Aunty Laura

"Non, kita periksa di klinik saja yang tidak terlalu jauh." usul Bibi ketika berangkat bersama Laura dengan taksi langganan mereka.

"Iya Bi, lagi pula kita harus membeli banyak belanjaan. Stok makanan kita sudah mulai menipis." ucap Laura bersiap turun ketika taksi yang mereka tumpangi sudah melambat.

"Mari Non." Bibi meraih tangan Laura.

"Sepertinya ini klinik baru." gumam Laura.

"Benar Non." jawab Bibi ikut melihat-lihat.

"Bibi disini saja." ucap Laura lagi meminta asisten rumah tangga sekaligus temannya itu duduk menunggu.

Bibi mengangguk.

"Sendirian Nyonya?" tanya dokter tersebut tersenyum ramah.

"Iya Dok." jawab Laura tak mau bicara banyak, tentu hal sebenarnya sangat menyakitkan untuk di ceritakan.

Kandungan yang baru berusia dua bulan, tak butuh waktu lama untuk memeriksanya. Dokter hanya memberikan beberapa vitamin dan obat mual seperti beberapa Minggu lalu Laura pernah memeriksakan kandungannya.

Biarlah Dimitri menjauh, hidup harus tetap berjalan dan tak mungkin bayi tak berdosa itu harus di salahkan.

Biarlah El yang salah, Laura juga tak merasa benar lantaran terlalu berharap pada Dimitri, dan sekarang sudah sangat jelas dia tidak perduli.

Lalu Aisyah? Laura sering berpikir jika adiknya tak bersalah dengan semuanya ini, wajar saja jika Adinata membencinya karena Laura sudah menutupi kehamilannya bersama Eliezer.

Berharap waktu bisa berjalan lebih cepat, atau berlalu kencang agar semuanya segera usai.

"Sudah selesai Non?" tanya bibi beranjak dari duduknya setelah Laura keluar.

"Sudah Bi." Laura menyimpan obat yang di berikan dokter ke dalam tas miliknya.

"Kita jalan kaki saja menuju pusat perbelanjaannya." usul Bibi memang pusat perbelanjaan yang sedang mereka tuju tak begitu jauh.

"Iya Bi, sekalian kita olah raga." Laura terkekeh bersama Bibi yang selalu setia.

Tak berapa lama mereka sudah memasuki pusat perbelanjaan tersebut, keduanya sibuk memilih bahan makanan dan segala macam kebutuhan. Bibi mendorong troli sekaligus mengumpul bahan kebutuhan dapur, sedangkan Laura sibuk dengan makanan ringan dan buah.

Tak jauh dari tempat itu, seorang wanita dan gadis kecil juga sedang duduk di sebuah bangku taman bersebelahan dengan Taman kanak-kanak, sepertinya mereka sedang menunggu jemputan.

"Mama, mengapa Paman El tidak pernah menjemput Kayla?" tanya anak perempuan tersebut dengan wajah sendu.

"Karena Paman El sedang sibuk Sayang." jawab Aisyah, berusaha tersenyum walaupun ada rasa sedih mendengar pertanyaan Kayla.

El sudah terlalu dekat dengan Kayla.

Sempat berpikir untuk tetap mempertahankan hubungannya dengan Eliezer. Tapi bagaimana dengan Laura? Tentu Laura lebih membutuhkan El dari pada dirinya.

'Laura butuh suami, anaknya butuh seorang ayah. Dan aku harus bisa mengalah.'

Rasanya nafas itu semakin berat jika memikirkan tentang hubungan rumit mereka. belum lagi, Laura entah ada dimana.

Sebuah mobil berhenti tepat di hadapan Aisyah dan Kayla.

"Paman El!" Seru Kayla langsung beranjak dari duduknya mendekati mobil tersebut.

"Hai Sayang." El membuka pintu mobil dan menyapa gadis kecil yang tampak merindukannya.

"Paman kemana saja?" tanya Kayla lagi dengan suara khas yang menggemaskan.

"Oh, putriku sedang rindu?" tanya El melirik Aisyah. "Maaf Sayang, akhir-akhir ini Paman sedang sibuk." jelas El lagi menggendong Kayla.

Pria itu melangkah mendekati Aisyah yang ikut berdiri dari duduknya.

"Sudah mau pulang?" tanya El dengan suara beratnya, mata hitam pekat miliknya menatap wajah Aisyah begitu mesra.

Tampak ragu namun akhirnya ia menjawab. "Kami sedang menunggu sopir." ucapnya pelan, berusaha menghindari tatapan Eliezer.

"Aku sengaja datang menjemputmu Sayang." ucap El dengan lembut sekali.

Ah, dia memang selalu bersikap seperti itu. Aisyah sendiri terkadang merasa kesulitan mengendalikan perasaannya jika sudah begitu. Belum lagi pesonanya yang tak pernah padam, tampan, mapan dan arogan yang membuat semua wanita meliriknya.

"Aku ingin Es krim." ucap Kayla kepada El.

"Baiklah Sayang, kita akan membelinya." El berjalan dengan Kayla tetap berada dalam gendongannya, sementara Aisyah mengiring di belakang dengan tanpa bicara.

Hanya beberapa langkah saja, mereka membeli es krim sesuai dengan yang Kayla inginkan.

"Lagi?" tanya El menanyai Kayla.

Kayla menggeleng, wajah cantik dan menggemaskan mirip ibunya membuat El selalu mengecup dan memeluknya sesuka hati.

El segera memberikan uang kepada penjual es krim tersebut.

"Kayla ingin membeli apa lagi?" El menoleh di sekitar mereka. Jam pulang sekolah taman kanak-kanak seperti saat ini, ada banyak penjual mainan dan makanan di sekitar sana.

"Kayla mau yang itu." Kayla menunjuk segerombolan balon udara.

El tertawa lebar ketika melihat kemana arah jari kecil Kayla menunjuk. "Kayla ingin yang mana?" tanya El lagi.

"Kayla suka Unicorn." jawabnya masih menunjuk balon yang bergoyang-goyang terikat tali oleh penjualannya.

"Baiklah. Kayla disini saja bersama Mama, Paman akan membelinya." El menurunkan tubuh kecil itu di samping Aisyah.

"Sayang jaga Kayla sebentar." ucap El langsung menyeberangi jalan menuju dimana penjual balon tersebut berada.

"Setelah ini kita pulang ya." Aisyah membujuk Kayla.

"Iya Mama." jawabnya masih terlihat asyik memakan es krim.

Dering ponsel membuat Aisyah sedikit teralihkan, ia membuka tasnya dan melihat siapa yang memanggil.

"Halo Papa." Aisyah menjawab panggilan ponselnya, tampak serius dengan sedikit menutup sebelah telinganya karena suara kendaraan juga begitu ramai.

"Aunty Laura." gumam Kayla melihat seseorang yang baru saja keluar dari pusat perbelanjaan tak begitu jauh dari mereka, berdiri dengan banyak belanjaan di sana.

"Aunty Laura!" teriaknya berharap wanita yang sedang dipanggilnya mendengar.

Karena rasa penasaran Kayla berlari menyusuri jalan ingin segera menemui Laura.

"Aunty!" teriaknya bersebrangan namun tak dapat didengar.

Sedangkan Laura di seberang sana tampak sedang menoleh kiri kanan menunggu taksi yang datang.

"Capek Non?" tanya Bibi kepada Laura."Tidak juga Bi." jawabnya sedikit tertawa.

Ia tak sadar jika seorang anak sedang memanggilnya berkali-kali.

"Aunty!" panggilnya lagi hampir menangis.

Dia menoleh Aisyah yang terlihat baru menyadari jika Kayla sudah tak ada di sampingnya.

"Mama!" panggilnya berteriak, melihat ibunya juga El yang sudah kembali dengan balon ditangannya.

"Dia bersamamu Ay!" El terlihat panik, menoleh kiri kanan dan akhirnya melihat Kayla sedang berada jauh dari mereka.

"Kayla." panggilnya berlari segera menghampiri Kayla. Tak terkecuali Aisyah juga mengikuti El menghampiri putrinya.

"Aunty Laura!" panggilnya terus berteriak, hingga tak sengaja Bibi melihatnya dan meminta Laura melihat ke arah gadis kecil tersebut.

"Kayla!" ucapnya terkejut, Laura melepaskan belanjaan di tangannya dan berusaha menyeberang.

"Aunty!" teriaknya lagi

"Kayla tetap di situ, Aunty akan ke sana." Kayla menoleh kiri kanan namun tak sengaja melihat El dan Aisyah berlari ke arah Kayla.

Tentu ia belum siap bertemu keduanya, mungkin lebih baik mereka tak melihat Laura untuk saat ini. Laura mengurungkan niatnya menemui Kayla, berbalik dan menghindari pertemuan dengan Aisyah dan El.

Tapi tanpa di duga Kayla nekat menyeberang dengan terus berteriak, tak bisa di elak kan lagi ketika sebuah mobil melaju kencang dan menabrak tubuh kecil Kayla.

Cciiiiiiiiiiiiitttt brakk!!

"Kayla......!" Teriakan memilukan dari Aisyah seketika membuat waktu berhenti.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!