Semua berjalan seperti semula, kini usaha milik Angkasa semakin berkembang pesat, sudah lama ia tak menampakkan diri di depan media sosial, ia benar benar hilang dari pandangan publik, sejak kejadian empat belas tahun silam. Angkasa memfokuskan diri untuk mengurus keluarga nya. Bahkan kini ia sudah memiliki seorang putra yang berumur sepuluh tahun. Walaupun kini hidupnya sudah semakin bahagia namun rasa kehilangan masih menyelimuti mereka, hati orang tua mana yang tidak sakit ketika kehilangan sang buah hati.
Hari itu langit tampak mendung, aku tak bisa berkata kata saat mendengar kabar yang menyayat hatiku. Saat tiba di rumah, aku terkejut halaman rumah di penuhi oleh banyak wartawan, mereka menyerang ku dengan banyak pertanyaan. Aku menangis tanpa henti saat tau kau telah tiada. Menyalahkan diri sendiri atas kejadian itu, aku bukan ayah yang baik layaknya seorang ayah di luar sana. Maafkan aku yang tidak dapat mendampingi mu saat melihat dunia, bahkan ketika kau menutup mata aku tak ada di samping mu untuk mengumandangkan azan. Wajah mu pun belum ku lihat sama sekali, jujur kesedihan itu masih berlanjut sampai saat ini, orang tua mana yang tidak sakit saat kehilangan sang buah hati, bukan tidak menerima takdir yang Allah berikan namun karena selayaknya manusia yang memang sangatlah lemah. Ayah yakin kau telah bahagia di sana nak. Andai kau masih hidup pasti sudah beranjak remaja seperti kakakmu Alda. Aku sangat mencintaimu nak, putriku.
Angkasa menulis di buku hariannya. Ia menatap kosong ke arah luar jendela, kejadian empat belas silam pun kembali berputar di pikirannya, seolah baru terjadi kemarin. Hal yang sangat menyakitkan baginya dan istrinya.
Dari sejak SD Angkasa sangat suka menceritakan kisahnya dalam sebuah tulisan atau diary. Ia menceritakan hal yang paling bahagia dalam hidupnya bahkan sampai hal yang paling sakit yang pernah ia rasakan.
"Tuan," panggilan itu pun membuyarkan lamunan Angkasa
"Ada apa?" tanya Angkasa saat melihat Randi yang kini sudah berada di dalam ruang kerjanya.
"Maaf tuan menganggu, saya hanya menyampaikan sampai saat ini Alex belum juga di temukan." Ucap Randi menunduk. Randi dan beberapa bodyguard belum juga menemukan Alex.
Alex menghilang lima bulan yang lalu, ia kabur membawa beberapa harta benda milik Angkasa. Awalnya Angkasa tidak percaya bahwa Alex melakukan hal itu namun dengan adanya beberapa barang bukti Angkasa pun percaya.
Angkasa tidak tau apa penyebab Alex pergi darinya bahkan mengambil beberapa harta milik Angkasa. Ia merasa selama ini cukup banyak untuk menggaji Alex.
"Tetap kalian lakukan pencarian, jangan lapor polisi dulu." Ucap Angkasa yang tidak mau melibatkan polisi.
"Baik tuan,"
___________________________
Matahari yang sebesar itu pun perlu bulan untuk bisa menerangi setiap sudut bumi. Saat malam tiba, bulan datang untuk menemani langit. Tapi bintang yang tak hadir disaat itu juga. Hampa jika langit hanya bersama bulan saja. Cahaya terang yang terpancar dari sang rembulan mampu membuat malam yang gelap, suram, dan sunyi menjadi indah.
Malam yang indah tanpa bintang itu sedang di nikmati oleh keluarga kecil yang kaya namun sederhana. Angin malam yang mulai menusuk ke sekujur tubuh tak membuat mereka untuk masuk ke dalam rumah.
Mereka tengah duduk bersama di samping kolam berenang di temani dengan cemilan dan minuman. Keluarga yang sederhana, malam itu mereka habiskan untuk bercerita dan bercanda tawa.
Angkasa sangat bahagia dengan kehidupannya saat ini di temani oleh istri tercinta dan kedua buah hati.
"Ayah aku ingin bercerita," setelah usai bercanda tawa, Alva ingin bercerita tentang suatu hal
"Ceritakan lah." Angkasa yang masih setia meminum kopi buatan sang istri yaitu Alifia.
"Ayah, aku punya teman yang tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ia anak orang kaya, orang tuanya yang selalu sibuk dengan pekerjaan sehingga tak pernah memperhatikan anaknya. Maka dari itu ia selalu mencari kebahagiaannya sendiri bahkan umur sepuluh tahun ia sudah berani untuk merokok, meminum minuman yang terlarang. Aku sangat kasian padanya, aku juga menasehatinya namun ia menangis saat mengatakan tidak ada yang peduli dengan perbuatannya itu. Terkadang aku sangat bersyukur lahir di keluarga ini walaupun pun ayah dan ibu sangat sibuk tapi masih bisa menyempatkan waktu untuk bercerita dengan kami." Alva memandangi wajah ayah dan ibunya yang terlihat sangat antusias mendengarkan ceritanya.
Angkasa sedikit termenung mendengar cerita dari putranya, sebenarnya Angkasa juga orang yang sangat gila akan pekerjaan. Namun, karena telah merasakan kehilangan seorang anak, ia tidak mau lagi menyia nyiakan kedua anaknya untuk saat ini.
"Aku harap kau tidak mengikuti jejak teman mu itu." Alda takut jika Alva akan terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya
"Tidak kak, aku memiliki orang tua yang hebat dalam mendidik pertumbuhan ku. Walaupun usia ku masih sepuluh tahun aku sudah tau mana yang baik dan mana yang buruk," Alva memuji kedua orang tuanya dengan bangga.
"Ibu sangat berharap agar kamu menasehati teman mu itu, temanilah dia. Mungkin dia butuh teman untuk bercerita. Dan ibu harap alva tidak mengikuti kebiasaan buruknya," Alifia memberi saran kepada putranya
"Pasti buk, aku ingin menjadi manusia yang berguna untuk banyak orang," ucapnya dengan senyuman yang tulus.
"Bagus, ayah bangga dengan Alda dan Alva, tetaplah berbuat baik kepada semua orang, walaupun mereka memperlakukan kita dengan buruk jangan pernah membalas kejahatan yang mereka berikan kepada kita," angkasa pun langsung teringat akan sosok Alex yang telah menghilang dari pandangannya.
Angkasa masih sangat terkejut atas perbuatan Alex, ia tak pernah menyangka Alex akan mencuri harta miliknya, bahkan sampai saat ini Angkasa belum tau apa penyebab Alex kabur.
Seperti itulah keluarga kecil yang bahagia, mereka menghabiskan malam weekend bersama di pinggir kolam. Terlihat sederhana namun penuh dengan kebahagiaan.
Menutup malam yang indah mereka bernyanyi bersama di sana. Alva memiliki bakat di seni musik, ia sangat suka memainkan gitar sambil bernyanyi, begitu pun dengan Alda memiliki hobi menyanyi. Bakat tersebut pastinya turun dari Angkasa.
Angkasa memiliki banyak bakat hingga turun kepada kedua buah hatinya, namun ada satu bakat Angkasa yang tidak ada di anak anaknya yaitu menulis. Angkasa hobi menulis diary di setiap minggunya namun kedua anaknya tidak ada yang menyukai hobi menulis. Dulu Angkasa menulis diary setiap hari namun karena sudah bekerja ia menulis di diary seminggu sekali.
Terima kasih udah mampir di novel author semoga ceritanya menarik perhatian teman teman ya 🤗
jangan lupa untuk like vote dan komen ya biar author nya tambah semangat ni wkwkkwkw 🥴
_happy reading_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments