Ryan mengatakan hal itu dengan wajah sangat malu kepada Lintang. Sementara Sistem sudah tertawa terbahak-bahak didalam fikiran Ryan.
'Sistem sialan!' batin Ryan.
Ryan menerima Hp Lintang dengan santai. Namun saat setelah memegang sepenuhnya Hp itu, Ryan merasakan ada hal yang salah lagi namun dia belum menyadari apa itu.
Melihat wajah Ryan yang seperti orang sedang berfikir, Lintang tidak bisa untuk tidak bertanya.
"Ada apa Yan?" tanya Lintang.
"Ah! Tidak ada apa-apa.. Aku hanya sedikit memikirkan sesuatu yang kurang pada dirimu sendiri!" jawab Ryan terkejut lalu cengengesan sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal seperti orang bodoh.
Lintang menatap Ryan dengan tatapan rumit dan tidak bisa dijelaskan.
"Lalu siapa yang akan kamu telfon?" tanya Lintang.
Seketika Ryan tersadar akan kekurangan yang dia rasakan sebelumnya. Ryan kembali meraba-raba semua sakunya dan hasilnya pun nihil. Wajah Ryan seketika menjadi sangat suram seperti sungai yang banyak sekali sampahnya.
Benar! Ryan ingin menelfon Rio! Tapi Ryan bahkan tidak membawa kartu nama milik Rio yang tertulis nomor telfonnya itu! Lalu bagaimana dia hendak menelfon Rio?
Sistem langsung tertawa lagi dalam fikiran Ryan. Bahkan tawanya kali ini lebih ngakak daripada tawanya yang sebelumnya.
[Dasar Tuan koplok! Hahaha..] ucap Sistem sambil terus tertawa terbahak-bahak.
"Ada apa Yan? Mengapa wajahmu begitu buruk?" tanya Lintang lagi yang heran dengan perubahan wajah Ryan. Padahal dia merasa tidak ada yang salah dengan pertanyaannya.
"Itu.." Ryan tidak bisa untuk berkata-kata lagi. Dia bingung harus menjelaskannya dari mana dulu mengenai kebodohannya itu.
Melihat Ryan sudah benar-benar tidak berdaya, Sistem akhirnya berhenti tertawa dan cukup kasihan dengan Tuannya itu.
[Tuan tenanglah! Jangan panik! Sistemmu ini yang baik hati akan membantu Tuan!] ucap Sistem dengan perhatian. Dia sebenarnya masih harus tertawa jika melihat ekspresi bodoh dari Ryan.
"Apa yang akan kamu bantu? Aku benar-benar seperti orang bodoh didepan kenalan baruku ini! Sungguh tidak keren bukan jika seperti ini?" tanya Ryan dengan mengeluh.
[Hahaha.. Tuan bisa tenang! Aku hafal nomor telfon dari Rio itu!] ujar Sistem.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Sistem dalam fikirannya, wajah Ryan yang awalnya suram kini menjadi semakin menghitam karena menahan jengkel dan dongkol dalam hatinya. Bukankah dari awal dia selalu dikerjai oleh Sistem sialan miliknya itu?
[Hahaha.. Tolong kondisikan wajah Tuan jika ingin Sistem menyebutkan nomor Rio! Hehe..] ucap Sistem yang membuat Ryan benar-benar tidak berdaya.
"Baiklah.. Tidak usah berlama-lama lagi! Sebutkan nomor Hp nya sekarang!" ujar Ryan dengan lemas dan mencoba untuk tersenyum.
Ryan lalu menghidupkan Hp Lintang dan mulai mengetik nomor telfon Rio dan menelfonnya. Tidak menunggu lama, Rio langsung mengangkat telfon Ryan.
"Halo.. Ini siapa?" tanya Rio tidak basa-basi.
"Ini aku Ryan!" jawab Ryan.
"Oh.. Guru Besar Ryan! Apakah ini nomor telfon anda? Aku akan menyimpannya!" ujar Rio.
"Bukan! Ini bukan nomorku! Ini nomor temanku! Aku lupa membawa Hp tadi! Oiya, bisakan kamu kesini sekarang?" jawab Ryan lalu bertanya perihal kepentingannya.
"Begitu.. Bisa! Aku akan datang ketempat Guru besar sekarang! Jadi dimana Guru Besar sekarang?" ujar Rio menyanggupi.
"Aku berada di Rumah Keberuntungan dan Kebuntungan di Jalan Kenanga!" jawab Ryan.
"Oh.. Guru besar ada ditempat hiburan itu? Baiklah! Tunggu lima belas menit! Aku, John dan beberapa bawahanku akan segera kesana sekarang!" ucap Rio.
"Baik! Aku menunggumu disini!" kata Ryan.
"Siap Guru Besar!" ujar Rio lalu menutup telfonnya.
Ryan mengembalikan Hp itu kepada si empunya.
"Terima kasih Lintang!" ujar Ryan.
"Iya. Siapa yang kamu telfon dan suruh datang kesini itu?" tanya Lintang penasaran.
"Bukan siapa-siapa! Hanya teman lama saja!" jawab Ryan sambil tersenyum.
"Baiklah.. Sambil menunggu dia, bagaimana jika kamu memesan minuman yang enak disini? Aku akan mentraktirmu!" lanjut Ryan.
"Iya!" kata Lintang bersemangat.
Ryan lalu mencari tempat duduk yang menurutnya nyaman sementara Lintang yang tampaknya sedikit lebih tahu tentang tempat ini dengan sigap pergi untuk memesan minuman.
Lintang kembali satu menit kemudian dengan membawa dua gelas minuman jeruk. Keduanya lalu mengobrol ngalor-ngidul bercerita tentang kehidupan masing-masing sambil kadang tertawa dengan renyah.
Gadis itu yang awalnya sedikit tertutup dengan Ryan kini mulai terbuka dan mau bercerita dengan panjang mengenai dirinya.
Dari situlah Ryan tahu bahwa Lintang ini adalah anak dari pengusaha kaya raya dari luar kota yang sedang kabur dari rumahnya dan ingin bersenang-senang ditempat ini. Namun nasibnya kurang baik saat dia tiba-tiba disekap oleh seorang yang tidak dikenal dan akan dinodai.
Beruntung, saat sebelum benda tumpul itu berhasil merangsek kedalam tubuhnya, Ryan datang dan mendobrak pintu toilet tempat dirinya dan lelaki bejat itu berada.
"Jadi mengapa kamu harus kabur-kabur dari rumah?" tanya Ryan keheranan.
"Itu.. Itu karena papa dan mama aku memaksa agar aku mau meneruskan seluruh bisnis mereka! Sementara aku masihlah ingin kuliah dan lulus sarjana terlebih dahulu!" jawab Lintang dengan jujur.
Ryan hanya menggelengkan kepalanya melihat alasan bodoh gadis didepannya ini yang berujung kabur dari rumah dan hampir saja menghancurkan masa depannya sendiri.
"Setelah ini, kamu lebih baik pulanglah! Aku yakin kedua orang tuamu sangat mengkhawatirkanmu sekarang! Dan kamu tahu betapa dimudahkannya hidupmu ini oleh Tuhan?.."
"Banyak sekali orang yang harus kelimpungan kesana-kesini hanya untuk mencari pekerjaan! Sementara kamu hanya tinggal meneruskan perjuangan papa dan mamamu saja!.."
"Lalu mengenai titel dari perkuliahan, sebenarnya itu tidaklah terlalu penting! Yang terpenting adalah skil atau kemampuan yang dimiliki serta adanya perusahaan atau tempat kerja yang mau menerimanya! Itu saja sudah cukup untuk kita hidup di dunia yang sementara ini!.."
"Satu lagi! Selagi orang tua tidak menyuruh kita untuk berbuat keburukan atau kejahatan, maka kita sebagai anak adalah kewajiban untuk melaksanakan perintah itu!.."
"Menyesal! Itu yang akan kita dapat jika suatu saat kedua orang tua kita tiba-tiba pergi meninggalkan kita untuk selamanya, sedangkan kita belum melaksanakan tugas atau keinginan dari mereka!" ujar Ryan menasehati.
Lintang tertunduk lesu saat mendengar nasehat dari pria tampan didepannya itu. Memang benar apa yang dikatakan oleh Ryan bahwa dia sebenarnya sudah sangat dimudahkan oleh garis takdirnya.
Dia sadar bahwa memang banyak sekali orang yang kesusahan untuk mencari pekerjaan. Namun karena keegoisannya yang menginginkan kebebasan dan masih ingin bermain-main dengan dunia luar yang dia bungkus dengan alasan 'masih ingin kuliah dan mendapat gelar sarjana terlebih dahulu' membuatnya lupa akan semua hal dasar dan terpenting itu.
Disaat keduanya masih asik mengobrol, tiba-tiba semua orang dikejutkan dengan keributan yang terjadi didepan pintu masuk gedung. Itu karena ada sekelompok orang yang namanya sangat terkenal di kota ini datang ke rumah keberuntungan dan kebuntungan tanpa diduga-duga. Kelompok orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah kelompok Geng Motor Tengkorak Hitam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Harman Loke
lanjuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuttttttt
2024-12-25
0
Abbie Jard
sok bijak mc tolol nya.
2024-07-20
0
Muhammad Ardi
lanjut lagi lanjut
2024-07-14
0