Bonbon yang masih lemas karena serangan tiba tiba dari Rian mencoba berjalan sejauh mungkin bersama kedua temannya.
Ia merasa takut dengan Rian, Bonbon tidak menyangka tenaga Rian sebesar itu.
Hampir saja Ia kehilangan nyawanya karena jeratan ikat pinggang itu.
Sementara waktu Ia tidak akan lagi menggangu Rian di Sekolah.
Rian sendiri pulang dengan kesal karena gagal menghabisi Bonbon.
Setelah berganti baju Ia langsung keluar lagi, selagi masih merasakan amarah Ia tidak akan bisa tenang.
Rian berjalan ke arah pasar, dengan langkahnya yang kasar Ia menyusuri jalan yang agak becek.
Ia hanya ingin melampiaskan rasa marahnya kepada siapapun tidak perduli apa masalahnya.
Baru kali ini Ia tidak bisa menuntaskan rasa marahnya kepada seseorang.
Dasar Bapak bapak kurang kerjaan buat apa Dia memisahkan aku yang sedang menghajar Bonbon sehingga Bonbon bisa kabur begitu saja, rutuk Rian dalam hati.
Sesampainya di pasar Ia masih terus berjalan tanpa arah. Menyusuri jalan yang becek dengan pandangan lurus kedepan.
Sampai akhirnya Rian mendengar teriakan seorang Ibu Ibu yang membawa tas belanja merah " Copeeeeeetttt "
Rian langsung mengedarkan pandangannya ke penjuru pasar.
Ia mencari cari orang yang sedang lari membawa dompet.
Ketemu !
Pria dengan jaket kulit hitam sedang berlari ke arah bagian ikan dan daging dengan membawa dompet warna hitam.
Sudah beberapa orang yang coba mengejarnya termasuk Rian.
Rian berlari sangat cepat untuk mengejar copet tadi.
Sekarang jarak Rian dengan copet itu hanya beberapa meter.
Copet itu masih berlari mencari jalan keluar tanpa menengok ke belakang.
Rian berlari lebih cepat dan melempar talenan kayu yang Ia ambil dari penjual ikan tepat ke kaki sang copet.
Copet tersebut kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur menabrak tembok.
Rian langsung memukuli copet tersebut dengan membabi buta.
Tidak hanya itu sambil berteriak Ia menendang dan menginjak injak copet tersebut.
Tidak lama kemudian datang rombongan yang mengejar copet tadi dan langsung ikut menghajarnya.
Dan ketika Si copet sudah pingsan mereka baru berhenti melakukan tindakan anarkis itu.
Si copet langsung di amankan oleh beberapa pengawas pasar untuk kemudian si bawa ke kantor polisi.
Rian merasa puas sekali sudah melampiaskan kemarahannya kepasa copet itu.
Sekarang Ia sudah kembali normal dan tidak dipenuhi dengan kemarahan lagi.
Ia menyerahkan dompet merah kepada pemiliknya.
" Terima kasih ya Adek, kamu kecil kecil pinter banget bisa nangkep copet. Makasih banget ya Dek "
Rian hanya mengangguk, ia tau betul copet tadi Ia kejar hanya untuk memukulinya saja.
" Ini buat kamu " Ibu tersebut memberikan uang seratus ribu rupiah.
Tanpa berpikir panjang Ia langsung mengambil uang tersebut.
Dengan uang itu Rian akan membeli tas baru.
Sampailah Ia di depan toko tas. Rian memilih tas berwarna hitam pekat dan Ia membayarnya dengan uang seratus ribu yang baru Ia dapatkan.
Sekarang Rian mengarah pulang ke rumah Mami Iren dengan membawa tas baru berwarna hitam.
Sesampainya di Rumah Mami Iren, di lantai bawah Ia bertemu Mami Iren yang sedang melamun.
Sudah tiga bulan ini Mami Iren sakit. Menurut Mami Iren kadar gulanya sedang tinggi.
" Darimana Yan? " Tanya Mami Iren ketika melihat Rian datang.
" Dari pasar Mi, tadi Rian bantuin nangkep copet terus dikasih ini "
Rian memamerkan tas hitam yang ia beli di pasar.
