Malam telah tiba, angkasa sudah bangun dari pingsannya, namun ia masih berdiam diri di dalam kamar. Hampir 3 jam ia tak ingin keluar dari kamar. Angkasa masih sangat terkejut dengan apa yang terjadi.
Pukul 9 malam Angkasa memberanikan diri keluar dari kamar untuk bertemu Alifia yaitu istrinya. Alifia berada di dalam kamar mereka berdua. Angkasa membuka pintu tanpa mengetuknya.
Angkasa melihat Alifia yang sedang terbaring lemah menatap ke luar jendela. Saat Angkasa membuka pintu, pandangan Alifia pun teralihkan untuk melihat Angkasa.
Mereka terdiam sejenak sambil menatap satu sama lain. Angkasa dapat melihat Kesedihan dari tatapan Alifia. Hati Angkasa terasa sakit melihat wanita kesayangannya bersedih, bahkan kesedihan itu juga berasal dari Angkasa sendiri.
"A. . . Li. . . fia. . ." ucap Angkasa terbata-bata, matanya masih tetap menatap sang istri.
"Mas kemana saja?" tanya Alifia dengan tetesan air mata, ia sangat merindukan sosok Angkasa. Alifia pun sangat kecewa karena Angkasa tidak ada saat ia melahirkan.
Angkasa mendekati Alifia yang terbaring di atas ranjang, ia duduk di samping Alifia yang sedang berbaring.
"Maafkan aku," air mata Angkasa kembali membasahi pipinya, ia membelai rambut Alifia dengan lembut.
"Maafkan aku." Ucap Angkasa berulang kali
Alifia tau pasti suaminya juga merasakan kehilangan, tidak bisa di tutupi mata Angkasa yang sampai saat ini masih sembab. Alifia berusaha untuk duduk di bantu oleh Angkasa, air mata Alifia pun jatuh saat melihat dekat wajah Angkasa. Alifia memeluk Angkasa. Nyaman, Itulah yang di rasakan Alifia, dari dulu Angkasa adalah orang yang bisa membuat Alifia merasa nyaman dan tenang bahkan di saat Alifia merasa kecewa, Alifia masih merasakan kenyamanan dari pelukan Angkasa.
"Maafkan aku hiks . . . hiks. . ." Angkasa memeluk erat sang istri. Alifia tak bisa berkata kata, ia pun hanya menangis di dalam dekapan Angkasa.
_______________________
"Anak yang malang," ucap Intan menangis saat menatap bayi yang berada dalam dekapannya.
Selama di perjalanan Intan tak berhenti menangis. Bahkan ia berulang kali meminta maaf kepada bayi yang ada dalam dekapannya. Kini ia sedang berada di terminal, ia ingin pulang ke kampung sambil membawa bayi.
Seharusnya Intan pulang semalam ke kampung halaman. Namun, karena kehabisan tiket akhirnya Intan pulang hari ini. Ia sedang menunggu bus yang akan ditumpanginya, tak sengaja Intan melihat berita yang ada di televisi terminal mengabarkan bahwa mobil semalam jatuh ke jurang, tidak ada penumpang yang selamat.
"Innalilahi wa innailaihi Raji'un, itu kan bus yang ingin saya tumpangi semalam." Ucap intan bersyukur tidak menumpangi bus tersebut.
Beberapa menit kemudian Intan menaiki bus, ia berdoa agar selamat sampai tujuan. Bayi yang ada dalam gendongannya kini sudah tidur pulas, intan tersenyum saat melihat bayi tersebut.
"Aku berjanji akan membesarkan mu semampu ku, aku juga tidak akan meninggalkan mu, hanya maut lah yang bisa memisahkan kita." Ucap Intan tersenyum, ia membayangkan bagaimana nanti ia merawat bayi ini, bahkan ia tak sabar menanti bayi ini bisa merangkak sampai berjalan.
Butuh waktu 24 jam untuk bisa sampai ke kampung halaman, Intan sangat kelelahan.
Saat membuka tas intan terkejut karena tidak menemukan ponselnya.
"Loh ponsel ku mana?" intan masih terus mencari ponselnya.
"Apa jangan jangan tinggal di kontrakan?" tebak Intan yang masih tetap mencari. Beberapa menit ia mencari ponselnya, namun tak kunjung ketemu, ia mengingat ingat kembali di mana ia menaruh ponselnya.
