Untuk sementara saat para preman itu terdiam dan merasa gentar untuk menghadapi Ryan. Dari raut wajah yang diperlihatkan Ryan kepada mereka seolah mereka melihat aura hitam yang keluar dari tubuh Ryan yang membuat bulu kuduk preman-preman itu merinding hebat.
Namun hal itu tidak berlangsung lama saat teriakan dari si Bos bergema.
"Jangan takut! Dia hanya sendiri! Cepat serang!"
Kedelapan orang itu kembali mendapat keberaniannya kemudian bergerak menyerang Ryan secara bersamaan. Sementara Ryan yang melihat mereka bergerak lagi hanya memasang senyuman kecut. Padahal sebelumnya dia sangat berharap dalam hati mereka akan menyerah dengan hanya gertakannya saja. Tapi kenyataannya tidak semudah itu.
Sebuah celurit datang menghampiri wajah Ryan dengan sangat cepat dari ayunan tangan salah satu preman, tapi Ryan bisa menghalaunya dengan tongkat bisbol ditangannya.
Trank!
Suara benturan benda padat terdengar cukup nyaring. Tidak hanya menghalau saja, kaki kiri Ryan juga melayangkan serangan lainnya.
Bug!
"Ugh!"
Tendangan itu mengenai perut si penyerang dengan telak. Preman itu langsung dikirim mundur sepuluh langkah jauhnya dari Ryan dan merasakan sakit luar biasa. Setelah menendang orang itu, Ryan langsung bergerak menghindar karena ada serangan tongkat bisbol dari arah belakangnya dari preman lainnya.
Wush..
Serangan itu mengenai udara kosong. Belum lagi Ryan tenang dari keberhasilannya menghindar, serangan tusukan pisau sudah mendatanginya. Ryan ingin bergerak menghindar namun sepertinya itu tidak mungkin.
Ryan mundur satu langkah lalu melakukan gerakan seperti sedang menusuk dengan tongkat bisbolnya.
Bak!
Ujung tongkat bisbol mengenai salah satu mata dari penyerang yang menggunakan pisau itu. Alhasil, orang itu mundur dan menger*ng kesakitan sambil memegangi matanya yang berdarah.
Melihat dari arah lain ada serangan beruntun dari keenam lawannya yang menggunakan senjata golok dan celurit, Ryan memutar badannya sambil mengayunkan tongkat bisbol.
Trank! Trank! Trank!
Trank! Trank! Trank!
Keenam serangan itu berhasil Ryan tangkis yang membuat si penyerang kehilangan sedikit keseimbangannya. Melihat ada kesempatan, tanpa menunggu waktu lagi, Ryan bergerak sangat cepat sambil melayangkan serangan dadakan kepada keenamnya.
Buk! Bak! Buk!
Bak! Buk! Buk!
"Aaakkhh.."
Keenam orang itu berteriak sangat kencang setelah beberapa anggota tubuh mereka menerima hantaman tongkat bisbol. Mereka semua terjatuh sambil menger*ng kesakitan dan dua diantaranya langsung tidak sadarkan diri karena Ryan memukul bagian tengkuknya.
Si Bos dan empat puluh anak buahnya yang lain memelototkan matanya karena tidak percaya. Ryan dapat mengalahkan sembilan orang anggotanya hanya dalam waktu kurang dari lima menit! Bukankah pemuda itu terlalu hebat? Batin mereka.
"Hehehe.. Lumayan!" ucap Ryan yang membuat jantung mereka semakin ingin meloncat saja.
"Ayo! Kalian maju semua! Kalian tahu, olah raga seperti ini sangatlah aku sukai!" lanjutnya berkata dengan dingin.
Para preman yang tersisa itu sedikit gentar saan mendengar ucapan Ryan. Bahkan si Bos preman merasa tubuhnya sedikit bergetar karena rasa takut yang mulai mendatanginya.
Si Bos preman berusaha untuk menepis perasaan itu. Dia menekatkan dirinya bahwa pemuda didepannya itu juga seorang manusia biasa yang memiliki rasa capek dan tenaga terbatas.
Terlebih dengan empat puluh anak buahnya yang tersisa, si Bos yakin pemuda itu akan kalah dan tidak berdaya ditangannya nanti. Selain itu, dirinya juga seorang seniman bela diri yang cukup hebat. Dia tidak ingin menjadikan anak buahnya menjadi bahan pukulan dari Ryan.
"Kalian semua mundur! Biarkan aku sendiri yang mengurus bocah ingusan itu!" ucap si Bos kepada anak buahnya.
"Baik Bos!" jawab anak buahnya.
Si Bos preman itu berjalan mendekat kearah Ryan dengan sorot mata tajam dan penuh kebencian. Setelah berjarak empat meter, dia menghentikan langkahnya.
"Kau begitu sombong nak! Jangan terlalu bangga diri hanya dengan telah mengalahkan sembilan anak buahku!" ucap si Bos preman dengan geram.
Sriiiing!
Pedang katana yang sebelumnya telah tersarung kini dia keluarkan kembali dan dia acungkan kearah wajah Ryan.
"Saat aku sudah mengeluarkan pedangku dari sarungnya, maka nasib nyawamu sudah tidak tertolong lagi!" ucap si Bos preman.
"Hohoo.. Itu belum tentu paman! Bisa jadi tongkat bisbolku ini juga dapat mematahkan pedang katanamu itu, lalu aku memukulimu sampai babak belur!" balas Ryan dengan gaya bicara sang provotator.
"Hahaha.. Jika kau dapat melakukannya, maka lakukanlah!" ujar si Bos preman sambil tertawa dengan lantang.
"Baik! Dengan senang hati nanti aku akan melakukannya! Oiya, jangan salahkan aku jika bertindak tidak sopan dan tidak segan kepada orang yang lebih tua! Hehehe.." tutur Ryan sambil tertawa renyah.
"Bocah ingusan yang baru lahir kemarin sore ingin mengalahkanku? Huh! Dalam mimpimu!" ucap si Bos preman dengan sengit.
"Ingat ucapanku ini! Jangan mengeluh jika kepalamu nanti benjol-benjol!" balas Ryan dengan sengit pula.
Keduanya lalu bersiap dengan kuda-kuda terkuatnya. Si Bos preman beberapa kali mengatur nafasnya sampai benar-benar stabil. Itu adalah hal yang biasa, karena dalam pertarungan bukan hanya gerakan gesit atau teknik bertarung yang hebat saja yang perlu dilakukan si petarung, tapi aliran nafas yang stabil juga sangat bahkan harus diperhatikan.
Sebab, seorang petarung yang bertarung dengan nafas yang tidak teratur akan gampang lelah dan bergerak tidak teratur. Selain itu, si petarung akan mudah terprovokasi dan cepat kalap.
Sementara jika seorang petarung bertarung dengan kemarahan, maka dapat dipastikan kekalahan sudah jelas menjadi hasil akhir untuk petarung tersebut.
Setelah nafasnya sudah teratabilkan seperti yang diinginkan, si Bos preman mulai bergerak untuk semakin mendekati Ryan dan bersiap menghabisinya.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Ryan. Dia dapat melihat bahwa si Bos dari preman itu memiliki keahlian bertarung yang cukup lumayan. Dia tidak bisa sesantai sebelumnya seperti saat menghadapi sembilan orang dari anak buah si Bos.
"Sistem!" panggil Ryan kepada Sistem melalui fikiran.
[Hoahm.. Iya Tuan! Apakah Tuan sudah mengalahkan para preman itu dan menjadikannya sebagai bawahan?] ucap Sistem bertanya seolah dia sedang menguap dan baru bangun dari tidurnya.
Ryan hampir terjatuh dan goyah pada kuda-kudanya saat mendengar suara malas dari Sistem.
"Cih! Kau malah tidur?" tanya Ryan menggerutu.
[Ayolah Tuan! Aku juga sesekali ingin tidur seperti manusia!] jawab Sistem dengan malas.
"Sialan! Baru kali ini aku mendengar ada sistem suka tidur!" ucap Ryan mengeluh.
[Apa salahnya! Suka-suka dong Tuan!] balas Sistem dengan acuh dan bodo amat.
[Jadi Tuan belum mengalahkan para preman itu? Hadeeh.. Lama sekali!] ujar Sistem lagi sambil menghela nafas.
"Kamu kira mengalahkan lima puluh orang itu semudah membalikkan telapak tangan? Sialan!" teriak Ryan dalam fikirannya.
[Iya-iya.. Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?] tanya Sistem.
"Coba kamu pindai dia! Identifikasi tentang si Bos preman itu!" jawab Ryan.
[Baik!]
[Memindai dimulai..]
[5.. 4.. 3.. 2.. 1.. Selesai!]
[Nama: Rio Anjaryana
Umur: 45 Tahun
Status: Bos Geng Motor + Guru Besar Perguruan Silat Tengkorak Hitam
Kemampuan: Hebat Dalam Berpedang
Kekuatan: 10
Kemungkinan Tuan Menang: 80%]
Ryan tersenyum melihat tulisan pada layar hologram itu. Dia tidak menyangka bahwa si Bos preman ini juga merupakan Guru Besar di sebuah perguruan silat.
Jarak antara keduanya tinggal satu setengah meter, namun keduanya belum ada yang berinisiatif untuk menyerang terlebih dahulu.
"Majulah paman! Aku ingin lihat seberapa hebat Guru Besar Perguruan Tengkorak Hitam itu!" ucao Ryan sambil tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Listi
hajar bang
2025-02-06
1
Harman Loke
fokuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuusssss teruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuusssssss Ryan
2024-12-25
1
dhani satria
kaya tahu bulat ya dadakan
2024-09-22
0