Bab 11 : Namanya Fatih

Seminggu kemudian

Malam Minggu. Setelah shalat isya, Nisa mengajakku ikut majelisan di masjid. Aku memakai gamis biasa yang paling sering aku pakai, gamis berwarna hitam dengan jilbab berwarna coksu. Aku sangat suka warna hitam, bagi ku warna hitam adalah warna yang cocok di satukan dengan warna yang lainnya.

Bahkan, pakaian ku lebih banyak berwarna hitam. Aku memakai hijab yang simpel seperti biasanya. Nisa memakai baju gamis berwarna maron dengan jilbab berwarna pink soft.

Kami berjalan di temani penerangan dari ponsel Nisa, aku tidak memiliki ponsel karena belum mampu untuk membelinya. Jika menghubungi nenek aku selalu meminjam ponsel Nisa ataupun ponsel buk de yang jualan di asrama. Penghuni di asrama sebanyak 40 orang. Tapi kebanyakan dari mereka lebih tua dari kami, hanya beberapa saja yang memang seumuran dengan ku.

Butuh sepuluh menit untuk sampai ke masjid tersebut. Aku melihat banyak sekali orang yang mengikuti majelis tersebut.

Acara pun di mulai, kami duduk di bagian paling kanan, karena di sini kebanyakan anak gadis seusia ku. Masjid ini sangat besar berlantai dua, masjid ini benar benar penuh malam ini.

Masya Allah, batin ku.

Pembukaan pertama pembacaan ayat suci Al Qur'an oleh lelaki yang masih sangat muda. Suara yang sangat merdu saat melantunkan ayat suci. Sungguh aku sangat kagum dengan suara tersebut, aku melihat sosok lelaki yang bersuara merdu itu, aku mengerutkan kening ku saat melihat lelaki itu dari kejauhan.

Sepertinya aku pernah melihatnya, batin ku.

Pikiran ku mulai mengingat tentang lelaki itu. Sungguh lelaki itu tidak asing bagi ku. Tapi aku lupa di mana aku melihat lelaki itu.

"Kamu kok melamun?" Nisa menyentuh ku, sehingga aku terbangun dari lamunan ku.

"Eh, enggak kok. Aku lagi mendengarkan ayat suci," ucap ku berbohong.

"Merdu banget ya suaranya," puji Nisa.

"Iya, Masya Allah," tak bisa di bohongi memang suaranya sangat merdu.

Beberapa menit berlalu, kini saatnya mendengar ceramah dari ustadz yang sangat terkenal di kota itu. Aku sangat senang bisa melihat ustadz itu dari dekat, karena sebelumnya aku hanya bisa melihatnya dari televisi di rumah.

Ceramah ustadz itu sangat mudah di pahami, bahkan banyak sekali kata kata yang lucu, sesekali aku tertawa lepas saat mendengar ceramah itu, begitu pun dengan orang yang ada di sekitar ku. Sangat terhibur malam ini.

Pukul 10 malam acara pun selesai, sangat berdesakan saat semua jamaah akan keluar dari masjid tersebut, polisi pun datang untuk menertibkan jamaah majelis, agar tidak ada yang terinjak.

"Sendal ku di mana?" ucap ku sedang mencari sendal ku. Banyak berserakan sendal di sana, wajar saja banyak kaki yang menaruh sendal di tempat yang sama.

"Sudah dapat?" tanya Nisa padaku.

"Belum, sepertinya orang salah pakai," tebak ku yang masih berusaha mencari sendal.

"Coba cari lagi," ucap Nisa membantu ku mencari sendal. Lama kami mencari, sendal ku tak kunjung dapat. Akhirnya aku terpaksa pulang tanpa alas kaki.

"Kamu yakin jalan tanpa sendal?" tanya Nisa ragu.

"Iya gak papa kok," ucap ku tak ada pilihan lain.

"Hai ukhty, kenapa tidak memakai sendal?" tanya seorang pria saat kami sudah berada di gerbang masjid.

"Sendalnya hilang," jawab Nisa.

Bukannya dia lelaki yang baca ayat suci Al Quran? kenapa wajahnya semakin tidak asing, batin ku.

"Tunggu sebentar di sini, aku mengambilkan sendal untuk mu," ucap lelaki itu berlari kecil menuju masjid.

"Wah, baik banget dia," ucap Nisa melihat lelaki itu kembali ke masjid untuk mengambil sendal.

Tak lama kemudian lelaki itu kembali dengan membawa sendal di tangannya.

"Ini untuk mu ukhty," ucap pria itu memberikan sendal untuk ku.

"Kamu laki laki yang kasih aku payung hari tu kan?" tanya ku tiba-tiba mengingat laki laki itu.

