Deru mobil memasuki halaman rumah Aisyah, di sore itu Aisyah sedang menemani Kayla bermain bersama El.
"Selamat sore Ay." Dimitri mendekati Aisyah tapi matanya terfokus dengan Kayla yang sedang asyik bermain dan tertawa bersama Eliezer.
"Selamat sore kak." Aisyah tersenyum ramah, mempersilahkan duduk di kursi taman.
"Aku menghubungi Laura, tapi tak ada jawaban sejak tadi pagi. Aku khawatir dengannya." ungkap Dimitri menjelaskan kedatangannya.
"Kak Laura?" Aisyah menatap Dimitri dengan heran.
"Ya, apakah dia sakit?" tanya Dimitri khawatir.
Aisyah menoleh El yang sepertinya tak mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Tadi Kak Laura keluar, aku saja belum bertemu dengannya karena aku baru pulang tadi pagi dari peresmian Vila Papa." jelas Aisyah masih menatap heran. Kembali mata beningnya melirik Eliezer.
"Lalu dia pergi kemana?" Dimitri semakin khawatir, tak biasanya Laura mengabaikan telepon darinya.
"Aku akan menghubunginya." Aisyah meraih ponsel yang tergeletak di atas meja.
Dimitri juga menunggu panggilan ponsel Aisyah tersambung, dia sudah tidak sabar untuk mengetahui kabar Laura.
"Tidak diangkat." ucap Aisyah setelah berusaha mengulangi panggilannya beberapa kali. Aisyah jadi berpikir tentang kedatangan Laura kemari, dan sikapnya yang lebih pendiam dari saat dulu dia datang ketika masih kuliah.
"Kemana Laura?" gumam Dimitri menarik nafas sejenak.
"Apakah Kak Laura memiliki masalah di Australia?" tanya Aisyah mencoba mencari tahu dari Dimitri.
"Yang aku tahu tidak ada Ay. Hanya, ayahnya memang sempat menjodohkan Laura kepada seseorang, tapi belum sempat bertemu dan perjodohannya batal. Harusnya itu tak menjadi masalah besar untuk Laura." jelas Dimitri terus memikirkan Laura.
"Aku tahu hal itu, tapi aku takut dia memiliki masalah lain, mengingat dia sering melamun dan tidak nafsu makan akhir-akhir ini, padahal saat datang dia menyukai apa saja, hanya hampir seminggu terakhir dia berubah, seperti ada beban." Aisyah berharap Dimitri bisa memberikan informasi lain tentang kakaknya.
"Tidak ada Ay, bahkan terakhir kali kami bertemu dia sangat manja seperti biasa." jelas Dimitri lagi.
Aisyah kembali menoleh Eliezer, entah mengapa hatinya berkata jika Eliezer dan Laura lebih dekat dari yang diucapkannya.
Aisyah menggeleng pelan, menepis curiga yang baru saja menghilang, mendadak muncul karena Dimitri mencari Laura.
"Aku ingin menikahi Laura secepatnya Ay, hubungan kami sudah lebih dari sepuluh tahun, dan itu tidak mudah. Aku tak mau kehilangan Laura saat ini." ungkap Dimitri menyatakan kesungguhannya.
"Itu lebih baik Kak, kalian bukan lagi dalam tahap saling mengenal, tapi sudah sangat meyakinkan untuk saling memiliki." Aisyah turut senang mendengarnya, terlebih lagi kisah yang sudah sangat lama itu, akan sangat di sayangkan jika berakhir sia-sia. Tidak seperti kisah pernikahannya dulu. Hanya dekat beberapa bulan lalu menikah, dan berkahir dengan pengkhianatan di usia pernikahan yang belum genap empat tahun.
Entahlah, apakah itu sebuah kemalangan atau keberuntungan karena kebusukannya terbongkar sebelum terlalu lama menikah.
"Ada apa Sayang?" El mendekati Aisyah yang tampak serius berbicara dengan Dimitri, tangannya bertopang pada kursi yang diduduki Aisyah.
"Kak Laura tidak bisa dihubungi." ucap Aisyah kepada El.
"Tidak bisa dihubungi?" ulang El, dengan nada bertanya.
"Ya." Aisyah sedikit mendongak menatap wajah El, ingin tahu bagaimana reaksi pria tersebut.
"Tadi dia pergi bersamaku saat aku keluar membeli makanan untuk Kayla." El tak mau Aisyah kembali curiga.