" Bagus ya Yan tasnya, sini duduk dulu "
Rian duduk di sebelah Mami Iren.
Mami Iren terlihat sangat lemas, Ia mengelus kepala Rian.
" Sekolahnya yang bener ya Yan, jangan berantem berantem selama sekolah. Kalo ada yang ganggu kamu diemin aja, yang penting Rian sekolah yang pinter cepet lulus terus kerja, sampai nanti ketemu perempuan yang Rian suka lalu menikah "
Ini pertama kalinya Mami Iren memberikan nasihat kepada Rian.
Walaupun Mami Iren sangat perhatian kepada Rian, tapi selama ini Ia tidak pernah memberikan nasihat atau petuah apapun.
" Iya Mi " Jawab Rian sepenuh hati.
Rian sangat sayang dengan Mami Iren melebihi Ibunya sendiri.
" Jangan pernah membenci Ibumu ya Rian, dia hanya banyak terluka sehingga menjadi seperti itu. Tolong rawat dia ketika tua nanti "
" Iya Mi "
" Ya sudah kamu mandi dulu sudah sore "
Rian beranjak naik keatas, meninggalkan Mami Iren yang masih melamun di kursi.
Ketika Ia sedang mandi Ia mendengar suara teriakan Tante Imas dari bawah.
Tante Imas yang mau membeli sampo ke warung, menemukan Mami Iren yang sudah tidak bernyawa di kursi bawah.
Keadaan rumah menjadi heboh, semuanya larut dalam tangisan.
Mereka tidak menyangka bahwa penyakit gulanya Mami Iren akan mengakibatkan kematian.
Setelah berpakaian, Rian bergegas turun ke bawah.
Melihat Mami Iren sudah dalam posisi tidur. Ia memeluk tubuh Mami Iren yang masih hangat.
Ia jadi mengerti semua petuah yang Mami Iren ucapkan hari ini.
Kedua anak Mami Iren yang berada di luar kota akan tiba besok pagi.
Mereka meminta untuk Mami Iren jangan di kebumikan dulu.
Mami Iren langsung di bawa ke rumah duka yang tidak jauh dari Rumahnya.
Setelah di mandikan dan di kenakan baju yang cantik padanya, Mami Iren di masukan kedalam peti berwarna coklat.
Terpasang foto Mami Iren yang baru saja di ambil dua bulan yang lalu pada saat sesi pemotretan bersama penghuni Rumah Mami Iren.
Di foto itu Mami Iren terlihat cantik walaupun sudah tidak muda lagi.
Di rumah duka banyak pelayat yang datang melayat Mami Iren.
Walaupun pekerjaan Mami Iren tidak baik, namun sebagai pribadi Mami Iren di kenal baik dan dermawan.
Ia sering membagikan nasi kotak kepada orang orang tidak mampu, membelikan baju dan barang barang lainnya untuk dikirim ke panti asuhan dan selalu ikut dalam kegiatan sosial di lingkungannya.
Mami Iren memang baik, tidak heran kami semua merasa kehilangan atas kepergiannya.
Keesokan harinya kedua anak Mami Iren, Bagas dan Anti datang.
Mereka langsung menangis melihat Ibunya yang sudah berada di dalam peti mayat.
Anti bahkan sampai pingsan beberapa kali karena tidak kuat menahan kesedihannya.
Sedangkan Rian sendiri hanya duduk dan memandang foto Mami Iren.
Ia sudah berjanji untuk tidak bertengkar dan menyelesaikan pendidikannya dengan baik.
Sementara selama Rian masih sekolah, Ia kan menjadi anak baik dan tidak membuat masalah apapun di sekolahnya.
Ia akan menepati janji itu dan sementara melupakan dendam dendamnya kepada Opik, Fathan dan Bonbon.
Ia juga akan menepati janji untuk merawat Ibunya ketika tua nanti.
Mami Iren di kebumikan di TPU karet Bivak. Proses pemakamannya berlangsung lancar dan di hadiri banyak orang.
Orang orang terdekat dengan Mami Iren tidak henti hentinya menangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments