Sundari merasakan perutnya seperti di remas remas.
Jam menunjukan pukul satu pagi, Ia mencoba menahannya sekuat mungkin tapi akhirnya menyerah dengan rasa sakit yang Ia rasakan.
Ia berteriak sambil menahan sakit, tidak lama kemudian Imas yang berada di kamar sebelah datang dengan panik.
" Kenapa Ri " Tanyanya sambil membantu aku berdiri.
" Sakit banget Mas perutku " Sundari meremas dan memukul mukul perutnya.
Tidak lama kemudian Lastri juga datang ke kamar Sundari.
Melihat Sundari yang mengerang kesakitan, Ia langsung memberitahukan kepada Mami Iren.
Saat itu juga Sundari di bantu oleh beberapa orang di bantu untuk ke rumah sakit.
Di dalam perjalanan menuju rumah sakit air ketuban Sundari pecah.
Situasi di dalam mobil semakin riuh, Sundari tidak henti hentinya mengerang kesakitan.
Sesampainya di rumah sakit, Sundari langsung di tangani oleh dokter jaga yang bertugas.
Mami Iren, Imas dan Maman menunggu di depan ruang tindakan.
Rasanya seperti menunggu kelahiran dari sanak saudara, walaupun mereka tidak ada khubungan saudara.
Kurang lebih selama satu jam proses kelahirannya sampai mereka bertiga mendengar suara tangis bayi yang memecah keheningan malam.
Mami Iren masuk ke dalam ruangan, melihat Sundari yang masih di penuhi darah pasca melahirkan.
Di dada Sundari ada bayi laki laki yang gendut dan sehat sedang mencoba menyusu pada Ibunya.
Mami Iren sampai menitikan air mata melihat kelahiran bayi laki laki itu.
Karena hanya Maman yang ada pads saat kelahiran, maka Maman lah yang mengadzani bayi laki laki itu.
Sundari terlihat lelah dan juga lega sudah melahirkan bayinya.
Mami Iren menamai bayi laki laki itu dengan nama Rian.
Tidak ada arti khusus, Rian adalah nama mantan pacar Mami Iren ketika Ia masih remaja.
Sundari bahkan tidak mau menamai anak itu dan terlihat acuh dengannya.
Setelah kelahiran Rian, kamar Sundari selalu ramai oleh teman temannya yang ingin melihat Rian.
Tidak sedikit dari mereka yang menghadiahkan perlengkapan bayi untuk Rian.
Rian kecil berkulit putih dengan tatapan mata yang tajam dan selalu tersenyum, tidak heran teman teman Sundari menyukai Rian.
Walaupun di malam hari Rumah Mami Iren ramai dan penuh dengan suara, tapi Rian kecil tidak rewel dan tidak terbangun.
Penghuni rumah Mami Iren selalu bilang jika Rian adalah anak yang pengertian.
Tapi beda dengan apa yang di rasakan Sundari.
Sedari awal Ia tau bahwa Ia hamil, dia sudah benci dengan bayi ini.
Menurutnya, Rian adalah sebuah malapetaka. Ia jarang menggendongnya san menyusui Rian dengan malas malasan.
Bagi Sundari Rian menghambat kehidupannya dan tidak ada gunanya di hidup Sundari.
Mungkin teman teman Sundari bahkan Mami Iren lebih sayang dengan Rian dibanding Ibunya sendiri.
Padahal pada saat Rian lahir umur sundari sudah tiga puluh empat tahun, harusnya sudah siap jika memiliki anak.
Tapi beda dengan Sundari. Pemikirannya masih seperti anak kecil, Ia tidak peduli pada apapun kecuali dirinya sendiri.
Bahkan Rian sewaktu bayi sering terjatuh dari tempat tidur karena Sundari sibuk dengan ponselnya.
Mami Iren dan teman temannya yang lain sampai kasihan melihat Rian.
Diumur Rian dua tahun, Sundari susah mulai bekerja kembali.
Rian kecil sudah terbiasa tidur sendiri tanpa ada sosok Ibu.
Siang hari pun di saat ibunya tidur Ia terbiasa main sendiri.
Sampai umur lima tahun Rian tidak pernah bermain dengan teman seumurannya.
Jangankan untuk membawa Rian jalan jalan, bahkan untuk mengurusnya saja Asal asalan.
Sampai akhirnya di umur lima tahun, Mami Iren menyuruh Sundari untuk memasukan Rian ke sekolah Tk.
Jika Mami Oren yang menyuruh Sundari tidak bisa bilang tidak.
Pergilah Sundri ke Tk terdekat untuk mendaftarkan Rian.
Jarak antara Rumah Mami Iren ke sekolah hanya sekitar tujuh menit jika berjalan kaki.
Tempatnya persis di belakang Rumah Mami Iren, tapi karena tidak ada jalan dari rumah Mami Iren langsung ke TK, maka harus jalan memutar.
Mengisi formulir saja sudah membuat Sundari merasa kerepotan, apalagi mengetahui jika uangnya akan berkurang karena menyekolahkan Rian.
Padahal nanti Maman juga yang akan mengantar Rian setiap harinya, jadi Sundari hanya di repot kan hari ini.
Perjalanan pulang Sundri mengandeng Rian, lebih tepatnya seperti menyeret.
Karena Rian kecil begitu kesulitan mengejar langkah Sundari yang lagi lagi seperti marah padanya.
Sedri kecil, Rian sudah mengalami kekerasan apalagi jika Sundari pulang dalam keadaan mabuk atau ada yang menyebalkan saat bekerja, Rian pasti menjadi pelampiasannya.
Mami Iren sampai heran, mengapa Sundari yang dikenal baik olehnya bisa begitu kasar dan tega pada anaknya sendiri.
Rian bahkan tidak pernah di berikan uang jajan, Mami Iren dan teman teman Sundari yang biasanya memberikan uang untuk Rian jajan.
Semua orang di rumah Mami Iren tau seperti apa perlakuan Sundri kepada anak kandungnya Ini.
Tapi Rian tidak pernah menangis atau merengek minta di belikan sesuatu.
Jika Ibunya kasar terhadapnya Ia hanya diam saja dan menerima semua kemarahan Ibunya yang bahkan Rian sendiri tidak tau kenapa.
Dia selalu main sendirian dengan barang barang yang ada di dalam rumah.
Kadang ia bermain dengan sapu, kardus, ember apa saja Ia mainkan, selagi Ibunya tidak melihat.
Tapi jika Ibunya sudah bangun Ia menjadi anak yang diam.
Banyak penghuni rumah ini yang akhirnya Iba dengan Rian.
Mereka jugalah yang memberikan Rian mainan atau alat tulis untuk Rian coret coret.
Sundari juga bukannya tidak pernah di tegur oleh yang lain, tapi setiap di tegur ia akan hanya bilang Iya.
Tapi ketika masuk kamar Ia melampiaskan semuanya kepada Rian.
Sampai akhirnya Mami Iren dan teman temannya menyerah untuk memberitahukan Sundari.
Hari ini adalah hari pertama Rian masuk Tk. Pagi pagi Ia sudah mandi sendiri dan memakai bajunya sendiri.
Ia jalan mengendap endap selama menyiapkan dirk untuk berangkat sekolah.
Ia tidak mau jika Ibunya terbangun karena mendengar suaranya.
Ia memakai baju, celana dan menyisir rambut sebisanya.
Setiap Pagi Maman pasti membantunya untuk merapihkan pakaian dan rambutnya yang masih acak acakan.
Hari pertama sekolah adalah moment yang menyenangkan bagi Rian karena ini kali pertama Ia bermain dengan teman seumurannya.
Sayangnya main dengan teman sekelasnya hanya di lakukan di hari pertama.
Di hari kedua, teman temannya sudah tidak mau bermain dengannya.
" Kata Mamaku kamu dari tempat kotor, aku ga boleh dekat dekat kamu " Penolakan itu begitu menyakitkan untuk Rian.
Walaupun kecil Ia tau jelas Ia berasal dari mana.
Dipikirannya teman temannya benar benar jahat.
Ia memandang teman temannya yang sedang bermain prosotan.
Ia menunggu temannya yang menghinanya naik ke prosotan, lalu Ia berlari ke arah prosotan, naik ke tangga dan mendorong anak itu dengan keras.
Anak itupun menangis dan guru guru yang sedang ada di ruang guru pun keluar.
Menolong anak yang terjatuh yang tangan kirinya tidak berbentuk lurus seperti ada yang patah.
Rian tersenyum senang memandangi temannya yang terluka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
Next
2023-02-24
0