"Sepertinya tinggal di kontrakan." Ucap intan pasrah karena sudah pasti ponselnya tinggal di kamar kontrakan.
_______________
"Bagaimana apa kalian sudah menghubungi suster itu?" tanya Alex kepada bodyguardnya.
"Belum tuan, ponselnya tidak aktif. Sepertinya bus yang semalam kecelakaan adalah bus yang ditumpanginya." Tebak bodyguard tersebut.
"Bagus kalau gitu, aku tidak perlu mengotori tangan ku sendiri untuk membunuh anak angkasa, lihat lah bahkan alam saja sangat mendukung rencana ku ini," ucap Alex tersenyum puas. Ini lah yang ia tunggu tunggu sejak lama yaitu menghancurkan Angkasa.
Alex adalah asisten pribadi Angkasa, sebelum Angkasa menikah Alex sudah bekerja sebagai asisten pribadi. Dulu Alex Sangat menyayangi Angkasa bahkan ia menganggap Angkasa sebagai kakaknya. Namun, setelah Alex tau bahwa Angkasa memiliki hubungan dengan Alifia Alex mulai tidak suka.
Alex dulu adalah teman Alifia saat SMA, ia sudah lama jatuh cinta kepada Alifia. Alex juga sering menyatakan perasaan kepada Alifia. Namun, Alex di tolak. Tolakan itu tidak membuat Alex Putus asa untuk mendapatkan Alifia, ia selalu berusaha semaksimal mungkin. Namun saat mengetahui fakta bahwa Angkasa dan Alifia akan menikah. Di situlah Alex mulai membenci Angkasa yang ia anggap sebagai kakaknya.
__________________
Hari berganti hari, kini tepat tujuh hari setelah kepergian salah satu putri dari Angkasa dan Alifia. Kehilangan itu masih membekas bahkan mungkin sampai selamanya.
Angkasa masih menyalahkan diri sendiri akibat kejadian ini, ia pun mulai menghilang dari publik. Banyak sekali wartawan yang ingin menemui keluarga Angkasa. Namun, untuk saat dan kedepannya Angkasa mungkin akan menghilang dari publik. Rumah Angkasa pun di jaga ketat oleh semua Bodyguardnya.
"Sampai kapan kalian akan begini?" tanya mama Angkasa. Mereka sedang berkumpul di ruang tamu. Di sana ada kedua orang tua Alifia dan mama Angkasa. Ayah Angkasa sudah meninggal dua tahun lalu jadi Mamanya lah yang selalu menemani Alifia dan Angkasa.
Mereka yang ada di sana hanya terdiam, semua merasakan kehilangan tapi tidak sepantasnya Kesedihan berlarut-larut sehingga yang membutuhkan kasih sayang malah di abaikan.
Mama Angkasa merasa kecewa dengan Angkasa dan Alifia. Selama seminggu ini mereka hanya melamun dan bersedih bahkan putri yang satu lagi mereka abaikan.
Putri mereka di beri nama Alda Haruka, itu adalah nama yang di berikan oleh Angkasa sendiri.
"Benar. Kita sama sama kehilangan, maka dari itu cobalah untuk kembali bersemangat jangan sampai Alda tidak menerima kasih sayang dari kalian berdua hanya karena kehilangan putri yang seharusnya memang hanya titipan Allah," ucap ayah Alifia juga memberi nasehat kepada Angkasa dan juga Alifia.
"Iya ayah, kami minta maaf. Memang seharusnya kami tidak seperti itu." Ucap Angkasa mengakui kesalahannya.
Malam itu pun hanya nasehat yang di terima oleh Angkasa dan Alifia. Kedua orang tua Alifia pamit untuk pulang, sedangkan Mama Angkasa memang tinggal serumah dengan mereka.
Angkasa menggendong Alda sambil menidurkan bayi itu, ia menatap lekat ke arah Alda, ia berjanji akan menjadi ayah yang baik untuk Alda.
terima kasih udah mampir di novel author semoga ceritanya menarik perhatian teman teman ya 🤗
jangan lupa untuk like vote dan komen ya biar author nya tambah semangat ni wkwkkwkw 🥴
_happ reading_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments