Pagi ini aku lebih semangat dari biasanya, hari yang cerah ku sambut dengan senyuman yang indah. Aku sudah sampai di depan gerbang sekolah.
"Hai Azalea," ucap seorang lelaki. Aku pun langsung melihat ke arah sumber suara.
"Iya ada apa kak?" tanya ku saat melihat pria itu, aku tau bahwa dia adalah kakak tingkat ku.
"Kamu mau langsung ke kelas?" tanya pria itu. Aku pun langsung mengangguk
"Wah. . . bisa dong sekalian, kan kelas kita dekat," ucap pria itu, aku pun hanya mengangguk dan kembali berjalan, pria itu pun berjalan menyamakan langkah ku dengan langkahnya.
"Oh ya, kenalin nama ku Heri," ucap pria itu.
"Aku sudah tau kak," ucap ku tidak melirik Heri.
"Kau sudah tau? tau dari mana? kan kita belum pernah kenalan?" tanya Heri melayangkan banyak pertanyaan padaku.
"Aku sering mendengar teman sekelas ku menceritakan tentang kakak," ucap ku jujur.
"Benarkah? apa yang mereka bicarakan tentang ku?" tanya Heri tampak antusias.
"Kata mereka kakak tampan, sepertinya kakak idaman mereka," ucap ku jujur. Siapa yang tidak mengenal nama Heri di sekolah ini, dia salah satu lelaki yang paling di sukai setelah Gibran si ketua osis. Heri terkenal dengan ketampanannya bahkan dia ketua dari grup pemain basket, ia juga sering memenangkan pertandingan basket antar sekolah.
"Wah . . . saya jadi malu," ucap Heri tersenyum malu. Aku tak mengatakan apa pun lagi, menit berikutnya aku sampai di depan kelas ku.
"Izin masuk luan kak," ucap ku saat di depan kelas.
"Silahkan," ucap Heri sambil tersenyum.
Pukul 9 pagi semua siswa dan siswi di kumpulkan di lapangan bendera, semua berbaris sesuai kelas masing-masing, kami tak sabar menunggu pengumuman perlombaan.
Acara formal di mulai, dengan pembukaan oleh MC, lantunan ayat suci Al Quran yang di bacakan. Kemudian kata sambutan dari kepala sekolah dan di akhiri dengan doa bersama. Di sekolah ku semuanya beragama Islam, namun tidak di wajibkan memakai jilbab. Banyak di antara teman-teman ku yang tidak memakai jilbab, mereka mengatakan tidak terbiasa dengan jilbab. Sedangkan aku memang sudah terbiasa dari kampung halaman, semua siswi di kampung ku mengenakan jilbab.
Pemenang perlombaan pun di umumkan, di mulai dari pemenang berpuisi. Aku berdoa semoga Mika lah pemenangnya.
"Juara ketiga jatuh kepada . . . Farah dari kelas IPS2," ucap MC, semua bertepuk tangan termasuk aku dan Mika.
"Juara kedua jatuh kepada . . . Zara dari kelas IPS1," ucap juri lagi, di penuhi oleh sorak bahagia dari kelas mereka.
"Juara pertama jatuh kepada . . . " MC terdiam sejenak, membuat kami semua dag dig dug derrr!!
"Siapa ya kira kira," MC malah bertanya kepada kami. Kami pun langsung bersorak karena penasaran dan deg degan.
"Hahahaha, baiklah. Pemenang juara satu perlombaan puisi jatuh kepada Mika dari kelas IPA1" ucap MC dengan lantang. Kami pun langsung bersorak bahagia, aku sangat senang saat melihat Mika maju ke atas panggung.
Selanjutnya pemenang dari perlombaan menyanyi, ini membuat ku semakin tegang, MC membacakan pemenangnya. Juara satu dan dua bukan berasal dari kelas kami. Semakin lama semakin menegangkan.
"Juara satu perlombaan menyanyi, jatuh kepada. . . Azalea dan Lili dari kelas IPA1." Ucap MC.
Kami pun langsung bersorak bahagia, aku maju ke atas panggung untuk menerima hadiah. Kelas kami juga pendapatan peringkat umum karena kebanyakan perlombaan pemenangnya dari kelas kami.
"Kerja yang bagus nak," ucap pak Anton ketika kami sudah berada di dalam kelas.
"Kalian hebat," tambahnya lagi. Pak Anton adalah wali kelas kami dari awal masuk sampai nanti kami tamat dari sekolah ini.
Kami merayakan kemenangan kami dengan makan bersama, berfoto bersama dan bercanda tawa bersama.
Aku pulang ke asrama pukul 3 sore, agak telat karena merayakan kemenangan kami. Saat aku melewati aksana grass, aku melihat ada Fatih di sana yang sedang membaca buku. Aku pun langsung mampir ke sana.
"Kak Fatih," sapa ku.
"Waalaikumsalam," ucap Fatih yang masih fokus pada bukunya.
"Eh, maaf. Assalamualaikum," ucap ku malu.
"Waalaikumsalam," jawab Fatih yang mulai melihat ku, namun detik berikutnya ia mengalihkan pandangannya.
"Kenapa baru pulang sekolah sekarang?" tanya Fatih yang tidak melirik ku.
"Kami ada perlombaan dan kami merayakan kemenangan kami hari ini," ucap ku sambil tersenyum.
"Oh ya? kamu menang lomba apa?" tanya Fatih padaku.
"Menyanyi," ucap dengan bangga.
"Wah sangat bagus, selamat ya," ucap Fatih sekilas menatap ku. Aku pun mengangguk sambil tersenyum.
"Kamu tidak ingin duduk dulu?" tanya Fatih. Tanpa menjawab apa pun aku langsung duduk di pondok kecil itu.
"Kamu pintar menyanyi, apa kamu bisa bernyanyi Arab?" tanya Fatih padaku.
"Aku tidak bisa," jawab ku memang tida bisa.
"Atau kamu tidak suka nyanyi Arab?" tanya Fatih lagi.
"Aku suka, tapi aku tidak hafal satu lagu pun, karena aku tidak memiliki ponsel untuk mendengarkan lagu itu," ucap ku yang sampai saat ini belum bisa membeli ponsel.
"Oh gitu, baiklah." ucap Fatih yang kembali fokus pada bukunya.
"Boleh kah aku bertanya sesuatu?" tanya ku pada Fatih.
"Silahkan," ucap Fatih.
"Apakah pacaran itu dosa?" tanya ku pada Fatih.
"Tidak," jawab Fatih singkat. Aku pun langsung terkejut dengan jawaban Fatih.
"Tapi banyak yang mengatakan pacaran itu dosa, walaupun dosa tapi masih banyak yang melakukannya, termasuk aku. Tapi itu dulu." Ucap ku yang melirik Fatih dari sudut mataku.
Fatih menutup buku yang ia baca, ia pun melihat ke arah depan.
"Pacaran itu tidak dosa, yang dosa itu perbuatannya. Kau tau istilah dari 17:32,?" tanya Fatih pada ku. Aku pun menggeleng.
"Di dalam Al Qur'an, surah ke 17 ayat 32 sebagaimana Allah berfirman yang artinya : "Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 32). Pacaran itu baru ada zaman sekarang, padahal intinya sama saja melakukan zina, baik itu zina mata maupun zina pikiran," ucap Fatih yang menjelaskan.
"Yang di katakan zina itu, ketika kita bersentuhan sama lawan jenis, baik itu pegang tangan atau sebagainya, ada juga zina mata yang memandang lawan jenisnya dengan perasaan bahagia, bahkan menimbulkan syahwat lelaki. Ada juga zina pikiran yang selalu memikirkan lawan jenis dengan perasaan bahagia. Nah, jadi bukan orang yang pacaran saja bisa zina tapi yang tidak pacaran juga bisa zina, ya contohnya yang terlalu memikirkan lawan jenis dan memandang lawan jenis dengan nafsu," tambah Fatih lagi. Aku langsung paham seketika.
"Terima kasih atas penjelasannya," ucap ku tersenyum tapi tidak ke arah Fatih.
"Sama-sama, aku akan membawa kan buku yang manarik lagi untuk mu," ucap Fatih.
"Benarkah? terima kasih." Ucap ku sangat senang.
Terima kasih udah mampir di novel author semoga ceritanya menarik perhatian teman teman ya 🤗
Jangan lupa untuk like vote dan komen ya biar author nya tambah semangat ni wkwkkwkw 🥴
_Happy reading_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Lanjut
2023-03-12
0