Pembunuhan pertama

Di sekolah Rian termasuk anak yang pintar. Ia menonjol di antara teman temannya.

Apa yang di ajarkan oleh gurunya pasti bisa di kerjakan dengan mudah untuk Rian.

Bahkan tanpa diajari Rian sudah bisa membaca di usia empat tahun.

Tapi tentu saja tidak ada yang mengetahuinya, karena penghuni rumah Mami Iren terlalu sibuk bekerja.

Banyak guru yang senang dengan Rian, karena Rian dinilai sopan, pintar dan tampan.

Walaupun Guru guru tau apa pekerjaan Ibunya Rian, tapi mereka tidak terganggu oleh itu.

Hari ini Rian dan teman sekelasnya akan menjenguk Mamanya Bagas yang Baru melahirkan.

Mereka berangkat bersama sama dengan mobil sekolah.

Tapi karena tidak muat ada beberapa orang yang akhirnya naik mobil dengan para Guru.

Rumah bagas berada di lingkungan padat penduduk.

Bahkan mobil saja tidak masuk ke dalam jalan menuju rumahnya.

Bagas adalah anak ke dua dari tiga bersaudara.

Ibunya adalah seorang Ibu rumah tangga dan Bapaknya adalah pengemudi ojek online.

Ketika sampai rumah Bagas hanya ada Ibu Bagas dan adiknya yang baru lahir.

Bapaknya belum pulang bekerja, biasanya tiba di rumah malam hari.

Di rumah Bagas semua orang melihat adiknya Bagas yang baru lahir.

Semuanya memuji lucu, manis dan cantik. Tapi berbeda dengan pikiran Rian.

Dia sangat benci dengan bayi itu karena menjadi center of attention.

Sedari kecil Rian terbiasa menerima pujian. Sebagai satu satunya bayi di kawasan prostitusi, Rian menjadi seorang primadona.

Ia terbiasa menerima pujian dan hadiah dari tetangga tetangga sekitar.

Dia melihat bayi yang merupakan adiknya Bagas itu seperti seorang yang mencari perhatian dan membuat orang orang jadi tidak memperhatikannya.

Dan Rian tidak suka melihat itu. Sedari tadi Ia mencari cara bagaimana menyakiti anak itu.

Tapi sulit untuk di lakukan karena Ia seperti magnet yang di kelilingi banyak orang.

Semua orang seperti berebutan untuk menggendongnya, dan itu membuat Ia susah untuk mendekatinya.

Tapi Rian tidak menyerah, Ia terus memperhatikan situasi dan kondisi.

Dan akhirnya kesempatan datang, ketika kami berpamitan pulang, Ibunya Bagas mengantar kami sampai ke depan rumahnya.

Ia meninggalkan bayinya yang sedang tidur nyenyak.

Rian tidak menyiayiakan kesempatan emas itu.

Dengan cepat Rian mengambil bantal dan menutup adik Bagas dengan bantal agar tidak bisa bernapas.

Sambil melihat sekeliling ia terus menekan bantal itu dengan kuat.

Setelah di rasa cukup bantal di kembalikan di tempat semula dan Ia keluar meninggalkan adik Bagas yang sudah tidak bergerak dan berbaur dengan teman temannya yang lain.

Rian bertingkah normal seakan tidak terjadi apa apa.

Orang orang yang sedang sibuk keluar dari rumah Bagas ataupun sibuk memakai sepatu tidak menyadari apa yang Rian lakukan.

Di dalam mobil, Rian banyak melihat jalan dengan tersenyum.

Ia bukan tersenyum karena menikmati jalan, tapi karena menikmati apa yang di lakukannya dengan adik Bagas.

Bagaimana Ia lihat kaki kecil bayi itu bergerak ga beraturan dan akhirnya tidak bergerak sama sekali.

Rian merasa puas sekali. Bahkan dengan membunuh bintang dia tidak merasakan kepuasan seperti ini.

Tidak ada yang memperhatikannya, semua Guru sibuk mengobrol saat ini, Rian seperti bebas merayakan keberhasilan aksinya.

Sampai di rumah Ia langsung mandi dan tertawa sangat kencang meluapkan rasa senangnya yang tertahan.

Saat kembali ke kamar, Ibunya masih tidur siang.

Sekarang sudah hampir jam tiga sore tapi Ibunya masih tertidur.

Semalam Ibunya melayani dua orang hidung belang dan mabuk parah.

Ia sampai harus membersihkan muntahan Ibunya.

Bahkan saat muntah pun Ia masih sempat menendang Rian karena Rian dianggap menghalangi jalannya menuju tempat tidur.

Rian heran dengan Ibunya, karena seumur hidup Ibunya tidak pernah mengajaknya bicara.

Ia hanya mengeluarkan suara pada Rian ketika marah, selebihnya Ia hanya diam.

Terkadang Rian ingin sekali membunuh Ibunya jika Rian menerima kekerasan dari Ibunya.

Tapi entah kenapa sampai sekarang Ia belum juga melakukannya.

Padahal banyak kesempatan yang bisa Rian gunakan untuk melakukan itu.

Ibunya kasar padanya tidak hanya ketika mabuk.

Bahkan saat tidak mabuk pun Ia sering melampiaskan kekesalannya kepada Rian.

Entah berapa banyak luka luka di badan Rian karena perlakuan Ibunya.

Dan biasanya Ibunya akan berhenti jika Mami Iren sudah marah.

Ibunya sangat segan sekali dengan Mami Iren.

Jika Mami Iren bilang A maka Ibunya akan mengikutinya tanpa membantah.

Seakan akan Mami Iren adalah Ibu kandungnya.

Padahal Mami Iren tidak lain adalah seorang mucikari pengelola rumah bordil ini.

Rian berjalan riang menuju ke sekolahnya. ia melompat kecil, berlari dan bernyanyi karena masih merasakan kesenangan dari aksinya kemarin.

Ia menyapa setiap orang yang ada di gank rumahnya.

" Seneng bener lu " Komentar Bu Jamilah.

Rian hanya tersenyum dan berlalu meninggalkan Bu Jamilah yang masih keheranan.

Tentu Rian sangat senang. Sudah lama Rian ingin membunuh manusia.

Membunuh hewan sudah tidak lagi menantang untuk dirinya, sehingga lama lama ada perasaan bosan.

Dan akhirnya kemarin saat yang Ia tunggu tunggu bisa terjadi, bagaimana Ia tidak senang dengan hal itu.

Ketika tiba di sekolah situasinya sudah riuh dan geger dengan berita kematian adik Bagas.

Menurut yang Rian dengar, adik Bagas meninggal karena kehabisan napas.

Ibu Bagas menduga karena kemarin banyak orang yang menjenguk sehingga ruangan penuh sesak dan menyebabkan anaknya meninggal dunia.

Rian senang sekali karena tidak ada yang menduga bahwa itu adalah perbuatannya.

Tapi kebahagiaan Rian terusik oleh pandangan teman sekelasnya Taqi.

Dari mulai Rian datang taqi melihat Rian dengan pandangan ketakutan.

Ternyata Taqi melihat kejadian kemarin pada saat Rian menutup wajah adiknya bagas dengan bantal.

Rian merasa marah karena gagal membuat aksinya tidak ketahuan.

Rian berniat untuk menyakiti Taqi agar tidak ada lagi orang yang tau.

Pada saat istirahat, Rian sengaja mendekati Taqi yang sedang bermain tanah sendiri.

Taqi mendongak karena merasa ada seseorang yang berdiri di depannya.

Taqi kaget hingga tubuhnya tersungkur kebelakang.

Rian mengulurkan tangannya dan membantu Taqi untuk bangun.

Mau tidak mau, karena takut Taqi menerima uluran tangan Rian.

" Kamu kemarin melihat ya? " Tanya Rian kepada Taqi.

" Lihat apa Rian? " Tanyanya takut takut.

" Jawab aku, kamu melihat apa? "

Tapi Taqi tidak menjawab pertanyaan Rian.

" Kalau sampai kamu bilang sama orang orang, aku akan ngelakuin itu juga sama kamu "

Rian berbicara itu dengan senyum yang aneh, membuat Taqi sangat takut melihatnya.

Setelah itu Rian meninggalkan Taqi yang mengompol karena takut.

Tiga hari berlalu tidak ada perubahan dari sekolahnya.

Rupanya Taqi benar tidak menceritakan kejadian kemarin kepada siapapun.

Rian pun merasa Taqi bukan lagi sebuah ancaman dan Ia tidak jadi menyakiti Taqi.

Terpopuler

Comments

Hasrie Bakrie

Hasrie Bakrie

Bahaya ne Rian bikin ngeri

2023-02-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!