan rumah Aisyah, Laura memasuki rumah itu.

Sempat menoleh mobil yang beberapa hari ini di bawa Dimitri terparkir di sudut halaman.

"Dimitri!" gumam Laura.

Langkah yang tadinya cepat kini berubah pelan setelah tahu siapa yang ada di sana, kembali kesedihan itu menyeruak membuat pedas matanya.

"Kak Laura." panggil Aisyah pelan, wanita berpakaian panjang tersebut berdiri dan langsung mendekati Laura.

"Aku mau istirahat." ucap Laura tak mau bicara banyak.

"Kak, duduklah sebentar. Kak Dimitri sudah datang sejak satu jam yang lalu." Aisyah menahan bahu Laura.

"Kami sudah putus." ucap Laura berlalu dengan langkah pelan.

"Putus!" ulang Aisyah, kemudian menatap Dimitri di belakangnya.

Dimitri tak memberi respon apa-apa, hanya tetap pada posisi duduk dengan mata menatap tajam meja di hadapannya.

Aisyah semakin bingung dengan situasi keduanya, dia benar-benar tak paham dengan masalah yang sedang mereka hadapi. Putus dalam usia kedekatan sepuluh tahun? Tentu masalah mereka bukanlah hal biasa.

"Apakah Kak Laura melakukan kesalahan?" tanya Aisyah pelan, duduk mendekati Dimitri ketika Laura berlalu masuk ke dalam rumahnya.

Dimitri tak menjawab, hanya terlihat sedang menahan amarah yang begitu besar membuat Aisyah semakin tak tahu harus seperti apa bicara dengan Dimitri.

"Bagaimana jika_"

"Kakek!" teriakan Kayla menghentikan ucapan Dimitri.

"Papa." Aisyah beranjak menyambut kedatangan ayahnya.

"Papa datang bersama El, kami baru saja selesai bicara tentang kalian berdua." ayah Aisyah yang bernama Adinata itu memeluk Aisyah dan Kayla dalam gendongannya.

"Iya, aku sudah memutuskan untuk menerima El untuk menjaga kami berdua." jawab Aisyah.

"Halo." Adinata menyapa Dimitri yang sejak tadi duduk dan memperhatikan keduanya.

"Halo Paman, aku Dimitri." Dimitri mengulurkan tangannya.

"Oh, Ya, ya. Aisyah sudah bercerita tentang kalian. Tidak masalah, silahkan duduk dan aku hanya merindukan Aisyah juga Kayla cucuku. Aku tinggal di rumah yang lain, tidak terlalu jauh dari sini." jelas Adinata ramah dan bersahabat.

"Terimakasih, tapi sebaiknya aku pamit pulang, karena hari sudah sangat sore." Dimitri melihat jam yang melingkar di tangannya.

"Mengapa terburu-buru, sebaiknya kita makan bersama." Adinata menawarkan.

"Terimakasih Paman, kau baik sekali tapi sepertinya aku harus pulang." Dimitri beranjak dari duduknya, sebelumnya ia menoleh ke dalam rumah, berharap melihat Laura.

Dimitri melangkah menuju mobilnya dengan perasaan tak karuan, Tangisan dan amarahnya masih mengiang-ngiang, sungguh Laura membuat Dimitri berat meninggalkan rumah Aisyah.

Bagaimanapun juga, sepuluh tahun bukanlah waktunya yang sebentar, tak hanya hati tapi separuh kehidupannya sudah berbagi dengan Laura.

Tin tin.

Sebuah mobil kembali memasuki halaman rumah Aisyah, mobil yang sudah sangat familiar tentunya.

Dimitri menoleh mobil yang baru saja berhenti tersebut, mata hitamnya menajam ketika sosok yang tampan juga arogan itu keluar dari mobil tersebut.

Eliezer!

Begitu Dimitri menyebutnya di dalam hati.

Tapi kemudian berlalu dari rumah itu, tentu karena El sama sekali tak peduli dengan tatapan Dimitri.

Pria tampan itu mendekati Aisyah dan Kayla, tanpa jarak mereka tertawa dan bercanda.

"Paman tampan sekali." puji Kayla kepada El yang sedang memeluk dan memandangi wajah gadis kecil tersebut.

"Benarkah? Kalau begitu mulai sekarang Kayla harus memanggilku Papa." Eliezer mengecup pipi Kayla kiri dan kanan bergantian.

"Papa?" tanya Kayla memiringkan kepalanya.

"Ya, karena Paman akan segera menikahi Mama dan kita tidak akan berpisah lagi. Kita akan menghabiskan hari bersama-sama, makan bersama, tidur bersama dan semuanya." Eliezer benar-benar membuat gadis kecil itu senang.

"Ya, Kayla menyukainya." jawab Kayla tertawa khas suara menggemaskan miliknya.

"Pintar sekali." Eliezer menggendong Kayla di atas kepala, mengayun-ayunkan tubuh kecilnya membuat tawa semakin terdengar hingga ke dalam rumah.

"Sudah El, dia bisa menangis jika terlalu banyak tertawa di siang hari."

Suara Aisyah sedikit kencang terdengar oleh Laura yang memang mengintip sejak tadi.

Tujuannya mengintip Dimitri yang katanya akan pulang ke Australia tapi malah ada di sini.

Malah melihat betapa keluarga adiknya sangat bahagia dengan kedatangan Eliezer.

Laura menyandar di dinding dengan air mata mengalir deras mencengkeram kerah bajunya sendiri menahan sesak dan nyeri.

"Bagaimana bisa seorang kakak menghancurkan kebahagiaan adiknya?" pelan Laura sambil terus menangis.

Kembali ia melihat ke luar jendela, kembali menyaksikan bagaimana Eliezer terus saja menggendong Kayla dan berbicara hangat dengan Adinata, ayah Aisyah.

'Andaikan saja Dimitri seperti dia, mau menerima aku dan anak ini dengan ikhlas.'

Dimitri tampak sempurna dengan gelar Dokter spesialis dan kehidupan yang selalu bersih, jangankan minum dan mabuk, merokok saja dia tidak pernah. Hari-harinya dihabiskan di rumah sakit dan menolong orang, tak pernah terdengar seorang Dimitri bermain perempuan. Jauh terbalik dengan Eliezer yang merupakan seorang penjahat wanita, mabuk dan semua keburukan ada padanya. Tapi memiliki sikap terbalik ketika sudah menyangkut perasaan.

Ternyata kelapangan hati seseorang tidak bisa dilihat dari apa pekerjaan dan kebiasaannya.

Entahlah...

Laura kembali bimbingan dengan keputusannya.

...ΩΩΩ...

Di rumah yang lain, Dimitri sedang sibuk menghubungi banyak orang melalui ponselnya. Wajahnya tegang dengan sesekali matanya menatap tajam lalu terpejam dengan kesal di dadanya.

Ponselnya berdering.

"Bagaimana?" tanya Dimitri sudah tak sabar menunggu apa yang dia ingin tahu.

"Sebentar lagi kami akan mengirimkan ke ponsel anda." jawab seseorang di seberang sana.

Dimitri menutup ponselnya dengan gusar.

"Jika itu benar dirimu, aku pastikan kau akan habis di tanganku." geram Dimitri dengan mata memerah dan mengepalkan tangannya kuat.

Keberangkatan pukul 11:00 tadi siang menuju Australia sengaja di batalkan Dimitri karena menerima sederet data yang sengaja dimintanya pada pihak apartemen di sana.

Dan betapa Dimitri terkejut ketika mendapati sebuah nama dari salah satu penghuni yang asing bagi Dimitri.

Eliezer Lie Bagaskara.

Bukan tak mungkin kedatangan Laura ke Indonesia adalah mengejar Eliezer.

Dimitri meremas jarinya sendiri, antara cinta dan amarah, kecewa dan benci. Pastinya Dimitri akan membuat perhitungan yang tak sedikit.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!