Rian sudah menyiapkan perlengkapan kematian yang berisi cairan asam, golok, palu dan jas hujan untuk melindunginya dari darah korban.
Ia akan beraksi di saat hujan agar TKP bisa di bersihkan secara alami dengan air hujan.
Seperti biasa malam ini Rian mengantarkan Ibunya untuk bekerja dengan motor.
Selama perjalanan mereka tidak mengobrol sama sekali.
Sampai di usianya sekarang, Rian san Ibunya masih tidak berkomunikasi dengan baik.
Tibalah mereka di sebuah warung remang remang yang terparkir beberapa truk.
Mengalun musik koplo yang kencang dan lampu kelap kelip.
" Eh Ndari, abang udah nungguin dari tadi nih " Seorang laki laki berusia lima puluh tahun keluar dari warung tersebut.
" Eh Abang " Sundari langsung mengelendot di tangan pria itu dan mereka masuk ke dalam warung tanpa memperdulikan Rian.
Tanpa menunggu lama Rian langsung berjalan ke arah pulang.
Ketika Rian sedang di jalan pulang , Ia bertemu dengan Tante Ami yang sedang berjalan kaki, Ia adalah teman Ibunya di warung remang remang.
" Mau kemana Tante? " Sapa Rian sambil menghentikan motornya.
" Eh Rian, Tante mau pulang Yan. Tadinya mau maksain kerja tapi kayanya ga enak badan " Jawab Tante Ami.
Rian sudah bisa mencium bau balsem dari tubuh tante Ami.
Tante Ami berusia lebih tua dari Ibunya tapi masih bekerja sebagai wanita malam.
Ia sudah masuk kedalam kriteria dalam pembasmian masal yang akan Rian lakukan.
" Rian anterin ke rumah kalo begitu Tante, kasian kalo jalan " Tawar Rian sambil tersenyum.
" Wah makasih banyak ya Rian, seneng banget Tante ketemu kamu "
Ya, dan kesenangan tante akan berubah menjadi mimpi buruk yang ga pernah Ia bayangkan sebelumnya.
" Tapi nanti Rian mampir dulu di rumah ya Tante, mau ambil barang Mama yang ketinggalan "
Tante Ami tidak curiga dengan Rian dan ikut dengan suka rela bersamanya.
Rian memberhentikan motornya sebelum gank masuk ke dalam rumahnya.
Ia sadar jika sepanjang jalan di gank tersebut penuh dengan CCTV dan tidak aman untuknya.
Ia tidak mau meninggalkan jejak dirinya yang membonceng Tante Ami malam itu.
Dia mengambil Tas hitam besar yang merupakan perlengkapan pembunuhan.
Semuanya sudah Rian siapkan dengan baik.
Setelah Itu mereka melanjutkan perjalanan kembali menuju rumah Tante Ami yang jaraknya cukup jauh.
" Tante kok tadi jalan sendirian, memang ga ada yang jemput? "
" Biasanya Tante dianter sama tukang ojek, tapi tadi tukang ojeknya ga bisa di telpon. Jadi Tante nyari ojek pangakalan deket deket warung tapi ternyata ga ada "
" Oh emang anak atau suaminya ga bisa nganterin Tante ? "
" Tante ga punya anak sama suami Yan, tinggal Tante seorang diri karena suami Tante sudah meninggal lima tahun yang lalu "
" Oh begitu Tante "
Rian tersenyum mendengar ucapan Tante Ami.
Jika Tante Ami tidak ada keluarga, maka tidak ada yang akan melaporkan kehilangan kepada polisi walaupun Tante Ami tidak ada.
Mereka melintasi jembatan dan Rian sengaja mematikan motor.
" Aduh mati lagi Tante "
" Mogok ya Yan? " Tanya Tante Ami sambil turun dari motor.
" Iya kayanya Tante, Rian coba betulin dulu ya. Tante tunggu dulu di sana "
Rian menunjuk ke arah jembatan yang tidak jauh dari mereka.
Tante Ami menurut dan mengikuti saran Rian untuk menunggu di tiang jembatan.
Ketika sedang berjalan menuju jembatan, dari arah belakang Rian berlari cepat dan mendorong Tante Ami keluar dari jembatan dan langsung jatuh ke sungai.
Rian langsung memakai jas hujannya dan membawa tas perlengkapan yang sudah Ia bawa lalu turun ke sungai.
Ia melihat sekeliling dahulu dan ketika sudah memastikan tidak ada orang Rian menghampiri tubuh Tante Ami.
Tante Ami jatuh tepat di atas bebatuan dan kepalanya menghantam batu kali.
Tubuhnya masih menggelepar saat Rian melihatnya.
Rian tersenyum melihat Tante Ami yang melotot ke arah Rian.
Ia pasti tidak menyangka nyawanya akan melayang di tangan anak temannya.
Melihat Tante Ami yang masih hidup Rian langsung menghantam kepala Tante Ami dengan Palu bertubi tubi sambil tersenyum.
Setelah Tante Ami sudah tidak bergerak. Rian langsung memotong tubuh Tante Ami agar mudah untuk di larutkan dengan cairan asam.
Menaruh semua potongan tubuh tersebut di atas plastik dan membawanya ke arah lubang eksekusi.
Setelah itu Ia menggali tanah dan memasukan tubuh Tante Ami yang sudah terpotong potong menjadi beberapa bagian.
Ia menggunakan sarung tangan karet berwarna hitam dan membuka dua dirigen yang berisi cairan asam.
Ia siramkan cairan asam itu ke tubuh potongan tubuh Tante Ami yang berada di salam lubang.
Cairan tersebut seperti melarutkan daging dan tulang Tante Ami.
Rian menikmati ketika cairan itu menggerogoti badan Tante Ami.
Kemudian Rian menyiramkan cairan asam lagi di sisa tulang tulang yang masih ada agar tidak ada yang tersisa.
Setelah semua tubuh Tante Ami sudah larut, Rian menutup kembali lubang tersebut dengan tanah.
Setelah itu Ia membersihkan TKP dan membersihkan dirinya dengan air sungai.
Rian melakukan semua itu dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
Diperjalanan pulang, Rian menggunakan earphone dan lagu Clint Eastwood dari Gorilaz mengalun di telinganya.
Ia sangat senang sekali akhirnya apa yang Ia cita citakan dari kecil bisa terlaksana hari ini.
Pembunuhan yang Rian anggap sempurna karena tidak meninggalkan bukti apapun.
Rian memang sangat rapih dalam melakukan pembunuhan ini, Ia merencanakan semua ini dengan sangat hati hati.
Segala yang sudah Ia pelajari dari kecil, mulai dari pembunuhan yang Ia pelajari dari SD dengan menonton youtube.
Cara memotong yang Ia pelajari dari pedagang daging di pasar ketika menemani Mami Iren belanja.
Dan dua cairan asam yang membantu menghilangkan jasad korban yang Ia pelajari di bangku sekolah.
Semua usaha Rian selama bertahun tahun akhirnya membuahkan hasil.
Sekarang sudah tiba waktunya Rian menghabisi tiga orang musuhnya, Opik, Fathan dan Bonbon.
Rian tidak pernah memaafkan tindakan mereka yang telah menghinanya di masa lalu.
Ia hanya menunggu waktu yang tepat untuk menghabisi mereka semua tanpa kesalahan.
Seperti biasa lingkungan gank prostitusi di sekitar rumah Mami Iren ramai dengan orang orang yang hilir mudik mencari kenikmatan.
Bahkan di jam dua pagi tempat ini masih ramai pengunjung.
Ia memasukan motornya kedalam rumah dan menaruh kembali peralatan kematiannya yang beratnya sudah berkurang.
Rian juga langsung mencuci jas hujan dan pakaiannya agar bersih dari cipratan darah Tante Ami.
Setelah melakukan itu semua, Rian langsung masuk kedalam kamarnya dsn berbaring di atas kasur.
Sebelum tidur Rian seperti memutar kembali kejadian pembunuhan yang telah Ia lakukan.
Membayangkan mata Tante Ami yang melotot, muncratan darahnya pada saat Rian menghantamkan palu dan tubuh Tante Ami yang di gerogoti cairan asam.
Hal itu begitu indah di mata Rian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
🥰Siti Hindun
sadis bener c Rian😫
2024-07-31
0
Hasrie Bakrie
Sadis banget
2023-02-26
1