Lumayan juga

Malam yang sunyi, menunjukkan bahwa bulan sudah terbiasa Tanpa bintang, bahkan setiap kehadirannya hanyalah sendirian. Gemerlap yang tampak mengelilingi itu sebenarnya sangat jauh, hanya terlihat berdampingan tapi tak bisa saling menggenggam. Gelisah yang tak berkesudahan itu menganggu jiwanya.

Dimitri Adriano, pria yang sudah menjalin hubungan sejak masih sekolah itu sangat baik, sopan dan romantis. Laura tidak bisa membayangkan bagaimana nanti jika pria itu sampai tahu bahwa dirinya sudah ternodai.

Laura duduk di teras rumah itu sendirian.

Seseorang mengulurkan tangannya dengan sebuah ponsel tepat di depan wajah cantik Laura, membuat gadis itu mendongak cepat.

"Ambil! Jangan jadikan alasan untuk kembali bertemu denganku." El membuang muka tak mau melihat Laura.

Laura mengambilnya, tentu saja dia sangat membenci pria tersebut, Laura langsung membuka ponselnya.

"Astaga?" Laura memekik, panggilan yang berjumlah puluhan, juga pesan yang begitu banyak membuat matanya membulat sempurna.

Eliezer menatap sinis. "Itu berlebihan." gumamnya meninggalkan Laura masuk ke dalam.

Sedangkan gadis itu tak mendengarkan apapun selain fokus dengan ponselnya.

"Halo!"

Laura menghubungi seseorang, yang sudah sejak tadi menjadi kegelisahannya.

"Mengapa tidak menjawab telepon dariku, aku khawatir!" suara lelaki di seberang sana.

"Ponselku tertinggal di mobil Aisyah." jawab Laura berbohong.

"Aku tidak tenang dengan kepergian mendadak mu ini. Besok aku akan menyusul." ucap Dimitri terdengar benar-benar khawatir.

"Bagaimana dengan rumah sakit, kau tidak bisa meninggalkan tugasmu begitu saja." Laura menyandar sambil memandang jauh di depan.

"Aku sudah meminta rekanku untuk standby di rumah sakit, aku tidak bisa jika kau tidak ada di sini." ucapnya membuat Laura semakin bersedih, Dimitri memang selalu seperti itu.

"Ya, aku menunggumu." ucap Laura sudah tidak tahu harus bicara apa, diam lebih baik baginya.

"Aku merindukanmu Laura." ucap Dimitri lagi, semakin membuat nyeri hati Laura .

"Aku juga merindukanmu Dimitri, aku selalu merindukanmu." ucapnya lembut dan sedih, tentu saat ini dia sedang meneteskan air mata.

"I love you Laura." ucapnya lagi.

"I love you to." jawab Laura memejamkan mata, sesak di dadanya membuat air mata mengalir semakin deras.

Sementara di belakangnya seseorang sudah berdiri sejak beberapa saat, pria itu sengaja menguping pembicaraan gadis yang dianggap sebagi hantu akhir-akhir ini, dia menghantui pikiran Eliezer.

Laura memandangi ponselnya sejenak, lalu menghapus air matanya dan melangkah masuk.

Mata mereka bertemu, namun tak ada yang berbicara. Laura melewati El dengan wajah tak suka, dia benar-benar tidak suka.

...***...

"Kak, ada yang datang mencari mu." suara Aisyah di luar kamar Laura.

"Iya." Laura merapikan rambutnya sedikit, dia baru saja selesai mandi, bangun kesiangan menjadi hobinya akhir-akhir ini, terlalu lelah berpikir dan menangis membuatnya tertidur menjelang subuh.

"Siapa?" tanya Laura, jika teman dia tak punya. Sesekali berkunjung ke Indonesia dan itu sudah sangat lama, dia hanya di rumah saja bersama Aisyah.

"Aku tidak tahu." Aisyah, berlalu dengan senyum manisnya.

Laura melangkah keluar, melihat siapa yang mencarinya.

'Atau jangan-jangan pria brengsek itu? Untuk apa dia mencari ku? Atau dia ingin aku pergi dari negara ini agar dia bebas merayu adikku?'

Laura membuka pintunya, dan betapa ia terkejut hingga mata indahnya melebar sempurna.

"Selamat pagi Sayang." ucap pria berkumis tipis itu membentangkan tangannya.

"Dimitri." Laura menghambur memeluk pria itu, membenamkan kepalanya di dada bidang yang sangat ia rindukan.

Dimitri mengelus kepala Laura, dia tersenyum senang bisa langsung bertemu dengan Laura kekasihnya.

"Masuklah, aku akan mengenalkan mu dengan adikku." ucap Laura masih betah di peluk Dokter Dimitri.

"Baiklah." Dimitri tersenyum senang, sekali ia mengecup pucuk kepala Laura.

"Ay!" panggil Laura sedikit meninggikan suaranya.

Aisyah turun dari kamarnya lantai dua, wanita yang terlihat anggun dengan pakaian panjangnya itu tersenyum lebar.

"Dia Aisyah, dan ini Dimitri." Laura memperkenalkan keduanya.

"Selamat datang Kak." ucap Aisyah kepada Dimitri.

"Terimakasih."Dimitri tersenyum ramah. "Tadi Aisyah yang membuka pintu." ucap Dimitri kepada Laura.

"Ya, pantas saja dia tersenyum saat aku bertanya siapa yang datang." Laura masih bergelayut manja kepada Dimitri.

"Silahkan duduk, aku akan meminta Bibi menyiapkan makanan."

"Itu merepotkan, tapi aku menyukainya, mengingatkan aku dengan Dokter Alya." ungkap Dimitri.

"Kakak mengenal Ibu?" tanya Aisyah penasaran.

"Ya, kami pernah seminar bersama. Dan saat aku masih kecil aku sering ikut ibuku bekerja, dan ibuku adalah rekan kerja Dokter Alya. Kau tahu, aku sudah pernah menggendong mu." Dimitri mengangkat alisnya.

"Benarkah?" Aisyah menutup bibirnya yang setengah terbuka tak percaya dengan ucapan Dimitri.

"Ya." Saat itu Mama sedang bertugas di sini, rumah sakit yang sama seperti almarhum Dokter Alya."

"Ternyata kita bukanlah orang asing. Kalau begitu kau benar-benar harus makan, atau mungkin Kak Laura hanya bisa makan lahap jika bersama Kak Dimitri? Dia terlihat lemas dan jarang makan." Aisyah berlalu meninggalkan mereka ke belakang.

"Benar begitu?"tanya Dimitri.

"Entahlah, hanya sedang malas." jawab Laura.

"Kalau begitu benar kata adikmu, kita harus makan bersama. Dia baik sekali." puji Dimitri mengelus bahu Laura.

"Dia memang baik dan cantik, aku takut nanti kau malah menyukainya dan melupakan aku." Laura memasang wajah merajuk.

Dimitri tertawa senang, kembali memeluk Laura dengan gemas sekali.

"Aku hanya mencintaimu." bisik Dimitri merayu Laura.

"Aku hanya takut, jujur saja akhir-akhir ini aku takut sekali kehilanganmu." Laura duduk dan berhadapan dengan Dimitri.

"Takut, tapi kau pergi, harusnya kau tetap bersamaku." Dimitri menatap bola mata indah milik Laura.

"Aku ingin tahu, apakah kau akan menyusul?"

"Dan aku di sini sekarang, menyusul mu, aku takut kehilanganmu." Dimitri semakin menatapnya dengan Mesra.

Terdengar langkahan seorang datang mendekat, walaupun tidak merubah posisi mesra Laura dan Dimitri, tapi membuat keduanya menoleh.

"Maaf, dimana Aisyah?" Eliezer sedikit merasa mengganggu dua orang yang sedang mengobrol mesra.

Lagi-lagi pria menjengkelkan itu, Laura tak mau menjawab, hanya semakin menempel dengan Dimitri.

"Aisyah ada di dalam." Dimitri yang menjawab, dengan senyum tipis ala seorang Dokter.

"Oh." Eliezer masih berdiri menunggu Aisyah keluar, sudut matanya melirik Laura yang tak perduli.

"Duduklah, sebentar lagi dia selesai." Dimitri kembali berbicara.

"Terimakasih." Eliezer duduk di kursi berjarak dengan Dimitri, entah mengapa jengkel sekali melihat Laura hanya fokus dengan lengan Dimitri yang semakin erat di peluknya.

'Pacarnya lumayan juga.'

"Apa kau akan tinggal di hotel?" tanya Laura kepada Dimitri.

"Ya, tapi aku rasa di rumah Mama lebih baik, sudah lama sekali tak pernah datang ke sana." jawab Dimitri.

"Aku ingin ke sana." jawab Laura tak melepas lengan Dimitri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!