Alvin sudah mulai masuk sekolah dan Ia sudah tidak menggunakan gips lagi.
Kejadian kemarin tidak membuat Ia berhenti mengolok olok Rian.
Walaupun sekarang Ia hanya mengolok olok jika ada temannya saja.
Tapi kali ini Rian akan membalas perlakuannya tidak dengan terang terangan seperti tempo hari.
Rian belajar untuk melakukan hal tersebut harus di lakukan diam diam tanpa sepengetahuan orang.
Rian sudah membawa lintah yang ia ambil dari sawah di belakang sekolahnya.
Lintah tersebut Rian masukan ke salam sepatu Alvin.
Ketika jam istirahat semua anak bersiap untuk bermain keluar dan memakai sepatu mereka.
Alvin tidak memiliki kecurigaan sedikitpun. Ia memakai sepatunya seperti biasa.
Bermain bersama teman temannya yang lain. Selama tiga puluh menit tidak terjadi apa apa sampai akhirnya ia melihat sepatunya berdarah.
Alvin langsung menangis, anal anak lain tidak mau mendekat karena takut.
Ibu guru datang dan terkejut melihat sepatu Alvin yang berdarah.
Mereka membuka sepatu Alvin dan terkejut melihat lintah gendut yang menempel di kaki Alvin.
Suasana pun menjadi mencekam, Alvin tidak berhenti berteriak. Ibu Guru berusaha untuk melepaskan lintah itu.
Rian memandangi semua itu dengan wajah kemenangan.
Bahkan Ia merasa pembalasannya bukan apa apa.
Alvin langsung di pindahkan ke ruang kepala sekolah untuk mendapatkan perawatan.
Guru guru tidak menaruh kecurigaan pada Rian, mereka pasti tidak akan berfikir anak umur enam tahun sudah bisa melakukan hal tersebut.
Kejadian kemarin membuat Ibu Alvin marah terhadap pihak sekolah.
Ia menganggap sekolah lalai dalam menjaga anaknya.
Mulai saat itu Ia selalu menemani Alvin dari mulai masuk sekolah sampai pulang sekolah.
Alvin sendiri seperti tau jika itu adalah perbuatan Rian.
Karena pada saat Ia kesakitan karena lintah, dari kejauhan Ia melihat Rian memandanginya dengan wajah tersenyum, itu membuat Alvin takut.
Alvin sudah berhenti mengolok olok Rian tapi itu tidak membuat Rian berhenti menerornya.
Rian sering memandang Alvin dengan tatapan yang menyeramkan sehingga membuat Alvin takut.
Dengan kehadiran Ibunya Alvin nyatanya tidak membantu banyak, karena ruangan TK ini bertembok tinggi dan kacanya tinggi sekali sehingga orang dari luar tidak bisa melihat ke dalam.
Suatu hari Rian mendapatkan kesempatan menjebak Alvin.
Kala Itu guru mereka sedang menerima telpon di luar ruangan.
Di meja beliau terdapat dompet yang tergeletak begitu saja.
Keadaan kelas yang mana semua anak sedang membuat prakarya dari kertas origami memudahkan Rian mengambil dompet tersebut dan tidak ada yang memperhatikan.
Ketika Ia berjalan kembali ke bangkunya, Rian sengaja menaruh dompet tersebut di tas Alvin.
Setelah itu Rian kembali ketempat nya, mengerjakan prakarya seperti teman temannya yang lain.
Setelah membuat prakarya selesai waktu istirahat pun tiba, semua anak bermain di luar tidak terkecuali Rian.
Ia main seperti biasa dsn tetap main sendirian tanpa teman.
Rian melihat Ibu guru bolak balik di kelas dan di ruang guru. Sepertinya Ia sudah sadar bahwa dompetnya tidak ada.
Dari ruang guru bersama satu guru lainnya masuk kembali ke ruang kelas dan memeriksa tas anak anak kelas.
Rian seperti sudah tau apa yang akan terjadi dan sudah tau harus bersikap apa.
Ibu guru menghampiri Ibunya Alvin dan berbicara di dalam ruang guru.
Tidak lama kemudian Alvin juga di panggil oleh Ibu guru untuk ikut masuk ke dalam ruangan.
Terdengar suara Ibu Alvin memarahi anaknya dan suara Alvin yang menangis.
Tidak lama kemudian Alvin dan Ibunya keluar dari ruangan.
Alvin masih menangis ketika Ia mengambil tasnya di kelas dan pulang.
Sejak hari itu Rian tidak pernah melihat Alvin di sekolah.
Anak umur enam tahun itu sudah berhasil menyingkirkan orang yang sudah mengolok oloknya selama ini.
Dengan muka penuh kemenangan Ia pulang ke rumah.
Maman sudah tidak pernah mengantar jemput Rian lagi.
Sekarang Rian berangkat sekolah sendiri, karena memang jarak sekolahnya dekat.
Di dalam perjalanan pulang, Ia melihat anak SD perempuan umur sepuluh tahun sedang berjongkok.
Rian hampiri dan ternyata anak ini sedang melihat burung yang terkapar di tanah tapi belum mati.
" Kenapa burungnya Kak? " Tanya Rian
Anak SD itu menoleh " Kayanya jatoh dari atas dan kakinya patah kasihan banget "
" Bisa sembuh ga ka? "
"Mungkin bisa kalo di bawa ke dokter tapi kita kan anak kecil mana punya uang untuk bayar dokter "
" Kalo gitu kita bantu aja burungnya biar ga sakit lagi "
" Caranya gimana? "
Rian mengambil batu bata dan memberikannya kepada anak perempuan itu.
" Ini Kak "
Anak perempuan ini tidak mengerti bagaimana batu bata bisa menyembuhkan burung yang sedang sekarat ini.
" Gimana caranya? "
" Kaka tinggal pukul aja kepalanya pake ini "
Anak perempuan itu terkejut sekaligus takut mendengar omongan dari anak laki laki yang masih menggunakan seragam TK.
" Maksud kamu di bunuh? "
" Iya, dengan begitu dia ga akan sakit lagi dan bisa berada di surga "
Rian kembali menyodorkan batu bata kepada anak perempuan itu.
Anak perempuan itu langsung berdiri dan mau menghindari Rian.
" Kalo kaka ga bisa, biar aku aja kak "
Tanpa menunggu jawaban Rian langsung melempar batu bata tersebut ke burung yang sedang sekarat itu.
" Aaaaaa " Teriak anak perempuan itu takut karena darah dari burung itu muncrat ke tanah.
Rian lalu mengangkat batu bata tersebut dan benar saja burung itu sudah mati dalam keadaan tidak berbentuk.
Rian menatap anak perempuan itu dan menyeringai.
Anak perempuan yang ketakutan itu langsung lari meninggalkan Rian yang dianggapnya menyeramkan.
Sedangkan rian membuang burung beserta batu batanya ke parit.
" Hanya hal kecil aja ga bisa di lakukan, dasar lemah " Gumam Rian sambil berjalan kembali ke arah Rumah Mami Iren.
Sampai di rumah Mami Iren, keadaan masih sepi.
Semua penghuni masih tidur. Walaupun Rumah Mami Iren bagi sebagian orang di anggap kurang sehat untuk pertumbuhan anak.
Tapi Rian senang tinggal di rumah ini. Bukan karena perlakuan penghuni rumah yang baik, bukan karena Ibunya yang selalu kasar padanya tapi sudah melahirkannya.
Alasan yang membuat Rian senang berada disini adalah karena Ia bisa menonton adegan dewasa kapan saja.
Ia selalu mengintip atau mendengar adegan dewasa itu tanpa ada yang tau.
Tinggal pilih mau kamar yang mana hari ini. Hampir semua sudah Ia kunjungi kecuali Ibunya sendiri.
Rian menikmati setiap adegan dewasa itu jika pelakunya masih muda.
Jika sudah Tua Rian merasa sangat jijik dan tidak mau melihatnya.
Di rumah Mama Iren ini ada satu wanita malam yang sudah berumur.
Umurnya sudah empat puluh lima tahun tapi masih bekerja sebagai wanita malam.
Tapi anehnya ada saja yang masih mau menggunakan jasanya, walaupun tidak seramai teman temannya yang lain.
Namanya adalah Mba Ranti, dan Rian sangat benci dengannya.
Karena Rian benci dengan wanita tua yang masih bekerja kotor seperti ini.
Menurutnya orang seperti itu harusnya tidak ada di dunia ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
Psikopat ternyata Rian
2023-02-24
0