"Ah . . . iya, kamu masih ingat," ucap lelaki itu menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Pulang lah, ini sudah malam. Bawa saja sendal ini untuk mu," ucapnya lagi.

"Terima kasih," ucap Nisa sambil tersenyum.

"Di terima aja, dari pada nyeker," bisik Nisa padaku.

"Terima kasih banyak," ucapku sambil membungkukkan badan. lelaki itu hanya tersenyum padaku.

Dua langkah kami berjalan tiba tiba lelaki itu memanggil kami.

"Ukhty, siapa nama mu?" tanya pria itu membuat aku dan Nisa berbalik badan lagi. Tapi aku hanya diam saja.

"Namanya Azalea," ucap Nisa yang langsung menjawab pertanyaan lelaki itu.

"Kalau kamu?" tanya pria itu kepada Nisa.

"Aku Nisa," jawab Nisa lagi.

"Terima kasih banyak," ucap lelaki ingin beranjak dari sana.

"Eh, nama kamu siapa?" tanya ku spontan.

"Fatih," ucapnya yang terus berjalan menunju masjid.

Kami pun pulang saat itu, entah kenapa pikiran ku tertuju kepada pria yang baru saja kami temui. Ini sudah kedua kalinya kami bertemu, sungguh tak terduga.

"Kamu kok melamun lagi, cie cie pasti hatinya lagi berbunga bunga ni," Nisa mengejek ku.

"Ih. . . mana ada, ada ada aja kamu," ucapku yang mulai malu. Bahkan, pipiku pun mulai memerah, karena masih di perjalanan jadi Nisa tidak melihat wajah ku yang merah merona.

"Oh ya, kamu pernah ketemu dengannya, di mana?" tanya Nisa yang penasaran.

"Seminggu yang lalu, saat aku mandi hujan, tiba tiba dia datang memberi ku payung dan menyuruh ku pulang," ucap ku yang masih mengingat kejadian itu.

"Wah. . . sosweet banget," ucap Nisa yang membuat ku malu.

"Ih kamu ini," ucap ku benar benar malu. Aku langsung berjalan lebih cepat dari Nisa agar aku bisa menghindarinya.

"Jangan main tinggal dong, cie cie yang lagi berbunga bunga." Nisa terus terusan merayu ku.

________________

Entah kenapa aku tidak bisa tidur malam ini. Nisa sudah tertidur sedari tadi, aku sangat bosan saat ini. Aku membuka buku diary ku dan mulai menulis sesuatu.

curhatan malam hari

Aku tidak bisa tidur malam ini. Jujur saja, entah kenapa aku mengingat pria yang tadi ku temui saat pulang majelisan, dia memberi ku sendal. Aku sudah bertemu dua kali dengannya dan dia dua kali memberikan ku sesuatu. Yaitu sendal dan payung. Aku tidak tau kenapa aku memikirkannya, padahal di dalam hatiku masih tersimpan nama yang pernah membuat hari hari ku bahagia. Sampai saat ini, aku masih menginginkannya kembali padaku, dia masa laluku yang sangat berarti bagi ku saat ini.

Aku mengingat kembali kenangan bersama Angga, dia adalah lelaki yang pernah menemani ku selama satu tahun. Aku berpacaran dengannya, tetapi ia memutuskan hubungan dengan ku tanpa memberitahu apa alasannya. Sungguh sangat menyakitkan bagi ku, sampai saat ini aku masih berharap dia kembali walaupun aku tidak tau keberadaannya saat ini.

Terima kasih udah mampir di novel author semoga ceritanya menarik perhatian teman teman ya 🤗

jangan lupa untuk like vote dan komen ya biar author nya tambah semangat ni wkwkkwkw 🥴

_happy reading_

Terpopuler

Comments

Martini Ayat

Martini Ayat

Ga usah mikirin pacar yang kabur

2023-03-26

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Rapuh
2 Bab 2 : Kekhawatiran terjadi
3 Bab 3 : Maafkan aku alifia
4 Bab 4: Tentang Aku
5 Bab 5 : Malam yang indah
6 Bab 6 : Kabar gembira
7 Bab 7 : Ternyata aku bukan anak kandung
8 Bab 8 : Sekolah baru
9 Bab 9 : Bisa tertawa lepas
10 Bab 10 : Pria asing
11 Bab 11 : Namanya Fatih
12 Bab 12: Menikmati senja di taman
13 Bab 13 : Menyejukkan hatiku
14 Bab 14 : Tentang alex
15 Bab 15: Aksana grass
16 Bab 16 : Bertemu Angga
17 Bab 17 : Gamon
18 Bab 18 : Pantai
19 Bab 19 : Perlombaan Menyanyi
20 Bab 20 : Si ketua basket
21 Bab 21 : Angkasa bertemu Azalea
22 Bab 22 : Larangan ustadz sam
23 Bab 23 : Titipan untuk Azalea
24 Bab 24 : Mengenai dekat tentang jaya
25 Bab 25: Mengenal dekat tentang jaya part 2
26 Bab 26 : Alva masuk pesantren
27 Bab 27 : Bertemu walau hanya sebentar
28 Bab 28 : Pilihan ustadz sam, Alaina?
29 Bab 29 : Hati yang kesepian
30 Bab 30 : Petir
31 Bab 31 : Hari yang sial
32 Bab 32 : Tentang Perasaan
33 Bab 33 : Balas dendam
34 Bab 34 : Mereka mengejek ku
35 Bab 35 : Alda marah padaku
36 Bab 36 : Aku menggigil
37 Bab 37 : Dia menjauhi ku?
38 Bab 38 : Fatih menunggu Azalea
39 Bab 39 : Aku bukan anak haram!!
40 Bab 40 : Dia datang di saat aku sedang hancur
41 Bab 41 : Mika memaafkan ku
42 Bab 42 : Menahan air mata
43 Bab 43 : Loncat loncat bahagia
44 Bab 44 : Fatih pamit kepada ayah jaya
45 Bab 45: Fatih pamit
46 Bab 46 : Alda meminta maaf
47 Bab 47 : Sahabat baru
48 Bab 48: Alifia bertemu Azalea
49 Bab 49 : Ibu Fatimah
50 Bab 50 : Sunrise di hari minggu
51 Bab 51 : Alex?
52 Bab 52 : Alex ke kampung Intan
53 Bab 53 : Malam yang mendung
54 Bab 54 : Terungkap
55 Bab 55 : Ayah
56 Bab 56 : Masih dengan nama yang sama
57 Bab 57 : Fatih kembali
58 Bab 58 : Kedatangan Alaina
59 Bab 59 : Penantian yang panjang
60 THE E N D
61 Ucapan Terima Kasih
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Bab 1 : Rapuh
2
Bab 2 : Kekhawatiran terjadi
3
Bab 3 : Maafkan aku alifia
4
Bab 4: Tentang Aku
5
Bab 5 : Malam yang indah
6
Bab 6 : Kabar gembira
7
Bab 7 : Ternyata aku bukan anak kandung
8
Bab 8 : Sekolah baru
9
Bab 9 : Bisa tertawa lepas
10
Bab 10 : Pria asing
11
Bab 11 : Namanya Fatih
12
Bab 12: Menikmati senja di taman
13
Bab 13 : Menyejukkan hatiku
14
Bab 14 : Tentang alex
15
Bab 15: Aksana grass
16
Bab 16 : Bertemu Angga
17
Bab 17 : Gamon
18
Bab 18 : Pantai
19
Bab 19 : Perlombaan Menyanyi
20
Bab 20 : Si ketua basket
21
Bab 21 : Angkasa bertemu Azalea
22
Bab 22 : Larangan ustadz sam
23
Bab 23 : Titipan untuk Azalea
24
Bab 24 : Mengenai dekat tentang jaya
25
Bab 25: Mengenal dekat tentang jaya part 2
26
Bab 26 : Alva masuk pesantren
27
Bab 27 : Bertemu walau hanya sebentar
28
Bab 28 : Pilihan ustadz sam, Alaina?
29
Bab 29 : Hati yang kesepian
30
Bab 30 : Petir
31
Bab 31 : Hari yang sial
32
Bab 32 : Tentang Perasaan
33
Bab 33 : Balas dendam
34
Bab 34 : Mereka mengejek ku
35
Bab 35 : Alda marah padaku
36
Bab 36 : Aku menggigil
37
Bab 37 : Dia menjauhi ku?
38
Bab 38 : Fatih menunggu Azalea
39
Bab 39 : Aku bukan anak haram!!
40
Bab 40 : Dia datang di saat aku sedang hancur
41
Bab 41 : Mika memaafkan ku
42
Bab 42 : Menahan air mata
43
Bab 43 : Loncat loncat bahagia
44
Bab 44 : Fatih pamit kepada ayah jaya
45
Bab 45: Fatih pamit
46
Bab 46 : Alda meminta maaf
47
Bab 47 : Sahabat baru
48
Bab 48: Alifia bertemu Azalea
49
Bab 49 : Ibu Fatimah
50
Bab 50 : Sunrise di hari minggu
51
Bab 51 : Alex?
52
Bab 52 : Alex ke kampung Intan
53
Bab 53 : Malam yang mendung
54
Bab 54 : Terungkap
55
Bab 55 : Ayah
56
Bab 56 : Masih dengan nama yang sama
57
Bab 57 : Fatih kembali
58
Bab 58 : Kedatangan Alaina
59
Bab 59 : Penantian yang panjang
60
THE E N D
61
Ucapan Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!