Pernyataan yang diucapkan oleh Ryan itu sontak membuat si Bos preman atau Rio menjadi sangat terkejut.
"Kau! Bagaimana kau tahu tentang diriku dan perguruanku? Siapa kau sebenarnya?" tanya Rio dengan nada membentak dan memasang sikap sangat waspada.
Bagaimana tidak waspada? Perguruan Tengkorak Hitamnya adalah perguruan bela diri tersembunyi yang tidak banyak orang mengetahuinya. Dia sengaja menggunakan kedok geng motor untuk menutupinya, namun justru anak muda didepannya ini tahu semuanya.
Dia tentu menjadi sangat serius dengan Ryan. Seseorang yang mengetahui tentang Perguruan Beladiri Tengkorak Hitam pastilah bukan orang biasa. Padahal jika tanpa bantuan Sistem, bahkan Ryan sendiri tidak akan pernah tahu.
"Siapa aku, kamu tidak perlu tahu! Tapi sebelum kita bertarung, apakah kita bernegosiasi sebentar?" tanya Ryan dengan tenang.
"Negosiasi? Negosiasi apa yang kau inginkan bocah?" jawab Rio kebingungan.
"Mudah saja! Jika kau kalah dalam pertarungan ini, maka aku tidak akan membunuhmu! Tapi jadilah bawahanku!" ujar Ryan.
"Kalah darimu? Menjadi bawahanmu? Hahaha.. Nak! Apa kau bercanda? Aku tidak akan kalah dari bocah ingusan yang baru lahir kemarin sore sepertimu!" kata Rio dengan tertawa terbahak-bahak.
Ryan hanya tersenyum melihat si Bos preman atau Guru Besar Perguruan Beladiri Tengkorak Hitam itu.
"Jadi, bagaimana? Apa kau setuju?" tanya Ryan lagi tanpa menghiraukan ucapan sombong Rio sebelumnya.
"Hahaha.. Nak! Jika memang kau bisa mengalahkanku dan selamat dari pedang katanaku, maka aku dan Perguruan Beladiriku bersumpah akan menjadi bawahanmu yang paling setia!" ujar Rio tanpa berfikir banyak lagi. Dia sangat yakin dengan kemampuannya. Mustahil baginya akan kalah dengan anak kemarin sore seperti Ryan.
Sementara dibelakang si Bos atau Guru Besar mereka, para anggota atau murid dari Perguruan Beladiri Tengkorak Hitam sangat terkejut mendengar ucapan pemimpin mereka.
"Apa yang dikatakan oleh si Bos? Bersumpah menjadi bawahan bocah sialan itu? Apakah ini nyata?" tanya salah satu dari mereka.
"Hah! Ini memang nyata! Tapi tenanglah! Bos tidak akan pernah kalah dari bocah itu!" sahut temannya yang ada disebelah kanannya.
"Benar! Bocah itu pasti akan tewas oleh pedang si Bos! Mengingat teknik berpedang Bos tiada lawannya di kota ini!" imbuh yang lainnya.
"Tapi.."
"Sudahlah! Kau tenang saja! Mari kita lihat saja pertarungan Bos dan bocah bau kencur itu! Kita bisa mendapatkan pelajaran berpedang yang sangat berharga nanti!"
"Hahaha.. Kau selalu berfikir selangkah lebih maju sobat! Benar katamu! Kita akan mendapat pelajaran pengalaman berpedang yang luar biasa dari Bos!"
"En.." angguk orang itu.
Pembicaraan-pembicaraan dari anggota Perguruan Beladiri sekaligus geng motor Tengkorak Hitam itu terus berlanjut. Ada yang memiliki prasangka buruk mengenai Bos mereka, namun rata-rata sangat yakin Bos mereka akan menang dengan sangat mudah.
"Baiklah.. Sepakat!" ucap Ryan lalu bergerak membuat kuda-kuda kakinya semakin kokoh.
"Hahaha.. Majulah bocah!" ujar Rio dengan santai.
"Dengan senang hati!" balas Ryan lalu bergerak dengan sangat cepat mengayunkan tongkat bisbolnya mengarah pada leher bagian kiri Bos Rio.
Rio memelototkan matanya melihat gerakan sangat cepat dari Ryan. Dengan sangat cepat pula dia mundur dua langkah sambil menebaskan pedangnya.
Trank!
Pedang dan tongkat bisbol beradu menimbulkan suara cukup nyaring. Keduanya saling tatap sepersekian detik lalu bergerak secara bersamaan.
Trank! Trank! Trank!
Suara dentingan dua senjata terus terdengar saat keduanya saling serang dan menahan serangan. Pertarungan sengit adu teknik itu berlangsung hingga hampir dua puluhan menit.
Trank! Tring! Tring!
Ryan lalu membuat gerakan tipuan dengan seperti hendak menendangkan kaki kirinya lalu tenaga utamanya dia fokuskan pada tangan kanan yang memegang tongkat bisbol.
Rio yang melihat Ryan akan menendang bagian perutnya langsung memberikan tebasan pedang berharap kaki Ryan akan putus olehnya. Namun saat dia memberikan tebasan itu, dia harus menerima rasa penipuan itu dengan sangat pahit.
Bagaimana tidak? Saat Rio hanya mendapati udara kosong pada tebasan pedangnya, posisi tubuhnya sedikit miring kekanan lalu tiba-tiba sebuah benda tumpul yang tidak lain adalah tongkat bisbol Ryan mendarat pada bahu kirinya dengan sangat keras.
Buak!
Bruggg!
Rio sampai terpental dua meter jauhnya saat setelah menerima hantaman tongkat bisbol itu. Jika saja senjata yang dipakai Ryan itu adalah pedang, maka sudah dipastikan Rio akan mati saat itu juga karena mungkin tubuhnya akan terpotong menjadi dua.
"Ugh!"
Rio menahan rasa sakit pada bagian bahu kirinya. Tulangnya seperti telah retak atau mungkin saja sudah pecah. Dia kembali berdiri dan menatap Ryan dengan pandangan tidak percaya.
Kejadian itu juga disaksikan oleh semua orang dari anak buah Rio. Mereka sama tidak percayanya dengan Rio itu sendiri. Bagaimana tidak? Guru Besar atau Bos mereka sangat terkenal dengan kepiawaiannya dalam berpedang, namun kehebatannya itu dapat dipatahkan oleh pemuda ingusan yang baru lahir kemarin sore. Sungguh pemandangan ini tidak akan mungkin mereka percaya jika tidak melihat dengan mata kepala mereka sendiri.
"Apa yang terjadi dengan Bos Rio? Apakah dia sedang bercanda dengan mengalah dulu kepada bocah itu?" tanya salah satu orang yang tidak percaya dengan tatapan mata serius.
"Tidak! Bos Rio tidak sedang bermain-main! Dia memang salah perhitungan dengan gerakan bocah itu sehingga terkena pukulan keras yang menyakitkan itu!" jawab teman yang ada disebelahnya tanpa menolehkan pandangannya kepada si penanya. Matanya terus fokus melihat Bos Rio dan Ryan yang sedang bertarung.
"Jadi, apakah Bos Rio akan kalah?" tanya orang itu lagi.
"Belum tentu! ini barulah permulaan! Dan jika Bos Rio berhasil menyarangkan satu saja serangannya pada bocah itu, pasti bocah itu akan langsung kalah dan kemungkinan mati!" jawab temannya lagi.
"Huh! Aku harap Bos Rio tidak kalah dan dapat membunuh bocah itu! Aku sangat tidak terima hidung kakakku harus patah olehnya tadi saat melawan dia!" ujar orang itu yang ternyata memiliki dendam pribadi kepada Ryan.
"Kita lihat saja! Tapi jika memang Bos Rio tidak bisa mengalahkan bocah itu, kau harus rela dan melupakan dendammu itu!" ujar temannya.
Setelah berdiri, Rio masih terus menatap Ryan dengan penuh ketidak percayaan.
"Nak! Dari perguruan mana kau sebenarnya? Aku tidak pernah melihat jurus-jurus kungfu yang seperti kau lakukan?" tanya Rio.
"Haha.. Aku tidak dari perguruan beladiri manapun! Aku adalah ahli kungfu bebas! Aku mendapat jurus ini dari.. Emm.. Rahasia!" jawab Ryan sambil tertawa dan bercanda.
"Oiya, bagaimana rasanya tongkat bisbol ini? Huh! Jika itu pedang seperti milikmu, pasti kau sudah tewas sebelumnya!" lanjut Ryan bertanya.
"Cukup lumayan! Dan benar! Jika itu pedang, maka pasti aku akan mati atau tanganku ini sudah putus!" jawab Rio dengan jujur.
"Lalu? Apakah kau ingin lanjut atau menyerah menjadi bawahanku?" tanya Ryan dengan santainya.
"Menyerah? Hahaha.. Aku tidak pernah kenal dari kata-kata itu! Dan ayo lanjutkan! Aku ingin melihat lagi dan mengetahui dari perguruan mana kau sebenarnya!" ujar Rio yang sangat ingin tahu identitas asli Ryan.
Karena menurut Rio, sangatlah mustahil seorang master kungfu seperti Ryan tidaklah memiliki perguruan dibelakangnya. Dia lalu bergerak mendekati Ryan dan memasang kuda-kuda kokohnya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Harman Loke
fokuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuusssss
2024-12-25
0
dhani satria
bakso bakso bakso_nya bang dolly
2024-09-22
0
Ahmad R Laros
kebanyakan ngomong berdua lekas dal del dal duk bruk gifu thoor
2024-09-03
0