Dimitri menyipitkan matanya, merasa tak percaya jika Laura tiba-tiba dekat dengan El. Bahkan saat kemarin mereka bertemu Laura tak terlihat menyukai kekasih Aisyah itu.
"Tapi dia bilang ingin jalan-jalan sebentar, menikmati suasana pagi." Eliezer berusaha setenang mungkin.
"Kalian berpisah dimana?" tanya Dimitri ingin tahu.
"Di persimpangan sebelum Bakery Boom, tadi pagi." jelas El lagi, jujur saja dia juga penasaran dengan keberadaan Laura, terlebih lagi dia sedang mengandung anaknya.
"Baiklah, aku akan mencoba mencarinya, permisi." Dimitri langsung berlalu dari Aisyah dan Eliezer tanpa menoleh lagi, dia benar-benar khawatir.
"Kemana Kak Laura?" gumam Aisyah.
"Aku tidak tahu Sayang." jawab El masih berdiri di belakang Aisyah. Sikapnya selalu mesra, tapi hatinya mulai gelisah.
...ΩΩ...
Rumah baru itu cukup nyaman, hanya tinggal menunggu asisten rumah tangga yang sudah di janjikan pemilik rumah yang lama akan datang sore ini.
Laura menunggu sambil duduk di teras depan rumahnya, kembali berpikir apakah keputusan ini sudah benar?
Ataukah akan menjadi masalah baru bagi Laura, Aisyah, dan Dimitri.
Laura mengacak-acak rambutnya sendiri ketika membayangkan kekacauan seperti apa yang akan terjadi ketika mereka semua tahu bahwa Laura sedang mengandung anak dari laki-laki yang menjadi kekasih adiknya.
"Ya Tuhan...!"
Laura merengek dan mengeluh, mendongak kepada langit yang biru berharap ada jawaban yang mungkin saja dikirimkan tuhan Padanya. Tapi percuma, semuanya terasa buntu.
Ponselnya kembali berdering membuat tangannya bergetar, dia tidak tahu harus berkata apa dengan mereka.
Laura menatap sekeliling rumah itu, mencari alasan yang paling tepat untuk menjawab Dimitri atau Aisyah.
Tapi lagi-lagi dia bingung harus berkata apa.
"Baiklah. Sebelum Dimitri menghubungi Papa dan mengatakan bahwa aku hilang. Akan lebih baik jika aku mengatakan sedang berada di jalan pulang."
Laura mengangguk-angguk.
"Halo."
"Laura, kau ada dimana? Aku hampir gila mencari mu!" suara Dimitri terdengar sangat khawatir juga sedikit marah.
"Aku hanya jalan-jalan dan bermain." jawab Laura berusaha sebisa mungkin agar terdengar sedang bersenang-senang.
"Astaga. Jika hanya bermain harusnya tidak seharian kau mengabaikan aku." Dimitri masih kesal.
"Baiklah, aku akan segera sampai." jawab Laura tak mau mendengar Dimitri meluapkan kekesalan dan kekhawatirannya.
"Aku akan putar balik dan menunggumu di rumah Aisyah, aku ingin berbicara penting padamu."
"Iya."
Dimitri menutup panggilan ponselnya.
Laura menarik nafas sangat dalam, meskipun tak mengurangi beban di dalam hatinya tapi sedikit mengumpulkan keberanian untuk menghadapi Dimitri.
"Apa yang harus aku lakukan? Jika mengatakan yang sebenarnya kepada Aisyah, maka Dimitri juga akan mengetahuinya. Tapi jika aku terus menutupi, maka pria itu akan tetap mendekati dan mungkin saja menikahi Aisyah."
Laura benar-benar tidak tahu harus bagaimana.
Tak berapa lama kemudian sebuah taksi berhenti di depan rumah baru Laura, tampak seorang wanita paruh baya turun dan tersenyum ke arah Laura.
"Masuk Bibi." Laura berdiri dan membukakan pintu pagar.
"Terimakasih Non, maaf tadi lama menunggu taksi." ucapnya menunduk hormat.
"Tidak apa-apa Bibi, ini kunci dan uang untuk belanja. Aku harus segera pulang ke rumah adikku." Laura memberikan amplop dan kunci.
"Baik Non." jawab Bibi yang bernama Asih tersebut.
"Aku pulang Bi." Laura terburu-buru keluar pagar, dia harus pulang secepatnya ke rumah Aisyah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments