Sedang enak tidur karena semalam Ia bekerja lebih banyak dari biasanya. Maman mengetuk pintu kamarnya berkali kali.
Dengan kesal Sundari terpaksa membuka pintu kamarnya.
" Apa sih Man ganggu banget " Sundari membukakan pintu dan memaksakan matanya terbuka walau berat.
" Gawat Sun Gawat " Hanya Maman di rumah ini yang memanggil Sundari dengan Sun.
" Apa yang gawat? " Sundari bertanya malas.
" Anak mu ngedorong temennya dari perosotan sampe tangan temennya patah Sun "
Mendengar ucapan Maman, Sundari tidak merespon apapun.
" Terus kenapa? "
" Gila kamu nanya terus kenapa? Ya pihak sekolah dan orang tua murid mau ketemu sama kamu " Ucap Maman gemas.
" Kamu saja yang datang, aku malas " Sundari hendak menutup pintu kamarnya tapi Maman menahannya.
" Ga bisa di wakilkan Sun, ayo kamu siap siap sku anterin "
Terpaksa Sundari harus pergi ke sekolah anaknya.
Tanpa mandi dan hanya mencuci muka sundari mengenakan baju seadanya bersama Maman menuju ke sekolah anaknya.
Di dalam ruangan sudah ada dua orang guru, satu ibu ibu yang mendekap anaknya yang mana si anak mengenakan gips di tangan kirinya.
Dan Rian yang duduk sendirian sambil menunduk.
Sundari di persilahkan masuk oleh guru sekolah TK.
Orang tua murid melihat Sundari dari atas ke bawah dan tertawa meremehkan.
" Jadi begini, tadi pada saat istirahat Alvin sedang bermain perosotan dan tiba tiba Rian berlari ke arah Alvin dan mendorongnya dari atas perosotan sehingga Alvin langsung terjauh ke tanah dan mengakibatkan tangan kirinya patah "
Sundari langsung melihat kearah anaknya yang tertunduk.
" Saya ga mau tau Bu Guru pokoknya Rian harus di keluarkan dari sekolah ini, masa masih kecil udah berusaha untuk menyakiti orang lain " Ibu Alvin berbicara dengan nada yang marah.
" Mohon maaf sebelumnya Bu, Rian kan masih kecil mungkin dia ga sengaja melakukan itu. Jadi dianggapnya hanya sedang main saja "
Maman terpaksa meminta maaf terlebih dahulu karena Sundari hanya diam saja menahan kantuknya.
" Enak saja tidak sengaja Bapak bilang, tangan anak saya patah loh Pak, kok segampang itu ngomongnya " Ibu Alvin berkata sengit sama Maman.
Sundari masih saja diam dan memperhatikan semua drama yang sedang terjadi di hadapannya.
" Saya minta maaf sebesar besarnya atas apa yang terjadi dengan anak Ibu, nanti kami akan bicara dengan Rian agar tidak terjadi hal serupa. Tapi mohon Rian jangan di keluarkan dari sekolah Bu " Maman masih mencoba bernegosiasi.
Ia masih merasa bahwa ini adalah kesalahpahaman belaka dan Rian pasti tidak sengaja melakukan itu.
" Gimana Bu, kalo cuma selesai dengan maaf saja ya saya ga terima " Ucap Ibu Alvin yang menekan Ibu Guru.
" Karena ini adalah pertama kalinya terjadi di sekolah kami. Sementara Rian tidak kami keluarkan, kami akan memberikan kesempatan kepada Rian " Ucap Ibu guru.
Jelas sekali Ibu Alvin tidak terima dengan keputusan itu.
" Tapi jika sekali lagi terjadi hal serupa pihak sekolah akan mengembalikan Rian kepada orang tuanya kembali " Lanjut Ibu guru.
" Terima kasih Ibu untuk kebijakannya. Kami akan bertanggung jawab atas biaya pengobatan Alvin, mohon bisa di tulis nomor rekeningnya Bu "
Dengan perasaan yang masih kesal Ibu Alvin menulis di kertas.
Maman hendak bersalaman dengan Ibunya Alvin dan mengambil kertas yang sudah berisi nomor rekening dan nominal.
Tapi uluran tangan Maman tidak di tanggapi oleh Ibunya Alvin dan akhirnya Maman duduk kembali.
Sundari yang melihat hal itu sudah geram sekali tapi berusaha untuk menenangkan diri agak tidak terjadi keributan.
Rian kecil melirik ke arah Ibunya yang terlihat sedang marah.
Setelah mediasi itu mereka bertiga pulang menuju Rumah Mami Iren.
Sepanjang perjalanan Maman mengajak Rian yang murung bercanda.
Ia bahkan menggendong Rian si punggungnya.
Rian kecil tau apa yang akan di terimanya di rumah.
Ia pasti akan habis dipukuli oleh Ibunya sendiri karena masalah ini.
Benar saja baru masuk ke kamar Rian sudah di pukuli dengan sapu lidi.
Rian tidak menangis dan mencoba menahan rasa sakitnya.
" Bikin malu dasar anak nyusahin. Dari dalam perut sampe kamu lahir selalu nyusahin aku. Dasar anak ga tau diri "
Rian hanya melindungi kepala dan wajahnya dengan kedua tangannya agar tidak menjadi sasaran kemarahan Sundari.
Jika bukan karena Mami Iren yang menghentikan Sundari mungkin Rian sudah penuh dengan sabetan sapu lidi.
" Kamu gila ya Sundari mukul anak sekecil ini sampe sebegitu nya. Ini anak kamu sendiri " Mami Iren mengambil Rian yang sedang dalam posisi meringkuk.
Sundari berhenti memukul Rian karena kedatangan Mami Iren.
" Karena anak ini aku harus menerima penghinaan dari Ibu temannya mih " Ucap sundari.
" Memang apa yang Rian lakukan? "
" Dia mendorong temannya dari atas perosotan sampe tangan temennya mengalami patah tulang "
" Dia masih kecil Ri, mungkin dia ga sengaja "
" Aku bahkan harus keluarkan sejumlah uang untuk membayar biaya pengobatan anak itu "
" Biar aku yang membayar, sudah kamu jangan ambil pusing dan berhenti menyakiti anakmu "
Mami Iren menggantikan baju Rian " Anak pinter " Berkali kali Mami Iren mengelus kepa Rian.
" Rian main di luar ya biar Mama kamu istirahat dulu "
Rian mengangguk sambil tersenyum dan bermain sendiri di luar.
Senyum Rian hanya sampai di tangga rumah Mami Iren.
Selebihnya wajahnya terlihat kesal. Ia kesal karena Alvin hanya luka ringan dan Ibunya sangat sombong sekali.
Rian akan melakukan balas dengan kepada Alvin dan Ibunya.
Tapi mulai sekarang Ia akan lebih berhati hati agar tidak ketahuan.
Rian menuju ke belakang rumah Mami Iren, di sana adalah tempat rahasia Rian.
Semua orang di rumah ini melihat Rian sebagai anak yang baik dan penurut.
Tapi mereka tidak mengetahui wajah asli Rian yang sebenarny.
Untuk anak seumuran Rian yang seharusnya masih polos, Rian sudah tau arti membalas dendam.
Rian juga suka menyiksa dan membunuh hewan hewan tidak bersalah.
Ia membakar semut, menginjak cacing sampai putus, memasukan tikus ke dalam kaleng dan membakarnya dan mengubur anak kucing hidup hidup.
Semua itu Rian lakukan tanpa alasan yang jelas, Ia hanya senang melihat binatang binatang itu kesakitan dan mati.
Entah sudah berapa hewan yang mati di tangannya.
Dan pertama kalinya Rian melampiaskan kemarahannya dan menyakiti orang lain.
Tapi Ia belum puas dengan yang di alami Alvin. Mulai sekarang Ia akan terus mengganggu Alvin tanpa orang lain ketahui.
Rian berpikir keras harus melakukan apa terhadap Alvin.
Sambil berpikir, di tangannya ia sedang memegang obeng yang ia ambil dari rumah dan di tanah ads kecoa yang sudah mati karena tusukan bertubi tubi dari Rian.
Sedari kecil Ia sudah bisa menikmati bagaimana perasaan membunuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
Kasian Rian
2023-02-24
0